ABSTRAK Sebagian besar sumber daya batubara Indonesia adalah batubara peringkat rendah. Batubara ini dapat ditingkatkan nilai kalornya dengan melakukan proses pengeringan (upgrading). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perubahan komposisi sub-maseral dan reflektan vitrinit setelah proses pengeringan. Penelitian upgrading ini dilakukan menggunakan dua metode, yaitu metode hidrotermal dan oksidasi terhadap percontoh batubara Muara Wahau. Hasil penelitian menunjukkan persentase grup maseral eksinit berkurang dan grup maseral vitrinit bertambah setelah proses pengeringan. Dalam grup maseral vitrinit, akibat proses pemanasan desmokolinit lebih stabil dibandingkan dengan maseral lainnya. Pada suhu pengeringan yang tinggi (>150 o C), persentase inertinit lebih tinggi pada kondisi atmosfer teroksidasi dibandingkan persentase inertinit hasil proses hidrotermal. Dalam grup maseral inertinit, sklerotinit lebih stabil oleh proses pemanasan dibandingkan maseral lainnya. Nilai rata-rata reflektan vitrinit meningkat pada proses pengeringan hidrotermal dan konstan setelah proses oksidasi. Perubahan struktur molekul batubara antara lain putusnya ikatan CC pada senyawa alifatik dan terbentuknya senyawa aromatik terkondensasi diperkirakan sebagai penyebab terjadinya perubahan komposisi maseral dan perubahan nilai rata-rata refelektan vitrinit. Kata kunci: proses pengeringan, maseral, hidrotermal, reflektan vitrinit ABSTRACT Most of Indonesia's coal resources are low rank coals. The heating value of the coal could be increased through drying/upgrading process. The objective of this study is to determine the changes in sub-macerals composition and the average value of vitrinite reflectance after the upgrading process. This research was conducted using two upgrading methods, namely hydrothermal and oxidation towards Muara Wahau coal sampels. The results show that percentage of exinite maceral group decreases and vitrinite maceral group increases after upgrading. Among the vitrinite group maceral, desmocolinite is the most stable on heating. At temperature of above 150 o C, inertinite percentage is higher on upgrading under oxidation compared to that under hydrothermal conditions. Among inertinite maceral group, sclerotinite is the most stable on heating. The average value of vitrinite reflectance increased after hydrothermal and constant after oxidation process. Changes in the molecular structure of coal, among others breaking the CC bond in aliphatic compounds and the formation of condensed aromatic compounds, are expected to cause the alteration of maceral and changes in average value of vitrinite reflectance.
AbstrakTeknologi pencairan batubara yang rencana dikembangkan di Indonesia adalah pencairan batubara peringkat rendah yang menggunakan katalis. Menentukan katalis yang tepat dapat meningkatkan hasil konversi dan perolehan minyak. Konsep ini merupakan ide penelitian, dengan tujuan untuk mengivestigasi hasil konversi dan perolehan minyak batubara Papua dengan menggunakan katalis bijih besi. Batubara dicairkan dalam autoklaf 5 liter dengan katalis biji besi dan antrasen sebagai pelarutnya. Kondisi operasional terdiri dari suhu 400ºC dan waktu tunggu 60 menit. Hasil konversi ketiga sampel tanpa katalis hanya dalam kisaran 65,72-66,45%, sedangkan konversi dengan katalis bijih besi berkisar antara 88,63-89,94 % dan perolehan minyak antara 62,11-63,34 %. Hasil ini sekaligus menunjukkan kontribusi katalis bijih besi terhadap peningkatan konversi yang rata-rata mencapai 23,04 %.Kata kunci: pencairan batubara, peringkat rendah, bijih besi, konversi, minyak. AbstractThe coal liquefaction technology that the plan developed in Indonesia is low rank coal liquefaction using catalyst. Determining the right catalyst can improve the result of conversion and oil yield. This concept is research idea, with the aim to investigate the result of conversion and oil yield of Papua Coal by using iron ore catalyst. Coal is liquefied on the autoclave 5 liter with iron ore catalyst and antrasen as solvent. Operating conditions consist of temperature of 400ºC and holding time of 60 minutes. The result of conversion of the three samples without catalyst is only in the range of 65.72-66,45 %, whereas the conversion with iron ore catalysts ranged from 88.63-89.94 % and oil yield between 62.11-63,34%. This result also shows the contribution of iron ore catalyst to increase the conversions that averaged 23.04 %.
Mineral matter dan sulfur merupakan komponen anorganik yang selalu berpengaruh negatif pada saat pemanfaatan batubara di industri. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberadaan mineral dan sulfur dalam batubara adalah lingkungan pengendapan. Konsep ini merupakan latar belakang penelitian, dengan tujuan untuk menginvestigasi pengaruh lingkungan pengendapan terhadap kandungan mineral matter dan sulfur pada batubara. Batubara yang dianalisis dalam penelitian ini berasal dari Cekungan Papua Utara (BCPU) dan Cekungan Kutai (BCK). Interpretasi lingkungan pengendapan menunjukkan bahwa batubara BCPU terbentuk pada lingkungan caostal marsh, sedangkan batubara BCK tersedimentasi di lingkungan limnik. Implikasi penelitian adalah lingkungan pengendapan berpengaruh terhadap komponen anorganik batubara seperti kandungan mineral matter (pirit dan lempung), sulfur dan abu tinggi
INTISARIPencairan batubara merupakan teknologi pemanfaatan batubara yang dapat menggantikan peran minyak bumi di masa depan. Proses pencairan batubara dipengaruhi oleh faktorfaktor seperti karakteristik batubara, kondisi operasional, pelarut dan katalis. Komposisi kimia batubara, komposisi mineral, zat terbang dan kadar air merupakan komponen karakteristik batubara yang berpengaruh terhadap peningkatan konversi dan perolehan minyak. Fokus penelitian ini adalah pengaruh kadar air terhadap proses dan hasil pencairan yang dilakukan pada otoklaf berkapasitas 5 liter dengan suhu 400ºC. Pengamatan proses pencairan menunjukkan peningkatan tekanan dengan cepat pada pencairan batubara lignit, sebaliknya tekanan reaksi pada pencairan batubara subbituminus dan bituminus cenderung stabil. Data hasil pencairan memperlihatkan bahwa batubara Papua dengan kadar air tinggi menghasilkan konversi tinggi mencapai 88,97 % dan perolehan minyak sebesar 63,34 %, sedangkan batubara Kutai 1 & 2 yang memiliki kadar air rendah menghasilkan konversi rendah masing-masing sebesar 84,79 % dan 78,67 % serta perolehan minyak masing-masing sebesar 60,98 % dan 62,83 %. ABSTRACTCoal liquefaction is the technology of coal utilization that can replace the role of petroleum in the future. Coal liquefaction process is influenced by factors such as coal characteristics, operating conditions, solvents and catalysts. The chemical composition of coal, mineral composition, volatile matter and moisture content is component of coal characteristics that take effect to increased the conversion and yield. The focus of study was the effect of water content to the process and the liquefaction results conducted in an autoclave with 5 liters capacity with temperature is 400ºC. Observation of the liquefaction process showed an increase in pressure quickly on lignite coal liquefaction, conversely the reaction pressure on liquefaction of bituminous coal and subbituminus tends to stabilize. Liquefaction results show that Papua Coal with high moisture produces high conversion reached 88.97 % and oil yield of 63.34%, whereas the Kutai Coal 1 & 2, which has a low moisture content also resulting low conversion each by 84.79% and 78.67%, and oil yield respectively 60.98% and 62.83%.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.