Temulawak (Curcuma xantorrhiza Roxb.) merupakan salah satu jenis tanaman obat penting yang banyak digunakan sebagai bahan baku industri obat di Indonesia. Rimpang temulawak mengandung zat kurkumin, minyak atsiri, pati, protein, lemak, selulosa dan minyak. Di antara komponen tersebut yang paling banyak kegunaannya adalah pati, minyak atsiri dan kurkuminoid. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh jumlah volume pelarut dan waktu ekstraksi dalam pengambilan minyak temulawak dengan metode ekstraksi menggunakan pelarut n-heksan. Temulawak dengan ukuran yang sudah terbentuk serbuk disiapkan. Kemudian serbuk temulawak ditimbang sebanyak 100 g untuk dilakukan proses ekstraksi menggunakan pelarut n-heksan dengan jumlah volume pelarut yang digunakan sebagai variabel sebanyak 300 - 500 mL dengan suhu yang digunakan 60-62oC dan kecepatan pengadukan yang digunakan 300 rpm selama 120 menit. Sedangkan untuk variabel waktu ekstraksi digunakan waktu selama 60-180 menit, dengan jumlah volume pelarut n-heksan sebanyak 500 mL. Setelah sampel selesai di ekstraksi, selanjutnya hasil ekstraksi difiltrasi. Hasil dari filtrasi kemudian dilakukan proses distilasi hingga didapatkan minyak yang tertinggal di labu distilasi (residu) dan sudah tidak ada yang menetes lagi di penampung hasil distilasi (distilat). Sampel dituang ke dalam botol penampung yang sudah diketahui beratnya. Sehingga dapat diketahui berat sampel yang terambil untuk mencari persentase minyak terambil. Dari hasil penelitian dengan jumlah bahan 100 g didapatkan bahwa semakin banyak jumlah volume pelarut yang digunakan maka persentase randemen semakin banyak dan semakin lama waktu ekstraksi maka persentase randemen semakin banyak juga. Pada variabel jumlah volume pelarut didapatkan jumlah volume pelarut yang optimal pada 500 mL n-heksan dengan persentase randemen sebesar 13,3%. Sedangkan untuk variabel waktu ekstraksi didapatkan kondisi optimal pada lama waktu ekstraksi 150 menit dengan persen minyak terambil sebesar 14%.
In-depth research is needed to determine the characteristics of sugarcane bagasse as biosorbent. The aims of present work to determine the morphological changes of modified sugarcane bagasse. Modified sugarcane bagasse (MSB) is made by soaking it in a KOH 0.1 N solution overnight, filtered and rinsed with distilled water and neutralized with CH3COOH 1%. After drying and sieving with a size of 60 mesh, MSB is interacted with Fe solution. The change in MSB morphology was analyzed by comparing IR spectra and SEM images of sugarcane bagasse SB, MSB and MSB samples that have adsorbed Fe. The SEM image and IR spectra of products showed that the addition of KOH and adsorption of Fe on MSB did not cause damage to cellulose and hemicellulose structures. Significant changes in absorption bands occur at 1,725 cm−1 wave number which shows changes in the carboxylic group and is thought to bind Fe. Other changes occurred at wave number 1,247 cm−1, 1,604 cm−1, 1,515 cm−1 and 1,458 cm−1 which are typical for lignin. The SEM image also supports the partial dissolution of lignin.
Pembuatan (Virgin Coconut Oil) VCO dapat dilakukan dengan cara pengasaman, yaitu dengan cara ditambahkan asam agar diperoleh pH tertentu yang memungkinkan tumbuhnya bakteri pengurai protein dalam santan kelapa sehingga terbentuk VCO. Jeruk nipis banyak mengadung asam alami memiliki aroma yang khas dan banyak mengandung zat zat bermanfaat dan memungkinkan untuk membuat suasana asam dalam pembuatan VCO. Kecepatan pembentukan VCO sangat menentukan kuantitas dan kualitas VCO. Dengan kecepatan yang besar maka waktu untuk menghasilkan VCO lebih singkat, hal ini akan menghindarkan dari kemungkinan reaksi samping atau proses pembusukan yang akan menurunkan kualitas VCO. Beberapa faktor yang menyebabkan kecepatan pembentukan VCO antara lain yang akan dipelajari dalam penelitian ini adalah suhu ruangan dan jumlah jeruk nipis yang ditambahkan ke dalam santan kelapa. Dalam penelitian ini akan dipelajari proses pembentukan VCO dari santan kelapa, dengan pengasaman menggunakan jeruk nipis. Santan kelapa didiamkan 30 menit untuk memisahkan skim dan airnya. Skim yang diperoleh ditempatkan dalam wadah ditambahkan air jeruk nipis dengan volume tertentu, wadah ditempatkan dalam ruangan dengan suhu tertentu didiamkan agar terjadi proses fermentasi dalam selang waktu tertentu, VCO yang terbentuk diukur volumenya kemudian dianalisis sifat fisis maupun sifat kimianya. Berdasarkan hasil penelitian ini, hasil terbaik dieroleh dengan menggunakan penambahan jeruk nipis 5% volume dan dilakukan pada suhu 38 oC, dengan kondisi tersebut proses pembuatan VCO memerlukan waktu 4 jam, dengan menggunakan 800 ml skim dari 1kg kelapa di diperoleh hasil VCO yang jernih sebanyak 220 ml dengan densitas 0,91 gr/mL.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.