Wind energy is the most abundantly available clean form of renewable energy in the earth crust. Wind turbines produce electricity by using the power of wind to drive an electric generator. There are two kinds of wind turbines according to the axis of rotation to the ground, horizontal axis wind turbines (HAWT) and vertical axis wind turbines (VAWT). VAWTs include both a drag type configuration like Savonius wind turbine and a lift-type configuration like Darrieus wind turbine. Savonius wind rotor has many advantages over others in that its construction is simpler and cheaper. It is independent of the wind direction and has a good starting torque at lower wind speeds. The experimental study conducted in this paper aims to investigate the effect of number of blades on the performance of the model of Savonius type wind turbine. The experiments used to compare 2, 3, and 4 blades wind turbines to show tip speed ratio, torque and power coefficient related with wind speed. A simulation using ANSYS 13.0 software will show pressure distribution of wind turbine. The results of study showed that number of blades influence the performance of wind turbine. Savonius model with three blades has the best performance at high tip speed ratio. The highest tip speed ratio is 0.555 for wind speed of 7 m/s.
This study aims to identify and analyze the risk factors of work accidents. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) AbstrakStudi ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor risiko kecelakaan kerja. Pendekatan FMEA dan logika fuzzy digunakan dalam penelitian ini. Informasi diperoleh dari pekerja yang dinyatakan dalam lingusitik fuzzy, dan metode FMEA digunakan untuk menentukan prioritas faktor risiko kegagalan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecelakaan karena tertimpa benda memiliki faktor risiko tertinggi (dengan nilai FRPN=886). Beberapa perbaikan kerja disarankan untuk mengurangi atau menghilangkan risiko kerja tersebut. Kata kunci: Faktor Risiko, Kecelakaan Kerja, FMEA, Fuzzy Pendahuluan Dengan semakin meningkatnya persaingan di bidang usaha maka perusahaan dituntut untuk meningkatkan daya saingnya agar mampu bertahan dalam industri yang bersangkutan dengan meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan. Produk yang akan dihasilkan oleh suatu perusahaan, amat bergantung pada urutan proses produksi yang cermat dan tepat, yang tentu saja ditunjang oleh tersedianya tenaga kerja / operator yang terampil serta lingkungan kerja yang mendukung untuk peningkatan produktivitas pekerja.Permasalahan yang sering ditemui di perusahaan yaitu kurangnya pemahaman operator atau pekerja tentang pentingnya keselematan kerja, lingkungan kerja yang tidak nyaman serta berat beban yang melebihi kemampuan operator yang berisiko terjadinya kecelakaan kerja yang akan berdampak pada produktivitas operator serta kualitas produk yang dihasilkan. Menurut Suma'mur (1989), Kelalaian dalam melakukan suatu pekerjaan dapat mengakibatkan kecelakaan. Kelalaian tersebut dapat disebabkan oleh kelelahan kerja yang dapat menyebabkan kecelakaan atau sakit akibat kerja. Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan berhubung dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti, bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Dalam hal ini lingkungan kerja berkaitan erat dengan kenyamanan sehingga faktor ergonomik perlu dipertimbangkan dalam mendukung kenyaman operator saat bekerja serta memberikan pemahaman kepada operator tentang risiko yang bisa terjadi terutama perusahaan ini Paper ini telah direview dan dipublikasikan di Jurnal Rekayasa Sistem Industri Volume 6 No
Ikan lele (Clarias sp.) merupakan jenis ikan yang paling digemari dan dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Data Direktorat Jenderal Budidaya Perikanan dari tahun 2009 sampai 2013 menunjukkan terjadinya peningkatan konsumsi ikan lele di Indonesia. Dari data tersebut dapat dilihat adanya potensi ekonomi dari kebutuhan ikan lele di pasaran. Untuk mendukung pemenuhan kebutuhan ikan lele, perlu dilakukan usaha-usaha yang dapat meningkatkan produksi ikan lele, salah satunya adalah dengan peningkatan efisiensi kerja dari pembudidayaan ikan lele. Pemberian pakan secara otomatis dengan menggunakan microcontroller merupakan salah satu cara dalam usaha peningkatan efisiensi kerja. Usaha tersebut diwujudkan dalam sebuah rancang bangun alat pengumpan pakan ikan otomatis yang metode pengoperasiannya menggunakan RTC (Real Time Clock) untuk mengatur buka tutup dari pintu pengumpan. Algoritma atau program pengumpanan disimpan didalam microcontroller (Arduino Nano) sebagai unit pengendali. Hasil pengujian menunjukan bahwa alat dapat menampung berat pakan hingga 1 kg. Setelah tiga bulan pemakaian, mitra (peternak lele) menyatakan peningkatan efisiensi kerja yaitu dengan berkurangnya beban pemberian pakan yang sebelumnya dilakukan secara manual
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.