Currently, there are developed illnesses that encourage humans to do their own alternative medication. In 2002, an estimated shows that 92% of people in the world choose the alternative medication namely self medication, by using over the counter medicine including free and limited, however the level of knowledge in using this medication is still poor, then it is possible to make a mistake. Therefore, this research aims to find out the level of knowledge in using over the counter medicine including free and limited for self medication of society in RW 08, Morobangun, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta. This study belongs to descriptive observational to find out the subject characteristic, the level of knowledge and the description of the kind of medicine used by society of RW 08 Morobangun. The sample used in this study is the people who lived in Rw 08 Morobangun, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta. The data was taken from the interview with the patient by using the questionnaire. The sample collecting technique was nonrandom sampling and the method was accidental sampling with the number of the respondents were 175. The result showed that 175 respondents in RW 08 Morobangun, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta used self medication of over the counter medicine including free and limited only for their ailment. The level of knowledge in using over the counter medicine including free and limited for self medication of society in RW 08 Morobangun, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta showed that 42.9% reached the good category and 57,1% reached the sufficient category of 175 respondents. The conclusion of this study is the level of knowledge in using over the counter medicine including free and limited for self medication of society in RW 08 showed that most of the respondents achieved the sufficient category with 100 respondents (57,1%).
Sekolah berbasis asrama memiliki beberapa permaslahan terutama di bidang kesehatan. Hasil survey dan skrining kesehatan yang telah dilakukan menunjukkan tingginya prevalensi penyakit menular seperti flu, batuk pilek (16.5%) dan penyakit kulit seperti jamur, gatal, scabies (11.2%). Adanya pos kesehatan pesantren di lingkungan sekolah tersebut diharapkan dapat mengoptimalkan promosi kesehatan dalam upaya pencegahan penyakit. Hal tersebut didukung pula dengan optimalisasi pemanfaatan TOGA (tanaman obat keluarga) yang ada di setiap asrama sekolah. Lahan yang cukup luas dan tempat tinggal (asrama) siswa yang terpisah menjadi peluang dalam pengembangan penanaman TOGA, di dukung dengan pemanfaatan TOGA dalam bentuk sediaan minuman kesehatan dirasa lebih menarik dan penting untuk diupayakan sebagai salah satu kegiatan edukasi dan promosi kesehatan di lingkungan sekolah berasis asrama. Kegiatan pemberdayaan masyarakat ini bertujuan untuk melakukan pendampingan pemanfaatan TOGA dan pelatihan pemanfaatan tanaman Jahe (Zingiber officinale) dan tanaman rosella (Hibiscus sabdarifa) sebagai minuman kesehatan (syrup). Kegiatan ini meliputi dua sesi, yaitu sosialisasi hasil skrining kesehatan siswa dan edukasi kesehatan diri “swamedikasi” yang diikuti oleh pengelola madrasah, staf poskestren (perawat dan dokter), serta ibu pamong asrama (ummahat). Adapun kegiatan kedua adalah pelatihan pemanfaatan TOGA Jahe (Zingiber officinale) dan Rosella (Hibiscus sabdarifa) sebagai minuman kesehatan yang diikuti oleh 44 siswa Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta. Pengetahuan siswa sebelum dan sesudah pelatihan menunjukkan peningkatan skor rerata dari 5.56 menjadi 9.18 dengan nilai signifikansi P=0.000 (P<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa pelatihan ini efektif dan dapat meingkatkan pengetahuan siswa Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta. Melalui pelatihan ini diharapkan siswa mampu mengaplikasikan terutama saat progam Mubaligh Hijrah yang menjadi salah satu program rutin Madrasah dalam praktek di masyarakat sekitar. Kegiatan ini diharapkan pula dapat ditindak lanjuti oleh poskestren untuk bersinergi dengan ibu pamong ataupun kantin untuk dapat mengoptimalkan TOGA di lingkungan asrama dan memulai produksi sediaan syrup kesehatan Jahe dan Rosella.
AbstrakSkizofrenia merupakan penyakit gangguan jiwa terbanyak yang memiliki prognosis yang buruk, dengan remisi total hanya dialami oleh sekitar 20% penderitanya, sedangkan sisanya akan mengalami berbagai tingkat kesulitan dan kemunduran secara klinis dan sosial. Antipsikotik merupakan terapi utama pada skizofrenia, namun pemberian terapi ini terkadang dapat menimbulkan efek samping, salah satunya adalah sindrom ekstrapiramidal yang dapat menyebabkan pasien enggan untuk minum obat secara rutin, akibatnya frekuensi kekambuhan menjadi meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan terapi antipsikotik terhadap kejadian sindrom ekstrapiramidal pada pasien skizofrenia rawat jalan di salah satu rumah sakit di wilayah Bantul, Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain penelitian cross-sectional dengan pengambilan data secara retrospektif menggunakan data rekam medis pasien skizofrenia yang menjalani rawat jalan di salah satu rumah sakit di wilayah Bantul, Yogyakarta pada periode Januari-Desember 2017. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 100 orang pasien dengan kriteria inklusi yaitu pasien skizofrenia dengan usia >15 tahun dan mendapatkan terapi antipsikotik selama minimal 4 minggu, sedangkan kriteria ekslusi yaitu pasien yang mendapatkan terapi metoklopramid dan mempunyao riwayat sindrom ekstrapiramidal sebelumnya. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik purposive sampling. Analisis data menggunakan uji Chi-Square dengan menggunakan program SPSS versi 16.0. Diperoleh bahwa sebagian besar pasien mendapat risperidon sebesar 27%, risperidon+klozapin 17%, dan haloperidol+klozapin 10%. Pada pasien yang memperoleh terapi antipsikotik tunggal, sebanyak 5 orang mengalami efek samping sindrom ekstrapiramidal, sedangkan pada pasien yang memperoleh terapi antipsikotik kombinasi, 7 orang mengalami efek samping sindrom ekstrapiramidal. Hasil analisis uji Chi-Square menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan baik itu antara penggunaan terapi antipsikotik Abstract Schizophrenia is the most kind of psychiatric diseases which has bad prognosis with total remision only around 20%, otherwise social and clinical difficulties will be faced by the rest. Antipsychotic is a first line therapy for schizophrenic patients, however it has some side effects such as extrapyramidal syndrome that make people reluctant to take the medication regularly. Furthermore, the number of recurrence is increasing. The aim of this study was to analyze the relationship between the use of antipsychotic and the incident of extrapyramidal syndrome in outpatient schizophrenia in one of hospitals in Bantul region, Yogyakarta. This study was observational study, using cross-sectional design. Data was taken retrospectively using patients' medical records who were outpatients in one of hospitals in Bantul region, Yogyakarta, in the period of January-December 2017. The sample of this research was 100 patients. The inclusion criteria was schizophrenic patients aged >15 years old who took an antipsychotic therap...
This study aimed to develop and validation a questionnaire as measurement instrument for knowledge and adherence behavior of DM patients in primary health care. Cross sectional study design was conducted in diabetes mellitus patient. Inclusion criteria were patients in the age group 18-65 years, diagnosed with DM, receiving at least one oral antidiabetic medication. Questionnaire questions for behavioral item were developed based on Diabetes Mellitus management guidelines and references to previous studies. Evaluation and validation by expert was carried out on diabetes mellitus experts and clinical psychologists. The pilot study was conducted on 10 healthy patients and 10 patients with diabetes who enrolled inclusion criteria. Questionnaire validation test was conducted with 41 DM outpatient at PKU Muhammadiyah Hospital in Yogyakarta. Collecting data by interviewing patients based on questionnaire. Statistical analysis was performed using SPSS with Pearson correlation coefficients for validation test and Cronbach alpha coefficients for reliability test of the questionnaire. Adherence behavior questionnaire consists of 12 question items, which are divided into three domains: cognitive, affective, and psychomotor domains. Validation results showed 12 valid items where the pearson correlation value was>0.308 (n=41). Cronbach alpha as reliability test results showed 0.78. This result showed a questionnaire were valid and reliable in Diabetes Mellitus patients. This instrument would be use in primary health care for measuring adherence behavior of DM patients.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.