Kelurahan Meranti Pandak, khususnya RT 01 RW 08 merupakan cerminan permasalahan sampah yang sampai saat ini belum terselesaikan, melihat sampah berserakan menjadi hal yang biasa saja. Kebiasaan membuang sampah sembarangan dan tidak memilahnya sudah mendarah daging dimasyarakat, kurangnya edukasi untuk mengolah sampah juga menjadikan sampah semakin menumpuk. Selain itu, tumpukan sampah tidak dikelola dengan baik oleh petugas kebersihan lingkungan. Dari permasalahan tersebut, melalui Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Pengabdain Masyarakat (PKM-M) mengadakan Program Rambu Penghijauan sebagai solusi permasalahan. Program ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang pemilahan sampah dan mengolah sampah menjadi barang bermanfaat. Selain itu, plang rambu penghijauan di pasang di Meranti Pandak untuk menjadi peringatan membuang sampah pada tempatnya dan peduli terhadap lingkungan. Metode pelaksanaan program ini adalah dengan pelatihan, diskusi, dan pendampingan secara daring. Hasil dari program Rambu Penghijauan ini berupa ketercapaian tujuan pelatihan dikatakan baik (85%), Adapun kesimpulan dari program pengabdian ini bahwa Rambu Penghijauan dapat menjadi solusi permasalahan sampah di daerah pinggiran sungai Riau dengan pemilahan dan pengelolaan sampah yang baik.
Buah senduduk memiliki kandungan yang sangat baik untuk mengatasi berbagai masalah pada kulit wajah, sehingga sangat cocok dijadikan bahan baku pembuatan masker kecantikan untuk diusulkan pada Program Kreativitas Mahasiswa Tahun 2020. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan inovasi baru terhadap masker wajah yang sehat bagi kulit wajah, meningkatkan nilai jual Masker All In 1 Buah Senduduk Kaya Antioksidan dan Antibakteri dan mengetahui peluang usaha produk ini di masa depan. Alat yang digunakan adalah blender, pisau, gunting, kompor, spatula, timbangan, baskom dan corong. Lalu bahan yang digunakan adalah buah senduduk, clay bubuk, madu, lavender essential oil dan tea tree essential oil. Prosedur pembuatan mulai dari pemilihan buah senduduk yang berkualitas, pencampuran bahan dan pembuatan produk. Pemanfaatan tanaman ini menjadi produk masker wajah merupakan bentuk optimalisasi potensi tumbuhan senduduk yang sebelumnya dianggap gulma dan hanya dimanfaatkan untuk bahan pewarna alami dan obat tradisional. Metode produksi yang diterapkan adalah made to order. Metode ini mendukung kegiatan promosi yang memanfatkan media sosial. Berdasarkan analisis perencanaan produksi, produk masker ini dapat menjadi peluang usaha di masa depan.
Provinsi riau merupakan salah satu provinsi yang memiliki kawasan ekosistem mangrove cukup luas. Salah satu desa yang memiliki kawasan mangrove adalah Desa Parit I/II, Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak, yang memiliki potensi mangrove untuk pengembangan kuliner. yang berasal dari buah mangrove. Tujuan dari program ini adalah untuk mengedukasi kelompok Berembang Asri di kawasan tersebut untuk memanfaatkan mangrove menjadi olahan keragaman kuliner, sebagai upaya peningkatan ekonomi melalui industri kecil kreatif yang memanfaatkan potensi alam. Pelaksanaan program terdiri dari empat tahap, yaitu, sosialisasi, pelatihan pengenalan jenis-jenis buah mangrove, pelatihan pembuatan aneka jenis olahan kuliner mangrove, serta monitoring dan evalusasi pelaksanaan kegiatan. Hasil dari program ini adalah sirup mangrove, teh mangrove, keripik mangrove, kue mangrove, nastar mangrove, serta dodol mangrove. Respon anggota kelompok terhadap kegiatan ini sangat baik, mereka merasa bahwa kegiatan ini bermanfaat dan diharapkan dapat dilanjutkan. Produk olahan kuliner mangrove berpotensi untuk dikembangkan di Kabupaten Sungai Apit dan Siak, sebagai produk unggulan desa. Riau Province is one of the provinces that has a wide area of mangrove ecosystem. One of the villages that has a mangrove area is Parit I/II Village, Sungai Apit District, Siak Regency, which has mangrove potential for culinary development derived from mangroves. The aim of this program is to educate the Berembang Asri group in this area to utilize mangroves to become processed culinary diversity, as an effort to increase the economy through creative small industries that take advantage of natural potential. The implementation of the program consists of four stages, namely, socialization, training on the introduction of types of mangrove fruits, training on making various types of mangrove culinary preparations, as well as monitoring and evaluating the implementation of activities. The results of this program are mangrove syrup, mangrove tea, mangrove chips, mangrove cake, mangrove nastar, and mangrove lunkhead. The response of group members to this activity was very good, they felt that this activity was useful and they hoped it could be continued. Mangrove culinary processed products have the potential to be developed in Sungai Apit and Siak Regencies, as village superior products.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.