AbstrakMitos Oheo adalah kisah tentang salah satu versi asal-usul suku Tolaki. Sumber mitologi yang diperoleh dari orang-orang tua suku Tolaki ini memuat kisah Oheo dan Anawaingguluri yang dalam salah satu buku sumber dikatakan sama dengan Putri Wekoila, seorang perempuan yang menjadi cikal bakal suku Tolaki. Meskipun mitos Oheo sudah tidak sekuat dulu diyakini oleh suku Tolaki, mitos ini memuat hal-hal yang pada akhirnya menjadi acuan aturan adat yang sudah ditetapkan. Penelitian difokuskan pada salah satu aspek aturan adat suku Tolaki, yaitu konsep o rapu. Penelitian ini bertujuan mengungkap asas hubungan dalam konsep o rapu yang terepresentasi dalam mitos Oheo. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan kajian budaya, khususnya teori intertekstual. Hasil analisis menunjukkan bahwa di dalam mitos Oheo terdapat representasi asas hubungan meowali, meo'ana meo'ana, meo'ina meo'ana, dan mbeo'ana. Pembahasan hasil analisis diarahkan pada hubungan representasi konsep o rapu di dalam mitos dengan posisi perempuan di dalam keluarga suku Tolaki. Dari hasil dan pembahasan diketahui bahwa perempuan dalam keluarga suku Tolaki berada pada posisi terhormat dikaitkan dengan proses perawatan anak sebagai regenerasi keluarga, tidak tabu berada pada wilayah kerja nondomestik, dan posisi yang berhak mendapat perlindungan dari anggota keluarga laki-laki.
Abstrak Mitos Oheo adalah mitos yang hidup dalam masyarakat Tolaki, Sulawesi Tenggara. Mitos ini diyakini memuat peristiwa peminangan yang pertama kali dilakukan dalam peradaban suku Tolaki. Dalam penelitian ini dilakukan penelusuran representasi tradisi onggoso, sebuah tradisi membayar sejumlah uang belanja sebagai syarat pernikahan, dalam mitos Oheo. Permasalahan penelitian adalah bagaimana tradisi onggoso yang dikenal oleh Suku Tolaki terepresentasi dalam mitos Oheo. Penelitian ini bertujuan untuk menarik relasi antara kode- kode yang terdapat di dalam mitos Oheo dengan tradisi onggoso yang dikenal dalam adat perkawinan Suku Tolaki. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan semiotik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tradisi onggoso mengambil contoh dari pengajuan syarat dari Anawaingguluri kepada Oheo untuk menerima pinangan Oheo. Dalam mitos Oheo, tradisi onggoso terepresentasi dalam dua fokus, yaitu penentuan kesepakatan dan teknis pembayaran. Segmen awal mitos Oheo berelasi dengan penentuan kesepakan mengenai jenis dan jumlah onggoso yang harus dibayarkan oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan. Syarat yang diajukan oleh Anawaingguluri harus disetujui oleh Oheo agar pernikahan di antara keduanya dapat dilaksanakan. Segmen tengah dan akhir yang memuat upaya Oheo berkumpul kembali dengan Anawaingguluri berelasi dengan mo mbolika odandi atau memperbaharui janji. Melalui mo mbolika odandi inilah terlihat upaya pihak laki-laki dalam menepati janjinya sebagai sebuah tanggung jawab. Kata kunci: tradisi onggoso, suku Tolaki, mitos Oheo Abstract The Oheo myth is a myth that lives in the Tolaki society, Southeast Sulawesi. This myth is believed to contain the rst marriage proposal carried out in Tolakinese civilization. This study traced the representation of onggoso tradition, a tradition of paying an amount of spending money as a condition for marriage, in the Oheo Myth. The issue of research is how is the traditional tradition known by the Tolaki tribe represented in the Myth of Oheo? This study aims to attract relations between the myth of Oheo and the tradition of onggoso known in the marriage customs of the Tolaki tribe. The study was conducted with a qualitative descriptive method with a semiotic approach. Based on the results of the analysis it can be concluded that the Onggoso tradition took the example of submitting conditions from Anawaingguluri to Oheo to accept Oheo’s proposal. In the Oheo myth, the onggoso tradition is represented in two focuses, namely the determination of agreement and technical payment. The initial segment of the Oheo myth relates to the determination of agreement on the type and number of onggosos the male side must pay to the woman. The terms proposed by Anawaingguluri must be approved by Oheo so that the marriage between the two can be carried out. While the middle and nal segments that contain Oheo’s efforts are reunited with Anawaingguluri in connection with the music magazine or renewing an appointment. It is through this mo mbolika odandi that the efforts of the men in keeping their promises are seen as a responsibility.Keywords: onggoso tradition, Tolakinese tribe, Oheo myth
PENDAHULUANHakikat segala sesuatu di alam ini selalu menghendaki hadirnya keseimbangan. Saat globalitas yang bersifat universal merambahi dunia manusia menyusup sampai ke pelosok sehingga seolah meniadakan perbedaan identitas antarperson dan berlangsung dari waktu ke waktu, akhirnya kita tiba pada sebuah kesadaran akan kebutuhan alami untuk menyeimbangkan keadaan. Sesuatu hal lain yang menonjolkan sifat partikular semakin dirasa sebagai kebutuhan yang men Se desak. suatu hal itu bernama lokalitas, sebagai antitesa globalitas.Sastra merupakan sebuah dunia yang menjadi representasi kenyataan yang terjadi dalam alur perjalanan manusia. Berdasar konsekuensi logis dari kenyataan eksistensinya sebagai representasi kehidupan, sastra pun tidak lepas dari pengaruh dikotomi lokal-global yang tengah merebak sebagaimana diilustrasikan sebelumnya. Penulis-penulis 37
Meoli spell present as one performance package within custom ritual called meoli ritual. Meoli ritual is a politeness expression of the perpetrators in expressing the purpose of request permission or apology to the sangia as the ruler of nature when opening the land to grow crops. This study examines the value of politeness in the meoli spell with the ethnopoetic approach. The issues raised are how has the politeness value existed in the meoli spell. By applying qualitative research method, data collection is done by observation, interview, and literature study. From the analysis, it is known that the value of politeness in the meoli mantra embodies the priority scale in which the preferred is the custom observer, followed by an apology by mentioning the whole of the target, newly expressed by the expression of intent and hope as the core message of the meoli spell. The beautiful way of disclosure also supports the value of politeness in the meoli spell
Martandu Myth is the story of one mythological creature (described as a giant-snake like creature with horns) within Moronene tribe in Kabaena island, precisely in the upstream of Lakambula River. Problems research issued in this article are how the Martandu myth represents the local genius of the Moronene tribe in Kabaena in relation with the flood potential in the Lakambula River and how the relevance of the Martandu Myth is to the present situation. Therefor, the aims of the research are to describe the local genius of Moronene tribe in Kabaena island in relation with flood potential in Lakambula river and to describe the relevance of Martandu Myth to the present situation. Data in the form of Martandu Myth and the reality of the present conditions at the research locus were obtained from literature tracing and interviews with informan. Data were analyzed qualitatively using mitem analysis techniques, readings, and interpretations. The results of the analysis show that the Martandu Myth represents the Moronene tribe in Kabaena local genius in relation to the flood potential in the Lakambula river in the form of a scenario containing a number of layered warnings if someone makes a mistake in violating the rules. In the last section, it is ilustrated when outsiders who want to occupy their wealth come, to be prevented indeed. This myth has relevance to the present situation in which the modernity changes the pattern of thinking of its people to be more instant and feels as if they are no longer fully dependent on the goodness of nature. Likewise, the final scenario of the Martandu against the sharks/marine martandu is relevant to the arrival of people from outside who want to take part in taking advantage of the Moronene earth nature treasure in Kabaena. AbstrakMitos Martandu adalah kisah tentang satu makhluk mitologis (digambarkan sebagai makhluk serupa ular raksasa yang bertanduk) dalam suku Moronene di Pulau Kabaena, tepatnya di hulu Sungai Lakambula. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana mitos Martandu merepresentasikan kecendekiaan lokal suku Moronene di Kabaena dalam kaitannya dengan potensi banjir di Sungai Lakambula dan bagaimana relevansi Mitos Martandu dengan keadaan yang ada sekarang. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan mendeskripsikan representasi kecendikiaan lokal suku Moronene di Kabaena dalam Mitos Martandu dalam kaitannya dengan potensi banjir di Sungai Lakambula dan relevansinya dengan keadaan saat ini. Data berupa Mitos Martandu dan realitas kondisi sekarang di lokus penelitian diperoleh dari penelusuran pustaka dan wawancara dengan informan. Data dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan teknik analisis mitem, pembacaan, dan pemaknaan melalui perelasian. Hasil analisis menunjukkan bahwa Mitos Martandu merepresentasikan kecendekiaan lokal suku Moronene di Kabaena terkait potensi banjir di Sungai Lakambula dalam bentuk skenario berisi sejumlah peringatan berlapis apabila ada yang melakukan kesalahan melanggar aturan. Pada bagian terakhir, diskenariokan apabila datang pihak luar yang ingin menguasai kekayaan mereka, maka harus dicegah. Mitos ini memiliki relevansi dengan keadaan sekarang di saat arus modernitas mengubah pola berpikir manusianya menjadi lebih instan dan merasa seolah tidak lagi sepenuhnya bergantung pada kebaikan alam. Demikian pula skenario akhir martandu yang melawan hiu/martandu laut, relevan dengan kedatangan orang-orang dari luar yang hendak turut serta mengambil manfaat dari kakayaan alam bumi Moronene di Kabaena.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.