Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang penerapan modal sosial dalam pendidikan Ponpes Al-Syaikh Abdul Wahid Baubau dan Ali Maksum Krapyak Yogyakarta, persamaan dan perbedaan modal sosialnya dalam rangka mengetahui lebih jauh tentang keunggulan modal sosial dari masing-masing pesantren tersebut. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan subjeknya kiai, ustadz, dan santri. Sedangkan objeknya adalah modal sosial yang menunjang pendidikan Ponpes Al-Syaikh Abdul Wahid dengan ciri khas materi ajarnya yaitu pendidikan kemasyarakatan dan pengajaran bahasa Arab dan Inggris, sedangkan Ali Maksum Krapyak yaitu pada Hifzul Qur’an. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Keabsahan data yang dianalisis dilakukan dengan cara mereduksi, mengklasifikasikan, mentafsirkan dan memverifikasi data yang diperoleh dari lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: modal sosial yang dimiliki di Ponpes Al-Syaikh Abdul Wahid Baubau dan Ali Maksum Yogyakarta berupa kepercayaan, kerjasama, dan nilai-nilai. Kepercayaan dibangun berdasarkan tanggung jawab dan perhatian. Kepercayaan itu kemudian dilaksanakan dengan baik berdasarkan keikhlasan dengan mengharapkan ridha dari Allah Swt. Kerjasama dibangun berdasarkan komunikasi, keterlibatan, dan koordinasi. Inti dari kerjasama adalah untuk meningkatkan mutu pondok. Nilai-nilai yang ada di Ponpes Al-Syaikh Abdul Wahid Baubau meliputi keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, ukhuwah Islamiyah, kebebasan, dan nilai yang ada di Ponpes Ali Maksum Yogyakarta meliputi disiplin, kerja keras, kebersamaan, kesederhanaan, kesabaran, dan toleransi. Adapun nilai-nilai yang dimiliki Ponpes Ali Maksum Yogyakarta telah mendapat perhatian yang besar sebagai penguat dalam membangun kebersamaan. Kata kunci: modal sosial, pondok pesantren.
Keraton dapat diartikan sebagai bangunan fisik juga sebagai entitas sosial. Sebagai bangunan fisik, keraton tidak hanya berkedudukan sebagai pusat pemerintahan dan kebudayaan, tetapi juga pusat magis kerajaan. Raja, menurut konsepsi orang Jawa berkewajiban membuat kehidupan masyarakatnya sejahtera lahir batin. Oleh rakyatnya raja dianggap sakral dan magis. Demikian pula benda-benda yang dimilikinya. Sebagai entitas sosial, berupa masyarakat dan komunitas yang di dalamnya terjadi interaksi sosial, baik secara individual maupun kolektif. Penelitian ini meliputi keraton sebagai bangunan fisik yang berkedudukan sebagai pusat pemerintahan dan kebudayaan, juga segi kultural relijius perpindahan keraton Kartasura ke Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode historis atau sejarah. Segi kultural relijius perpindahan Keraton Kartasura ke Surakarta merupakan peristiwa besar bagi kerajaan Mataram karena perpindahan keraton tersebut menyangkut kelangsungan Kerajaan Mataram, baik pada bidang politik, ekonomi, kebudayaan maupun kerajaan sebagai pusat magis. Kata kunci: kultural; relijius; perpindahan; keraton.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.