The aim of this study is to develop a grouping model in order to determine the means of trade and accommodation according to the regions in Indonesia. Research can be a reference for the government to increasing the income of each region in Indonesia equally. Research data were taken from a website that provides government statistical data, namely BPS (Badan Pusat Statistik)-www.bps.go.id The solution is to use data mining techniques with clustering methods. The data test process uses the Rapid Miner software. Three clusters of mapping labels are used, namely the high cluster (K1), the normal cluster (K2) and the low cluster (K3). The results of the rapidminer processing were obtained from the centroid data for high clusters, namely ((1527), (810.4), (5865), (6655.3), (323), (315.1); the medium cluster, namely ((286), (199.591), (1327), (2240.227), (93.227), (140.955)); and the low cluster, namely (139.25), (122.5), (508.833), (919.222), (64.417), (94.444)). The cluster results show that 5 provinces are classified as high in clusters; 13 provinces are classified as medium clusters; and 16 provinces are classified as low clusters. Out of the results of the study, some 47% of areas in Indonesia still have low trade and housing facilities. With this analysis, it is hoped that the government will be able to pay more attention to regions whose revenues are still below average.

The establishment of Syariah Financial Technology (FinTech) has answered the needs of the current transaction system. The presence of financial technology has made the current financial system run fast and efficiently. This research will explain and analyze the potential of Islamic Fintech in reaching non-bank financing. Data collection used in this research is descriptive qualitative method by directly observing the field. The analysis technique used in compiling the potential of Islamic FinTech is the matrix of Strengths, Opportunities, Weaknesses and Threats (SWOT). The results of the SWOT analysis show that there are several potentials for Islamic FinTech, including: 1) More potential investors and lenders considering that the majority of Indonesians are Muslim, 2) There are clear regulations related to Islamic FinTech in Indonesia, 3) Ease of access to services for all people, 4) Save operational costs and marketing costs for the company, and 5) The types of products offered to customers are more diverse, both in the form of financing and savings. So it can be concluded that with the existence of Technology Finance, the public will be more assisted and easier in conducting transactions between banks.

This study aimed to analze how Suska Riau state Islamic university optimizes managing its college human resources in implementing the independent curriculum. Many studies have been carried out in developing higher education human resources, but they are related to something other than the independent curriculum. We obtained meaningful input and extracted information from several related literatures through semi-structured interviews with teaching staff and university leaders. As for the process, other than interviews, we obtained data through an electronic search on several scientific publications discussing higher education human resources issues. After processing the data and discussing it, we can conclude that the efforts of Islamic state universities have taken several strategies to optimize their HR management; among others, they are taking digitalization and automation systems as well as developing learning all these things in order to make their campuses leading in the area. Thus, this finding will become a reference for adding different study areas. Keywords: Human Resource Management, Optimizing Human Resources, Curriculum Indonesia

Petani agrobisnis khususnya padi  yang dalam kesenyataannya ditinjau dari aspek sosial dan ekonomi masih rendah dari pendapatan yang diperolehdari kegiatan yang dilakukan guna pemenuhan kebutuhan hidupnya. Hal ini sangat dipengaruhi oleh  intern factor dan extern factor. Dalam upayanya para petani agribisnis khususnya padi menghadapi berbagai kendala dan selalu berusaha untuk mengatasi kendala tersebut. Maka dipandang perlu sekiranya mengkaji masalah utama yang menjadi urgensi masalah dari pendapatan para petani tersebut yakni melihat dari aspek sosial dan ekonomi yang menjadi harapan besar para petani agribisnis khususnya padi untuk selalu berupaya untuk meningkatkannya dikarenakan akan kebutuhan hidup dan tanggungan yang menjadi kewajibannya semakin meningkat. Secara umum antara harapan dan senyatanya sangatlah bertolak belakang, begitu pula dengan teori yang dimiliki para petani dan dari usaha secara langsung di lahan pertanian yang dimilikinya terdapat kesenjangan, terlebih dengan luas lahan yang digarap ataupun dikelola berhubungan erat dan sangat significant dengan pendapatan yang diperoleh dikemudian hari. Begitu pula halnya dari penjualan hasil pertanian tidak sesuai harapan, inilah yang harus disinkronkan oleh para petani yang ternyata tidak mudah seperti membalik telapak tangan.

Petani agrobisnis khususnya padi  yang dalam kesenyataannya ditinjau dari aspek sosial dan ekonomi masih rendah dari pendapatan yang diperolehdari kegiatan yang dilakukan guna pemenuhan kebutuhan hidupnya. Hal ini sangat dipengaruhi oleh  intern factor dan extern factor. Dalam upayanya para petani agribisnis khususnya padi menghadapi berbagai kendala dan selalu berusaha untuk mengatasi kendala tersebut. Maka dipandang perlu sekiranya mengkaji masalah utama yang menjadi urgensi masalah dari pendapatan para petani tersebut yakni melihat dari aspek sosial dan ekonomi yang menjadi harapan besar para petani agribisnis khususnya padi untuk selalu berupaya untuk meningkatkannya dikarenakan akan kebutuhan hidup dan tanggungan yang menjadi kewajibannya semakin meningkat. Secara umum antara harapan dan senyatanya sangatlah bertolak belakang, begitu pula dengan teori yang dimiliki para petani dan dari usaha secara langsung di lahan pertanian yang dimilikinya terdapat kesenjangan, terlebih dengan luas lahan yang digarap ataupun dikelola berhubungan erat dan sangat significant dengan pendapatan yang diperoleh dikemudian hari. Begitu pula halnya dari penjualan hasil pertanian tidak sesuai harapan, inilah yang harus disinkronkan oleh para petani yang ternyata tidak mudah seperti membalik telapak tangan.