<p class="IIABSTRAK333">Ajaran agama memiliki potensi dominan dalam penerapan ideologi gender yang bias. Dalam konteks itu pula, agama bisa memberikan inspirasi dan dorongan munculnya ketidakadilan gender. Bagaimana mungkin agama bisa berpotensi menimbulkan ketidakadilan? Tentu saja potensi ketidakadilan itu bukan bersumber dari prinsip agama, melainkan karena proses perkembangan agama yang didominasi oleh budaya patriarkhat. Untuk itu, ajaran agama harus ditinjau kembali dan dianalisis secara krisis, terutama ajaran tentang faktor kodrati atau ilahi dan faktor yang bukan kodrati.Pada dasarnya, setiap agama mengajarkan bahwa manusia diciptakan sama derajatnya, baik laki-laki maupun perempuan. Terdapat beberapa pemikir yang memiliki perhatian besar atas persoalan gender telah mengupas secara teoretis, dan metodologis, diantaranya Amina Wadud Muhsin, Asghar Ali Engineer, dan Mansour Fakih.</p><div> </div>
Remaja adalah laki-laki tay perempuan dalam rentang usia 10-19 tahun. Hasil survei tahun 2012 oleh Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Kepulauan Riau menunjukkan hanya 22% yang membuktikan pengetahuan komprhensif remaja. Menurut BKKBN (2016) dalam artikel Tanjung Pinang Pos oleh (Miswanto, 2018), 46% remaja usia 15-19 tahun di Indonesia pernah melakukan hubungan seks, angka kehamilan di usia muda mencapai 500 ribu remaja perempuan dimana 30% diantaranya memilih untuk melakukan aborsi. Tujuan peneliti untuk mengetahui apakah ada hubungan pengetahuan Remaja tentang seks dengan perilaku seksual pada remaja. Penelitian ini menggunakan cross sectional dilaksanakan di SMA Negeri 21 Batam pada bulan agustus 2019. Populasi dan sampel penelitian dari 59 siswa/siswi. di dapatkan remaja yang memiliki pengetahuan seksual kurang baik dengan prilaku seksual negatif sebanyak 31 orang (86,1%) sedangkan remaja pengetahuan baik dengan prilaku seksual nrgatif sebanyak 9 orang (39,1%). Hasil uji statistik dengan Chi-Square diperoleh nilai p value= 0,000<0,05 dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, artinya terdapat Hubungan pengetahuan remaja tentang seks dengan prilaku seksual pada remaja di SMA Negeri 21 Kota Batam Tahun 2019. Dari hasil penelitian di simpulkan pengetahuan seks nya baik sebanyak 23 siswa dan siswi (39%) dan responden yang pengetahuan seks nya kurang baik sebanyak 39 yaitu (61%). Dan prilaku seksual remaja yang berprilaku seksual positif sebanyak 19 responden (32,2%). kesimpulan peneliti bahwa pengetahuan seksual yang kurang baik akan memicu semakin tingginya angka kejadian remaja yang melakukan prilaku seksual negatif hal ini juga dapat di pengaruhi orang tua para remaja yang menganggap apabila anaknya tidak mempunyai pengetahuan tentang seks maka akan menghindari dan menjalani kehidupan seks yang tidak tercela tetapi kenyataan nya adalah bertentangan dengan hal itu remaja mencari informasi dan mencari dari teman-teman sekitarnya diluar tanpa sepengetahuan orang tua mereka sehingga membuat mereka mempunyai keinginan untuk mencoba apa saja yang telah mereka pelajari tentang seks.
Abstract            This study aims to determine whether psychoeducation psychological well being can reduce juvenile delinquency in terms of gender. This research is included in the type of experimental research. The design used is quasi experimental control group pretest-posttest design. Subjects in this study consisted of 20 people as an experimental group and 20 people as a control group. Data collection instruments use juvenile delinquency scales. Analysis of data using the non-parametric Wilcoxon Sign Rank obtained an average post test score of the experimental group was lower than the average post test score in the control group with a significance of p = 0.000 (p <0.05). This means that there is the influence of psychoeducation psychological well being on juvenile delinquency. Based on the Man Whitney U test test obtained Z = -1243 with p = 0214 (p> 0.05), which means there is no difference in the decrease in juvenile delinquency between men and women. Keywords: psychoeducation psychological well being, juvenile delinquency
Setiap kehamilan dapat memiliki potensi dan membawa resiko bagi ibu sampai meimbulkan kematian ibu dan anak, oleh karena itu deteksi dini oleh tenaga kesehatan dan masyarakat merupakan kunci keberhasilan dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi yang dilahirkannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan. Penelitian ini menggunakan metode cros secsional dengan jumlah responden 35 ibu hamil. Analisis statsitik menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas ibu hamil melakukan kunjungan antenatal care yang sesuai sebanyak 80% dan mayoritas ibu hamil memiliki pengetahuan baik sebanyak 54.3% serta ada hubungan antar pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan dengan kunjungan antenatal care di Puskesmas Batu Aji Kota Batam dengan p value 0.002.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.