Abstract. Ultraviolet (UV) radiation consists of UV A, UV B, and UV C rays which are distinguished by their wavelength. Exposure to high-intensity ultraviolet light can cause side effects on the skin. So it takes skin protection that functions to absorb or weaken ultraviolet rays so that the intensity of the rays that reach the skin is less than it should be. Based on this description, the problems in this research are formulated as follows: (1) How is the study of various types of ultraviolet? (2) How to study the effects of ultraviolet radiation?. The researcher uses the journal review method with literature study. Collection techniques with various scientific literature both primary and secondary. In collecting data and searching for journals, online-based searches such as Pubmed, Science Direct, and Google Scholar were used. The results of this study are: UV A light has a wavelength between 320 nm – 400 nm, UV B with a wavelength of 290 nm – 320 nm and UV C with a wavelength of 10 nm – 290 nm. High exposure to ultraviolet radiation can cause sunburn, skin redness (erythema), dark skin (tanning), and even skin cancer. Abstrak. Radiasi ultraviolet (UV) terdiri dari sinar UV A, UV B, dan UV C yang dibedakan berdasarkan panjang gelombangnya. Paparan sinar ultraviolet dengan intensitas tinggi dapat menimbulkan efek samping terhadap kulit. Sehingga dibutuhkan pelindungan kulit yang berfungsi menyerap atau melemahkan sinar ultraviolet sehingga intensitas sinar yang mencapai kulit lebih sedikit dari yang seharusnya. Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: (1) Bagaimana kajian dari berbagai jenis ultraviolet? (2) Bagaimana kajian efek dari radiasi ultraviolet?. Peneliti menggunakan metode riview jurnal dengan studi pustaka. Teknik pengumpulan dengan berbagai literatur ilmiah baik primer maupun sekunder. Pada pengumulan data dan pencarian jurnal digunakan pencarian berbasis online seperti Pubmed, Science Direct, dan Google Scholar. Hasil dari penelitian ini adalah: Sinar UV A memiliki panjang gelombang diantara 320 nm – 400 nm, UV B dengan panjang gelombang 290 nm – 320 nm dan UV C dengan panjang gelombang 10 nm – 290 nm. Paparan radiasi ultraviolet yang tinggi dapat menyebabkan kulit terbakar (sunburn), kulit kemerahan (eritema), kulit menjadi gelap (tanning), bahkan dapat menimbulkan kanker kulit.
Self-emulsifying drug delivery systems (SEDDS) were developed as a method to increase lipophilicdrug solubility such as ibuprofen, and to increase the absorption and rate of drug dissolution. Therefore,the purpose of this study is to develop a pharmaceutically qualified ibuprofen SEDDS formulation andto increase ibuprofen bioavailability. The SEDDS formula was obtained from the ibuprofen solubilitytest and the optimization of the formula on various concentrations of oils, surfactants and cosurfactants.Oleic acid, cremophor RH 40 and propylenglycol respectively use as oil, surfactant and cosurfactantwith comparison of oil phase:(surfactant + cosurfactant) 1:9 and comparison of surfactant : cosurfactant(3:2). Evaluations of the optimum SEDDS formula included transmittance percentage measurement,dispersibility test, robustness test, stability test, particle size measurement and dissolution rate test.The best ibuprofen SEDDS formula have met requirement of transmittance percent (99.7±0.872%),dispersibility test (41.48±1.3 seconds), the SEDDS formula was stable on the robustness test, noseparation of phase in stability test and globule size in the micrometer range of 114.7±0.692 nm. Thein vitro dissolution rate test results at the 10th minute showed that the ibuprofen SEDDS preparationwas higher than the pure ibuprofen powder, namely 90.04 ± 1.764% and 59.33 ± 1.638%, respectively.Keywords: SEDDS, ibuprofen, antiinflammation, oleic acid, oral
Christinin merupakan senyawa turunan glikosida saponin yang paling banyak terdapat dalam daun bidara arab (Ziziphus spina-christi L.). Terdapat empat tipe christinin yaitu christinin-A, B, C, dan D yang diduga memiliki aktivitas sebagai antimikroba yang efektif terhadap bakteri dan jamur, seperti Staphylococcus epidermidis, Echerichia coli, dan Candida albicans yang sering menyebabkan infeksi pada permukaan kulit yang biasanya dapat diatasi dengan penggunaan cairan antiseptik. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi, mengevaluasi serta mengeksplorasi afinitas dan interaksi molekular antara senyawa christinin-A, B, C, dan D terhadap makromolekul target pada Staphylococcus epidermidis, Echerichia coli dan Candida albicans dengan menggunakan simulasi penambatan molekular secara in silico. Molekul senyawa uji terlebih dahulu dioptimasi geometri dengan menggunakan perangkat lunak GaussView 5.0.8 dan Gaussian09. Konformasi terbaik dipilih untuk dilakukan studi interaksi terhadap makromolekul target dengan menggunakan perangkat lunak MGLTools 1.5.6 yang dilengkapi dengan AutoDock 4.2. Interaksi yang terbentuk selanjutnya diamati dengan menggunakan perangkat lunak BIOVIA Discovery Studio 2020. Berdasarkan hasil dari simulasi penambatan molekular, senyawa christinin memiliki afinitas yang baik terhadap makromolekul target pada Staphylococcus epidermidis, Echerichia coli dan Candida albicans. Dengan demikian, senyawa tersebut diprediksi dapat digunakan sebagai kandidat komponen utama dari antiseptik alami.
merupakan sediaan film tipis yang cepat larut dalam mulut tanpa bantuan air minum, sehingga onset obat menjadi lebih cepat dan meningkatkan kenyamanan pasien. Polimer hidroksi propil metil selulosa (HPMC) dan maltodekstrin merupakan jenis polimer yang banyak dikombinasikan dalam sediaan ODF karena menghasilkan karakteristik film yang baik. Tamsulosin HCl digunakan sebagai model obat karena memiliki dosis kecil, rasa pahit, dan kelarutannya rendah dalam air. Penelitian ini bertujuan untuk membuat formulasi dan karakterisasi sediaan ODF tamsulosin HCl menggunakan kombinasi HPMC dan maltodekstrin sebagai film forming agent serta krospovidon sebagai superdisintegrant pada konsentrasi optimal yang memenuhi persyaratan farmasetika. Optimasi formula dilakukan dengan memvariasikan polimer HPMC dan maltodekstrin menjadi 6 formula. Dari hasil optimasi, HPMC 35% dan maltodekstrin 14% merupakan formula basis film yang paling baik secara organoleptik dan memiliki waktu melarut yang relatif cepat sehingga dipilih untuk formulasi sediaan ODF tamsulosin HCl. Sediaan ODF tamsulosin HCl dibuat dengan metode tuang pelarut yang dibagi menjadi 3 formula, masing-masing mengandung krospovidon 2% (F3A), 3% (F3B), dan 4% (F3C) sebagai superdisintegrant. Dari ketiga formula, F3B merupakan formula terbaik dengan tekstur halus,
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.