HIV, AIDS and nutrition are interconnected. In the HIV Integrated Care Unit of Dr. Cipto Mangunkusumo Public Hospital, nutrition education and counseling services are provided within a collaborative service for people living with HIV (PLWH). This study aimed to determine influence of nutrition education and counseling to knowledge and behavior of PLWH. This study was conducted with quasi experimental design using treatment and control groups. The treatment group consisted of 25 samples and 29 samples for control group. Samples were adults between 18 – 50 years old selected by applying inclusion and exclusion criteria. A pretested questionnaire was used to assess knowledge. Paired t-test sample was used to analyze data. This study was conducted on May – July 2014. Based on results of this study, there was effect in form of knowledge change (p value = 0.000) with score 6.38 point lower on the control group and any significant differences in behavior change (p value = 0.048) for the treatment group after receiving nutrition education and counseling. This study shows that nutrition and counseling using media of education which is more complete and continuously provided may improve knowledge and change behavior of PLWH.Perubahan Pengetahuan dan Perilaku Orang yang Hidup dengan HIVmelalui Konseling dan Edukasi GiziHIV, AIDS, dan gizi saling berhubungan. Pada Unit Pelayanan Terpadu HIV Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo, layanan edukasi dan konseling gizi disediakan secara kolaboratif untuk orang yang hidup dengan HIV. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan dan konseling gizi terhadap pengetahuan dan perilaku orang yang hidup dengan HIV. Penelitian ini dilakukan dengan desain kuasi eksperimental menggunakan kelompok perlakuan dan kontrol. Kelompok perlakuan terdiri dari 25 sampel dan 29 sampel untuk kelompok kontrol, dilakukan sebelum dan setelah perlakuan. Sampel berusia dewasa antara 18 – 50 tahun dipilih dengan menerapkan kriteria inklusi dan eksklusi. Sampel uji-t berpasangan digunakan untuk menganalisis data. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei – Juli 2014. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa adanya efek berupa perubahan pengetahuan (nilai p = 0,000) dengan nilai 6,38 poin lebih rendah pada kelompok kontrol dan terdapat perbedaan yang signifikan dalam perubahan perilaku (nilai p = 0,048) untuk kelompok perlakuan setelah menerima edukasi dan konseling gizi. Penelitian ini menunjukkan bahwa edukasi dan konseling gizi menggunakan media edukasi yang lebih lengkap dan diberikan secara berkelanjutan dapat meningkatkan pengetahuan dan mengubah perilaku orang yang hidup dengan HIV.
Background: Nutrition are the essential factor to maintain body weight, body mass index and food intake in CAPD patients. Dialysis could increase nutrients lost and had to be replaced by adequate intake. Nutrition education should be needed to increase patient’s knowledge, food intake and body mass index.Objectives: To determine the role of nutrition education towards energy-protein intake and body mass index in patient with continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD)Method: A cross-sectional study design with total sampling technique to obtains thirthy CAPD outpatient at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Energy and protein intake were assessed by 3-days-food records (weekday and weekend). Nutritional status were obtained with BMI by dry body weight. Data were analyzed with independent t-test.Results: Most of subject are male outpatients, 25 – 55 years old (76.7%), had hypertension (83.3%) and normal BMI (50%). Most of subject had been undergoing peritoneal dialysis more than a year (67%), and had less than two times education per year. Energy intake were categorized as sufficient (80%) but protein intake were categorized as insufficient. There were no differences between frequency of nutrition education with energy-protein intake and nutritional status (p0.05)Conclusion: There are no differences between energy-protein intake and nutritional status with the frequency of nutrition education. Nutritional education by nutritionist and/or dietitian according to the recommendations help to maintain normal body mass index.
Pendahuluan. Asupan energi dan protein pada penyakit ginjal kronis (PGK) dengan terapi continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD) berperan penting dalam menyeimbangkan kondisi hiperkatabolik. Asupan tidak seimbang akan mengakibatkan defisit energi dan protein yang sangat berisiko meningkatkan katabolisme otot dan berdampak pada penurunan indeks massa tubuh (IMT) dan malnutrisi. Subjective global assessment (SGA) sebagai gold standard dalam asesmen gizi diperlukan dalam penilaian status gizi dan penentuan malnutrisi sehingga dapat diberikan intervensi gizi optimal yang berdampak terhadap peningkatan kualitas hidup pasien CAPD. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara SGA dengan asupan energi dan protein, kekuatan genggam tangan, dan indeks massa tubuh pada pasien PGK yang menjalani CAPD.Metode. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang, subjek penelitian adalah pasien rawat jalan CAPD yang rutin kontrol setiap bulan yang dipilih dengan cara purposive. Studi dilakukan selama bulan Desember 2018 sampai Januari 2019 menggunakan total sampling pada 30 pasien CAPD. Status gizi dinilai menggunakan SGA, asupan energi dan protein diukur melalui food record, dan kekuatan genggam tangan diukur menggunakan jamar hydraulic hand dynamometer. Kenormalan data diuji menggunakan Kolmogorov-Smirnoff test dan analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji chi-square.Hasil. Dari total 30 pasien PGK pada penelitian ini, sebagian besar berusia 25-55 tahun (76,6%), sedangkan kelompok usia <25 tahun hanya sebesar 6,7%. Lebih dari 73% pasien memiliki status gizi SGA normal dan 26% dengan gizi kurang. Rerata kebutuhan energi CAPD adalah 1.942 (SB 277) Kkal, asupan energi terendah yaitu 921 kkal/hari dan tertinggi 1.959 kkal/ hari dengan rerata asupan energi dialisat sebesar 404 (SB 42) kkal. Rerata asupan protein subjek adalah 54 (9,5) gram, sedangkan rerata kebutuhan protein adalah 70,7 (SB 9,7) gram/hari. Indeks massa tubuh dalam kategori underweight atau kurus ditemukan pada sebanyak 20% subjek, normal pada 60% subjek, dan berat badan lebih pada 20% subjek. Sebanyak 53,3% subjek memiliki kekuatan genggam tangan kurang dan hanya 46,7% yang normal dengan rerata kekuatan genggam tangan sebesar 26,7 (SB 9,3) kg. Tidak didapatkan hubungan antara asupan energi (p<0,857), kekuatan genggam tangan (p<0,307), dan indeks massa tubuh (p<0,829) dengan SGA. Akan tetapi, terdapat hubungan antara asupan protein dengan SGA (p<0,048, OR: 1,233 [IK 95%: 1,058 -2,389).Simpulan. Asupan protein yang tidak adekuat berisiko berhubungan dengan SGA kurang atau malnutrisi pada CAPD dibandingkan asupan protein cukup. Tidak didapatkan hubungan antara asupan energi, kekuatan genggam tangan, dan indeks massa tubuh pada nilai SGA.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.