Latar belakang: Penyakit Hipertensi secara signifikan berhubungan dengan stroke ischemic dan merokok. Mengisap sebatang rokok dalam jangka waktu yang lama juga memberi pengaruh besar terhadap naikya tekanan darah. Hal ini dikarenakan asap rokok mengandung kurang lebih 4000 bahan kimia yang 200 diantaranya beracun dan 43 jenis lainnya.maka dengan berhenti merokok dapat mengurangi resiko Hipertensi. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis determinan pengetahuan dan sikap tentang bahaya merokok kepada Pasien Hipertensi Di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Tahun 2014. Desain penelitian ini adalah quasi ekperimen, populasinya semua Pasien Hipertensi Perokok yang datang berobat di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang. Alokasi sampel kedalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan dengan teknik Purposive sampling sebanyak 64 responden. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Adapun sumber dana menggunakan dana penelitian pribadi sehingga kemungkinan conflict of interest menjadi tidak ada. Hasil penelitian: menunjukkan adanya perbedaan Pengetahuan yang bermakna antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan nilai signifikansi sebesar 0,00 <0,05. Sedangkan nilai perbedaan sikap sebesar 0,002 <0.05. Perbedaan rata-rata hanya terdapat pada Pengetahuan dan Sikap pada kelompok Penyuluhan dengan leaflet. Kesimpulan: Pada penelitian ini membuktikan bahwa penyuluhan dengan leaflet lebih berpengaruh dalammeningkatkan pengetahuan dan sikap akan bahaya merokok dibandingkan dengan penyuluhan tanpa leaflet. Background: Hypertension is significantly associated with ischemic stroke and smoking. Smoking a cigarette for a long time also has a big influence on the increase in blood pressure. This is because cigarette smoke contains approximately 4000 chemicals, 200 of which are poisonous and 43 other types. So by stopping smoking can reduce the risk of hypertension. The purpose of this study was to analyze the determinants of knowledge and attitudes about the dangers of smoking to hypertension patients at the Muhammadiyah Hospital in Palembang in 2014. The design of this study was a quasi-experimental, population of all smoker hypertension patients who came for treatment at the Internal Medicine Polyclinic of the Muhammadiyah Hospital in Palembang. Sample allocation into the experimental group and the control group was done by purposive sampling technique of 64 respondents. Data collection using a questionnaire. The source of funds using personal research funds so that the possibility of conflict of interest does not exist. The results of the study: showed a significant difference in knowledge between the experimental and control groups with a significance value of 0.00 <0.05. While the value of the difference in attitude of 0.002 <0.05. The average difference is only found in Knowledge and Attitudes in the Extension group with leaflets. Conclusion: This study proves that counseling with leaflets ismore influential in increasing knowledge and attitudes about the dangers of smoking compared to counseling without leaflets.
Latar Belakang: Nyeri punggung bawah merupakan 1 dari 10 penyakit terbanyak di AS dengan angka prevalensi berkisar antara 7,6-37% insiden pada usia 45-60 tahun. Nyeri punggung bawah terjadi pada setiap umur, frekuensi paling sering terjadi pada usia pertengahan antara 45-65 tahun. Salah satu penyebab nyeri punggung bawah umumnya karena adanya trauma atauposisi yang kurang tepat saat membungkuk dan memungut barang dibawah sehingga menyebabkan terjadinya Hernia Nucleus Pulposus (HNP). Salah satu diantara upaya pelayanan kesehatan yang dapat melakukan tindakan medis pada kondisi tersebut adalah fisioterapi. Pada kasus hernia nucleus pulposus (HNP) ini ditemukan keluhan berupa adanya nyeri, keterbatasan gerak dan gangguan fungsi lumbal sehingga metode yang cocok digunakan pada kasus ini adalah Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) dan Neuromuscular Tapping (NMT). Tujuan: Untuk mengetahui perbedaan Transcutaneous Electrical Nerve Stmilation (TENS) dan Neuromuscular Taping (NMT) terhadap penurunan nyeripinggang akibat Hernia Nucleus Pulposus Derajat 1. Metode: Penelitian ini dilakukan selama 2 minggu pada bulan November 2020. Teknik pengambilan sampel dengan metode purposive sampling dari pasien poliklinik fisioterapi RS Muhammadiyah Palembang yang terindikasi hernia nucleus pulposus derajat I. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 9 orang. Kelompok perlakuan 1 diberikan transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS), kelompok perlakuan 2 neuro muscular taping (NMT). Hasil: Rata-rata VAS sebelum TENS adalah 6.89 setelahnya 2.44. Rata-rata VAS sebelum NMT adalah 6.67 setelahnya menjadi 4.00. VAS pre selisih kedua intevensi tersebut 4.44 sedangkan selisih post 2.67. Dari hasil analisis data didapatkan perbedaan yang signifikan dari selisih kedua intervensi tersebut (p-value= 0.000). Berdasarkan nilai sig = 0,000 (sig < 0,05), berarti Ho ditolak dan bermakna ada perbedaan transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) dengan neuro muscular taping (NMT) pada gangguan gerak dan fungsi lumbal akibat hernia nucleus pulposus derajat I. Saran: Pasien dianjurkan mengikuti saran dari fisioterapis terkait aktivitas sehari-hari dan untuk latihan mandiri dirumah. Kata Kunci: Hernia Nucleus Pulposus (HNP), Transcutaneous Electrical Nerve Stmilation(TENS), Neuromuscular Taping (NMT), Visual Analogue Scale (VAS)
Latar Belakang: Nyeri punggung bawah merupakan 1 dari 10 penyakit terbanyak di AS dengan angka prevalensi berkisar antara 7,6-37% insiden pada usia 45-60 tahun. Nyeri punggung bawah terjadi pada setiap umur, frekuensi paling sering terjadi pada usia pertengahan antara 45-65 tahun. Salah satu penyebab nyeri punggung bawah umumnya karena adanya trauma atauposisi yang kurang tepat saat membungkuk dan memungut barang dibawah sehingga menyebabkan terjadinya Hernia Nucleus Pulposus (HNP). Salah satu diantara upaya pelayanan kesehatan yang dapat melakukan tindakan medis pada kondisi tersebut adalah fisioterapi. Pada kasus hernia nucleus pulposus (HNP) ini ditemukan keluhan berupa adanya nyeri, keterbatasan gerak dan gangguan fungsi lumbal sehingga metode yang cocok digunakan pada kasus ini adalah Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) dan Neuromuscular Tapping (NMT). Tujuan: Untuk mengetahui perbedaan Transcutaneous Electrical Nerve Stmilation (TENS) dan Neuromuscular Taping (NMT) terhadap penurunan nyeripinggang akibat Hernia Nucleus Pulposus Derajat 1. Metode: Penelitian ini dilakukan selama 2 minggu pada bulan November 2020. Teknik pengambilan sampel dengan metode purposive sampling dari pasien poliklinik fisioterapi RS Muhammadiyah Palembang yang terindikasi hernia nucleus pulposus derajat I. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 9 orang. Kelompok perlakuan 1 diberikan transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS), kelompok perlakuan 2 neuro muscular taping (NMT). Hasil: Rata-rata VAS sebelum TENS adalah 6.89 setelahnya 2.44. Rata-rata VAS sebelum NMT adalah 6.67 setelahnya menjadi 4.00. VAS pre selisih kedua intevensi tersebut 4.44 sedangkan selisih post 2.67. Dari hasil analisis data didapatkan perbedaan yang signifikan dari selisih kedua intervensi tersebut (p-value= 0.000). Berdasarkan nilai sig = 0,000 (sig < 0,05), berarti Ho ditolak dan bermakna ada perbedaan transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) dengan neuro muscular taping (NMT) pada gangguan gerak dan fungsi lumbal akibat hernia nucleus pulposus derajat I. Saran: Pasien dianjurkan mengikuti saran dari fisioterapis terkait aktivitas sehari-hari dan untuk latihan mandiri dirumah. Kata Kunci: Hernia Nucleus Pulposus (HNP), Transcutaneous Electrical Nerve Stmilation(TENS), Neuromuscular Taping (NMT), Visual Analogue Scale (VAS)
Fascitis plantaris sering terjadi pada usia 40 – 70 tahun, tetapi pada orang yang mempunyai kelainan bentuk kaki (abnormal foot) yaitu telapak kaki datar (flatfoot) bisa terjadi pada usia kurang dari 40 tahun. Bila dibandingkan dengan laki-laki, wanita lebih sering mengalaminya. Sebanyak 43% terjadi pada pekerja yang berdiri lebih dari 6 jam sehari. Sebanyak 70% terjadi pada orang kegemukan atau obesitas, dan lebih dari 50% pada orang berusia diatas 50 tahun. Kondisi ini menyebabkan penderita merasakan nyeri hingga keterbatasan luas gerak sendi yang dapat mengganggu aktivitas fungsional. Oleh karena itu, tujuan dari program pengabdian masyarakat ini adalah memberikan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku dalam upaya membantu mengurangi nyeri kaki. Metode yang diterapkan adalah memberikan pelatihan Calf Stretch Untuk Mengatasi nyeri kaki akibat Fasciitis Plantaris melalui brosur. Hasil kegiatan didapatkan bahwa pelatihan Calf Stretch dapat dipraktikkan di masyarakat umum.
Latar belakang: Aktivitas sehari-hari dan gaya hidup saat ini sangat berpengaruh terhadap kesehatanmasyarakat,terutama pada saat melakukan aktivitas yang melibatkan kontraksi dari otot tersebutsecara berulang. Pemakaian ototyang dilakukan secara terus menerus dapat menyebabkan otot bekerjasecara overload, yang akan menimbulkan spasme, terutama pada kasus piriformis syndrome. Tujuan:dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Perbedaan penambahan Hold Relax Stretchingpadaintervensi Ultrasound terhadap gangguan gerak dan fungsi ekstremitas bawah akibat PiriformisSyndrome. Metode: Metode penelitian ini bersifat kuasi eksperimental pre and post test group designdengan tekhnik pengambilan sampel purposive sampling. Populasi adalah karyawan di Rumah SakitMuhammadiyah Palembang masing-masing perlakuan selama 6 kali dalam 2 minggu pada bulan Juli2018.Dengan perhitungan rumus Pocock diperoleh 16 orang dibagi menjadi 2 kelompok masingmasing8 orang. Kelompok kontrol dengan Ultrasound, kelompok perlakuan dengan penambahanHold relax Stretching. Hasil: diperoleh pengumpulan data dilakukan dengan mengukur nilai Skalanyeri menggunakan skala VAS (verbal analogue scale) pada saat sebelum dan setelah perlakuan.Kesimpulan: Ada perbedaan penambahan Hold Relax Stretching padaintervensi Ultrasound terhadapgangguan gerak dan fungsi ekstremitas bawah akibat Piriformis Syndrome.Kata Kunci: Piriformis Syndrome, Ultrasound, Hold Relax Stretching,nyeri.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.