The development of archaeology paradigm from processual to postprocessual, influence the archaeologists thought about landscape. Sometimes, the landscape in archaeology is arduous understood because overlapping with other studies. Actually, this problem can be solved if we analyze the development of archaeology paradigm which associated with landscape study. This article attempts to discuss the ambiguity of landscape in archaeology with case study on the megalithic complex in Jambi Highland. Based on the data, it is known that: landscape in procesual study just explain the association between megalithic with burial-jars, mountains, settlements, and natural resources around it. The result which obtained in this perspective, was an explanation of megalithic function based on the relationship between sites and environment. Conversely in post-processual, attempts to interpret about megalithic complex in Jambi Higland based on individual (including researcher perception) or community perceptions. The result obtained in postprocessual, can answer questions about the unevenness of megalithic orientation and the difference of megalithic locations.
Temuan artefak perunggu dalam se-abad terakhir di dataran Kerinci diteliti hanya sebatas pada kajian deskripsi dan ikonografi semata. Seringkali data yang didapat belum begitu akurat untuk merekonstruksi budaya masyarakatnya pada masa lampau. Apalagi temuan-temuan tersebut tidak kontekstual lagi. Analisis metalurgi yang telah banyak dilakukan peneliti terhadap temuan artefak perunggu di tempat lain, memberi kesempatan untuk ‘membongkar’ kembali artefak perunggu Kerinci agar dilakukan kajian melalui analisis metalurgi dengan studi komparatif. Melalui pendekatan induktif dalam tulisan ini, penulis mencoba memberikan gambaran tentang prospek penelitian artefak perunggu Kerinci melalui analisis metalurgi. Beberapa prospek penelitian ke depan antara lain: (1) aspek teknis pembuatan artefak tersebut; (2) aspek sosial-ekonomi seperti penelitian jalur perdagangan kuna ke Kerinci pada masa klasik; (3) migrasi artefak atau ideofak mengenai teknologi pembuatan perunggu dari Dongson ke wilayah Kerinci; (4) penelitian mengenai permasalahan apakah artefak perunggu Kerinci diimpor atau diproduksi secara lokal.
One of Dong Son Culture product is bronze vessels where found in some areas
ABSTRAKSalah satu produk budaya Dong Son adalah bejana perunggu yang ditemukan wilayah di Indonesia yaitu di Kerinci, Madura, Lampung, Kalimantan dan Subang. Kajian terhadap bejana perunggu tersebut terbatas kepada deskripsi bentuk dan pola hias, serta analisis bahan. Kajian motif hias melalui pendekatan strukturalisme pada bejana perunggu belum dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur yang terdapat pada bejana perunggu serta memberi pemaknaan baru terhadap bejana tersebut melalui pendekatan strukturalisme Levi-Strauss. Dari data yang ada dan studi kepustakaan diperoleh hasil bahwa motif-motif hias yang diterakan pada bejana perunggu merupakan wujud abstrak dari pandangan hidup, ide-ide dan gagasan masyarakat pendukungnya di masa lampau. Ide-ide dan gagasan itu adalah dualisme seperti dunia atas-dunia bawah, lelaki-perempuan, feminin-maskulin, keseimbangan, kekuatan, kesuburan dan harmoni semesta.
adalah jurnal ilmiah yang dikelola oleh Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa), asosiasi profesi pertama dan satu-satunya di Indonesia yang memperhatikan pengkajian dan pelestarian naskah Nusantara. Jurnal ini dimaksudkan sebagai media pembahasan ilmiah dan penyebarluasan hasil penelitian di bidang filologi, kodikologi, dan paleografi. Terbit dua kali dalam setahun.
Manuscript of Incung Letters founded in Kerinci, written on buffalo horn and bamboo generally. Four of all horn manuscripts is saved by Depati Sungai Lago from Koto Beringin, Mendapo Rawang as heirlooms of his clan. This manuscripts have trasliterated by Voorhoeve in 1941 and have re-digitalization by Uli Kozok between 2012-2013. However, Voorhoeve’s transliteration is imperfect and not satisfactory. The purpose of this research is to obtain text edition and translation that easier to understand by reader. The stage of this research is inventaring, describing, editing and translating. The method utilized in the text edition is standard edition method. As result of this research, is known that this manuscripts narrated the six episodes about ancestors history from local inhabitant in the indigenous territory of Tanah Rawang.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.