Lahan bekas tambang timah merupakan lahan yang terdegradasi berat dan memerlukan amelioran (pembenah tanah) untuk rehabilitasinya. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh amelioran terhadap produktivitas tanah dan hasil tanaman cabai rawit pada lahan bekas tambang timah. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (Randomized Block Design) dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan. Adapun perlakuannya adalah: Kontrol (tanpa amelioran) (B-0), Pupuk kandang 25 t ha-1 (B-1), Biochar Acasia mangium 25 t ha-1 (B-2), Biochar sekam 25 t ha-1 (B-3), Biochar Acasia mangium + pupuk kandang (1:1) 25 t ha-1 (B-4), Biochar sekam + pupuk kandang (1:1) 25 t ha-1 (B-5). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanah pada lahan bekas tambang mempunyai sifat fisik yang kurang baik untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Tanah tersebut mempunyai bulk density (BD) dan particle density (PD) yang cukup tinggi, ruang pori total (RPT), pori air tersedia dan pori drainase lambat yang rendah serta pori drainase cepat yang tinggi. Dengan demikian tanah mempunyai kapasitas memegang air (water holding capacity) yang rendah. Campuran biochar sekam dan pupuk kandang (1:1) memberikan hasil tanaman tertinggi (8,7 t ha-1); nyata lebih tinggi dari perlakuan tanpa pemberian amelioran (1,7 t ha-1). Amelioran biochar Acasia mangium atau biochar sekam yang dicampur dengan pupuk kandang (1:1), memberikan hasil tanaman yang lebih baik dibandingkan dengan pemberian amelioran tersebut secara tunggal.
Pemupukan silikon (Si) pada lahan sawah di Indonesia tidak umum dilakukan mengingat pupuk ini belum dikenal luas. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman padi sangat memerlukan unsur Si untuk meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan terhadap serangan hama penyakit. Penelitian pengaruh pupuk silika terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi sawah telah dilakukan pada lahan sawah dengan jenis tanah Inceptisols di Serang, Provinsi Banten, Indonesia. Penelitian bertujuan untuk mengetahui efektivitas pupuk silika terhadap pertumbuhan dan produksi padi sawah serta menentukan dosis optimum pupuk silika. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan delapan perlakuan yaitu kontrol, NPK dan 6 tingkat dosis pupuk silika (SiO2) yaitu 147 kg ha-1 , 294 kg ha-1 , 441 kg ha-1 , 588 kg ha-1 , 735 kg ha-1 dan 882 kg ha-1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemupukan dengan pupuk mengandung silika meningkatkan pertumbuhan tanaman dengan nyata yang ditandai dengan pertumbuhan tanaman lebih tinggi, anakan lebih banyak dan biomasa lebih banyak dibandingkan perlakuan NPK standar. Pemberian pupuk silika juga meningkatkan ketahanan terhadap rebah karena batangnya lebih kuat dan anakannya lebih banyak. Pemberian pupuk silika sebagai tambahan pupuk NPK juga meningkatkan produksi padi dengan nyata sebesar 117% dibandingkan kontrol dan 26,7% dibandingkan dengan perlakuan NPK standar. Dosis optimum pupuk silika yang direkomendasikan untuk padi sawah adalah 217 kg SiO2 ha-1 sedangkan dosis maksimum sekitar 320 kg SiO2 ha-1 .
Reclamation of tidal swamps will increase the opportunities of pyrite oxidation which causes severe acidification. Pyrite oxidation occurs due to over drained and pyrite exposed to oxygen. The acidification process is unavoidable; therefore, mitigation efforts needed to minimize adverse impacts. In general, mitigation efforts can be done with 2 approaches, namely preventive approach, an effort to prevent continued acidification, and curative approaches, an effort to rehabilitate degraded land. Land use planning with detailed engineering design is the first step to mitigate the effects of pyrite oxidation. Mitigation efforts for acidified soil can be using water management techniques to leach toxic elements out from the root zone. Many research results revealed that one-way flow system water management was effective to reduce toxic element. High soil acidity and toxic element can also reduce by applying soil ameliorant such as 0.5 to 2.0 t ha−1 of lime. It’s can increase soil pH, plant growth and fertilizer use efficiency. Strong acid soils also cause low nutrient status due to intensive leaching and fixation. Therefore, nutrient supply trough fertilization is needed. Finally, mitigation efforts can also be done by planting acid tolerant rice varieties that resulted from long time rice research in tidal swamps. This paper described some efforts should be done to mitigate pyrite oxidation impacts for agriculture.
Utilization of acid upland for food crop farming faces many constraints, related to physical, chemical and biological soil properties. Research on the effect of organomineral soil amendment on soil chemical properties and growth of maize was carried out at the Experimental Station of the Center for Agricultural Mechanization Research and Development Serpong, Tangerang. The objective of the study was to examine the ef fec t of organomineral (OM) soil amendment on the improvement of soil chemical properties and plant growth of hybrid maize P-21. The study used a randomized block design, consisted of eight treatments with three replications. The treatments were control (without fertilizer and ameliorant), standard rate of NPK, five levels of OM soil amendment (500; 1,000; 1,500; 2,000; and 2,500 kg/ha) and dolomite 1,500 kg/ha. Soil treatment of 2,000 kg/ha OM significantly increased soil pH and reduced the exchangeable aluminium, comparable to those from the treatment of 1,500 kg/ha dolomite. Soil treatment of 1,500 kg/ha dolomite showed the best effect on improving soil pH and exchangeable Al. The improvement of soil chemical properties due to OM treatment were followed by better plant growth when compared to that of NPK treatment only, as was commonly practiced by farmers. OM soil amendment significantly increased plant growth and increased shelled maize yield. The increase of shelled maize yield by 15.7% was obtained from soil applied with 2,000 kg/ha OM. Base on the response curve of shelled maize data the maximum growth and yield of maize could be obtained by applying OM soil amendment at rate of 1,750 kg/ha.
Penelitian pelindian dan serapan logam berat oleh tanaman jagung yang dipupuk dengan pupuk gambut (Pugam) dilakukan dalam bentuk percobaan pot di rumah kaca. Penelitian bertujuan untuk menguji laju pelindian dan serapan logam berat oleh tanaman jagung yang dipupuk dengan Pugam pada tanah gambut. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan lima perlakuan yaitu kontrol, NPK konvensional, dan dosis Pugam 15 g pot -1 , 30 g pot -1 , dan 45 g pot -1 atau setara dengan 500 kg, 1000 kg, dan 1500 kg ha -1 . Jumlah logam berat yang terlindi dapat dideteksi dari konsentrasi logam pada air licit (leachate) yang diambil secara reguler dari dasar pot, sedangkan serapan logam berat diukur melalui analisis tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pugam mengandung sejumlah logam berat yaitu Cr, Pb, dan Cd dalam konsentrasi yang rendah, yaitu berturut-turut 96; 17,3; dan 1,6 mg kg -1 . Sebagian dari logam berat tersebut terdeteksi pada air licit dari tanah gambut yang diberi perlakuan Pugam, namun konsentrasinya di bawah nilai ambang batas konsentrasi logam berat untuk tanaman pertanian seperti yang tercantum pada lampiran PP. 82/2001 tentang kualitas air. Logam berat Cr dan Cu cukup banyak terdeteksi pada pupuk Pugam, yaitu masing masing 96 mg kg -1 dan 1546 mg kg -1 , tetapi tidak terdeteksi pada air licit, karena kedua logam berat ini memiliki afinitas yang tinggi untuk berikatan dengan ligan organik. Logam berat Pb, As, Se, dan Zn mengalami pelindian yang terdeteksi melalui air licit, tetapi konsentrasinya berada di bawah nilai ambang batas kualitas air (PP No. 82/2001) dan tidak berkorelasi dengan perlakuan pupuk Pugam. Bobot masa akar dan biomas pada perlakuan Pugam 500 kg ha -1 meningkat masing-masing 58 kali dan 45 kali lipat dibandingkan dengan perlakuan NPK karena Pugam bila larut melepaskan kation polivalen yang mampu menetralisir asam fenolat yang beracun bagi tanaman. Perlakuan Pugam tidak meningkatkan konsentrasi dan serapan logam berat oleh tanaman jagung. Kisaran konsentrasi logam berat adalah (mg kg -1 ) 1,95-2,79 Pb; 0,2-0,3 As; 1,45 -2,83 Cr; 0,05 Co, sedangkan Cd, Hg, dan Ni tidak terdeteksi. Semua kisaran konsentrasi logam berat tersebut jauh di bawah nilai ambang batas konsentrasi yang membahayakan.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.