Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan nyeri atau perasaan tidak nyaman yang dirasakan pada daerah di bawah margin costalis hingga ke lipat gluteal. Nyeri ini dapat bersifat lokal ataupun radikuler atau keduanya. Berdasarkan data yang diambil dari National Safety Council menyatakan bahwa NPB adalah pernyakit akibat kerja tertinggi yang terjadi dengan persentase 22% dari 1.700.000 kasus yang ada. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan antara lamanya duduk dengan keluhan NPB pada mekanik motor. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah analitik observasional potong lintang. Data diperoleh dengan membagikan kuesioner Rolland-Morris versi Bahasa Indonesia. Sebanyak 106 orang responden terpilih secara consecutive sampling dari seluruh mekanik motor yang ada di Kalianda Lampung Selatan. Angka kejadian NPB yang berhubungan dengan durasi duduk pada mekanik motor di Kalianda Lampung Selatan adalah sebanyak 37,7%. Pada penelitian ini juga ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara lamanya duduk dengan keluhan NPB (p<0,05).
Musik merupakan suatu alunan nada yang bisa dinikmati, umumnya digunakan untuk menghilangkan rasa penat atau stres seseorang. Secara ilmiah musik juga dapat berpengaruh untuk meningkatkan kualitas tidur terutama pada lansia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah pengaruh musik terhadap kualitas tidur pada usia dewasa muda khususnya mahasiswa fakultas kedokteran yang biasanya memiliki kualitas tidur buruk. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan teknik simple random sampling. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Ukrida angkatan 2018 sebanyak 96 mahasiswa. Pembagian kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) dan kuesioner tambahan untuk melihat kebiasaan mendengarkan musik pada mahasiswa dilakukan secara serentak saat proses perkuliahan. Sebagian besar mahasiswa memiliki kualitas tidur yang buruk yaitu 88 (91,7%) mahasiswa. Tiga dari 48 mahasiswa yang memiliki kebiasaan mendengarkan musik sebelum tidur memiliki kualitas tidur baik. Lima dari delapan mahasiswa yang memiliki kualitas tidur baik tidak memiliki kebiasaan mendengarkan musik sebelum tidur. Hasil uji chi square menunjukkan tidak ada hubungan antara kebiasaan mendengarkan musik dan kualitas tidur mahasiswa Fakultas Kedokteran Ukrida (p 0,714).
Premenstrual syndrome memiliki prevalensi yang cukup tinggi pada perempuan. Premenstrual syndrome dapat menimbulkan gejala baik somatik maupun afektif pada 7-10 hari sebelum datangnya menstruasi dan dapat menyebabkan gangguan pada aktivitas sehari-hari perempuan. Banyak faktor yang berhubungan dengan premenstrual syndrome dan salah satu faktor yang dikaitkan adalah status gizi obesitas. Perempuan dengan status gizi obesitas berisiko lebih tinggi mengalami premenstrual syndrome dibanding perempuan berstatus gizi normal. Studi literatur ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara obesitas dengan premenstrual syndrome. Metode pada literatur ini dengan cara pencarian artikel dalam database jurnal penelitian, pencarian melalui internet, dan tinjauan ulang artikel menggunakan Google Scholar dan PubMed. Berdasarkan review jurnal-jurnal yang didapatkan disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara obesitas dan premenstrual syndrome, yang menyebabkan meningkatnya angka kejadian premenstrual syndrome pada perempuan obesitas dibanding perempuan dengan status gizi normal. Hal ini dikarenakan ketidakseimbangan hormon yang berperan juga dalam pengendalian neurotransmitter. Produksi androstenedion meningkat pada perempuan obesitas yang menyebabkan estrogen meningkat juga, sehingga menimbulkan gejala-gejala Premenstrual syndrome. Terdapat beberapa penelitian yang bertentangan dengan korelasi antara obesitas dan premenstrual syndrome, namun, hal ini diduga karena jumlah responden yang obesitas tidak signifikan sehingga mendapatkan hasil yang berbeda.
Pemeriksaan waktu reaksi adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk menilai kinerja sesorang, dan merepresentasikan tingkat koordinasi muskuloskeletal. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi pemeriksaan waktu reaksi antara lain: intensitas dan durasi stimulus, usia, jenis kelamin, efek latihan, olahraga, dan minum kopi. Waktu reaksi perempuan sangat bergantung pada fase siklus menstruasi, yang akan mempengaruhi kinerja seorang perempuan. Kopi selama ini diketahui dapat meningkatkan waktu reaksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsumsi kopi pada perempuan dalam berbagai fase siklus menstruasi. Subjek penelitian ini adalah mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana (Ukrida) Angkatan 2014 berusia 20-21 tahun. Alat yang digunakan untuk mengukur waktu reaksi adalah lakassidaya. Pemeriksaan dilakukan sebelum dan sesudah meminum kopi pada ketiga fase menstruasi. Pada penelitian ini didapatkan waktu reaksi sebelum dan sesudah minum kopi pada fase menstruasi sebagai berikut: 188,53±22,61 ms dan 171,3±18,61 ms; fase proliferasi: 204,69±30,97 ms dan 180,44±25,21 ms; fase sekretori: 222,14±33,47 ms dan 188,37±22,7 ms. Terdapat perbedaan bermakna sebelum dan sesudah minum kopi pada fase menstruasi, fase proliferasi (p:0,0001) dan fase sekretori (p:0,006). Terdapat perbedaan bermakna antara fase menstruasi dengan fase proliferasi, fase menstruasi dengan fase sekretori, dan antara fase proliferasi dengan fase sekretori (p:0,0001). Simpulan: Konsumsi kopi mempercepat waktu reaksi pada semua fase menstruasi. Kata kunci: waktu reaksi, menstruasi, konsumsi kopi, lakassidaya.
Prevalensi hipertensi meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Di Indonesia masalah hipertensi dan penyakit kardiovaskular cenderung meningkat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan senam Tai Chi dengan tekanan darah dan frekuensi denyut nadi pada usia 45 tahun ke atas. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian sebanyak 60 orang berusia 45 tahun ke atas yang terbagi dalam dua kelompok, kelompok yang mengikuti senam Tai Chi (n=30) dan kelompok yang tidak mengikuti senam Tai Chi (n=30) di kelurahan Duri Kosambi. Variabel yang diukur yaitu tekanan darah sistolik, diastolik, dan frekuensi denyut nadi. Perbedaan bermakna atau hubungan antara senam Tai Chi dengan kedua kelompok dianalisis dengan uji t tidak berpasangan dan uji Mann-Whitney. Hasil penelitian menunjukkan pada kelompok yang tidak memiliki riwayat penyakit kardiovaskular terdapat hubungan atau perbedaan bermakna (p<0,05) antara senam Tai Chi dengan tekanan darah sistolik (p=0,011), namun tidak terdapat hubungan (p>0,05) terhadap tekanan darah diastolik (p=0,362) dan frekuensi denyut nadi (p=0,525). Pada kelompok yang memiliki riwayat penyakit kardiovaskular baik konsumsi obat kardiovaskular dan tidak, didapatkan adanya hubungan antara senam Tai Chi dengan tekanan darah sistolik (p=0,009) dan frekuensi denyut nadi (p=0,002), namun tidak ditemukan adanya hubungan antara senam Tai Chi dengan tekanan darah diastolik (p=0,057). Dari penelitian ini disimpulkan bahwa senam Tai Chi memiliki hubungan atau pengaruh terhadap tekanan darah sistolik dan frekuensi denyut nadi, dan tidak berpengaruh terhadap tekanan diastolik.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.