Waterfalls are a tourist attraction that has been widely used for its ecosystem services as Nature-Based Tourism in Bali. However, there are still several waterfall points that have not been recorded in the mapping that has been carried out, one of which is in the Bukitsari Sub-Village, Tegallinggah Village which actually also has an uncharted waterfall. The objectives of this study were 1) to know the general description of the location of the waterfall in Bukitsari Sub-Village, 2) to find out the distribution of waterfalls in Bukitsari Sub-Village, 3) to identify waterfall as a potential tourist attraction in Bukitsari Sub-Village. This research is a descriptive research with spatial analysis. The method used in this research is a field survey which includes observation, documentation and interviews. From the results of the study it can be concluded that in general the location is close to the city of Singaraja. There are two waterfalls in Bukitsari Sub-Village, Tegallinggah Village that not too far from one another because in one river flow. Based on its potential, the waterfall in Bukitsari Sub-Village, Tegallinggah Village has a low potential value, this is because there is no availability of supporters such as extreme sports, there is no accommodation at all except souvenirs by taking pictures at the waterfall, and the location, distance, travel time was is quite long with dirt roads and difficult to reach because of vegetation dense and sharp terrain slope, and there are no institutions and managers.
Kondisi lereng gunung berapi dan letaknya di hulu DAS menyebabkan terdapat banyak air terjun di Desa Wanagiri. Penelitian ini menggunakan sampling area dengan lokasi di Banjar Bhuana Sari dan Banjar Puncak Manik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memetakan dan mengetahui sebaran air terjun serta memetakan karakteristik lacaknya ke air terjun tersebut. Data dikumpulkan melalui pelacakan lapangan dengan Mobile GPS dan diproses menggunakan Google Earth Pro. Hasil penelitian ini menunjukkan dari persebarannya Banjar Bhuana Sari memiliki 4 objek wisata air terjun yang memiliki keragaman sebaran yang lebih banyak dan Banjar Puncak Manik memiliki 3 objek wisata air terjun yang memiliki keragaman sebaran yang berdekatan. Dari ciri track tracking menuju air terjun, air terjun di Banjar Bhuana Sari memiliki panjang jalur 1153 meter dari pintu masuk terpanjang dan jalur terpendek 955 meter, perbedaan ketinggian terendah 96 meter dan tertinggi 148 meter, serta memiliki kemiringan terendah. sebesar 6,9% dan tertinggi 10,6% dengan relief terendah landai dan tertinggi agak landai, serta waktu tempuh rata-rata 60 menit. Air terjun di Banjar Puncak Manik memiliki panjang lintasan dari posko terpanjang 565 meter dan jalur terpendek 426 meter, perbedaan ketinggian terendah 49 meter dan tertinggi 90 meter dengan kemiringan terendah 19,2% dan tertinggi 25,8 meter. % dan relief terendah adalah kemiringan sedang dan tertinggi. tanjakan terjal, dan waktu tempuh terpendek 30 menit dan terlama 40 menit.Kata Kunci: persebaran, air terjun, trekking
Pendakian merupakan aktivitas olahraga yang banyak digandrungi generasi muda, namun tak jarang dari sisi karakter pendaki yang masih belum memiliki dasar –dasar navigasi, serta pemahaman tentang budaya masyarakat lokal. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan jalur pendakian yang ada Kawasan Hutan Lindung Bukit Cemara Geseng Via Desa Silangjana menggunakan aplikasi Gps Alphine Quest Dan Google Earth Pro dengan cara survei lapangan dan wawancara terkait dengan kearifan lokal masyarakat. Adapun hasil penelitian ini memberikan gambaran tentang (1) Akses menuju titik start pendakian,(2) Tata cara perijinan pendakian yang meliputi perizinan ke Kantor Desa Silangjana, Klian Adat Desa Silangjana serta pemberitahuan kepada Klian Adat di Desa Sudaji dan Desa Lemukih serta kepada Dinas Kehutanan karena berkaitan denganKawasan Hutan Lindung Bukit Cemara Geseng. (3) Lokasi objek suci dan Diskripsi tentang jalur pendakianObjek suci yang ditemukan berupa Sanggah, Pelinggih Pohon besar, dan Pura di Puncak.. (4) Kepercayaan Lokal, adapun dari kepercayaan lokal berbentuk awig-awig yaitu “Sampunang Ngomong Capek” yang berarti jangan bilang capek khususnya pada saat menuju puncak Bukit Cemara Geseng, dimana masyarakat percaya bahwa mengucapkan kata tersebut dapat memberikan energi negatif. Selain terdapat data geografis yang didapatkan berkaitan dengan panjang jalur pendakian yaitu 2.149 meter, Beda tinggi sekitar 642 meter, Kelerengan medan pendakian rata – rata 32,3 %, dengan nilai maksimum lereng 33,4% dan nilai minimum 18,2%, Untuk waktu tempuh pendakian yaitu sekitar ± 145 Menit / 2 jam 25 menit. Dari hasil tersebut terbentuk sebuah peta jalur pendakian Bukit Cemara Geseng Via Desa Silangjana yang atribut geografisnya. Selanjutnya, dalam mematuhi setiap kearifan lokal masyarakat yang ada para pendaki yang melakukan pendakian pada kawasan tersebut seyogyanya dapat mentaati peraturan adat yang berlaku. Selain itu kawasan hutan lindung merupakan sebuah kawasan yang harus dijaga kelestariannya baik yang mencakup, vegetasi, satwa, serta sumber daya yang terkandung pada kawasan hutan lindung.
Alih fungsi lahan pada kawasan hutan memberikan imbas pada perubahan iklim dan peningkatan suhu di atmosfer bumi. Melihat permasalahan tersebut inventarisasi dan pemantauan sumber daya hutan khususnya jumlah serta ragam jenis dari vegetasi dan burung pada titik tertentu serta survei bentuk kebudayaan di hutan khususnya kawasan hutan lindung dilakukan. Penelitian ini dilakukan di kawasan hutan lindung Bukit Cemara Geseng via jalur Desa Silangjana. Jumlah dan ragam jenis dari vegetasi menggunakan dua metode yaitu kuadrant untuk pohon yaitu poles dan transect line untuk Seedling dan Sepling. Jumlah dan ragam jenis dari burung menggunakan dua metode yaitu transect line dan point count. Bentuk kebudayaan diketahui dengan survei wawancara dan observasi lapangan pendataan menggunakan aplikasi GPS. Dari hasil penelitian ini meliputi analisis vegetasi terdapat 11 jumlah tumbuhan 5 jenis tumbuhan pada ukuran pohon dan poles di plot-1 kuadrant, 15 jumlah tumbuhan 5 jenis tumbuhan pada ukuran sadling dan sapling di plot-2 transect line , dari hasil pengamatan burung terdapat 15 ekor dan 2 jenis burung di plot-1 transect line, serta 8 ekor dan 3 jenis burung di plot-2 point count. Adapun kebudayaan yang tampak berupa tiga objek suci yang terdiri dari 1 sanggah, 1 pelinggih pohon besar, dan 1 pura di puncak serta kebudayaan yang tak tampak berupa awig-awig lokal yaitu “Sampunang Ngomong Capek” yang berarti jangan bilang capek khususnya pada saat menuju puncak Bukit Cemara Geseng, dimana masyarakat percaya bahwa mengucapkan kata tersebut dapat memberikan energi negatif.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.