The coastal region is the transitional area between the terrestrial and marine environment that has a great change of experiencing pressure due to pollution. This matter can caused by the strong population of Indonesia, quite high tourist activities, sea transportations, and large infra structure development. Marine debris in particular plastic is a big problem, not only in Indonesia, but also around the world. Hence, Indonesia is considered to be the second largest plastic waste producer in the world. Marine debris is part of a broader problem regarding waste management. Solid waste management has become a challenge for public health. In this research, garbage observation was done by adapting the shoreline survey method based on the national oceanic and atmospheric administration (NOAA, 2013). The results of observations of the research found that the type of macro-debris and meso-debris collected in the transect of observations were 228 items with a total weight of 2062.32 grams. Plastics debris were found in most quantities followed by rubbers, glasses and metals. The main factor for the abundance of marine debris in the coastal area of Tateli dua village Mandolang subdistrict Minahasa regency was the household waste, indicating that land-based sources provide a key factor for plastic pollution on the coastal area. Keywords: Marine debris, shoreline survey, pollution, coastal environment, Minahasa regency. AbstrakWilayah pesisir yang merupakan sumber daya potensial di Indonesia, adalah daerah peralihan antara daratan dan lautan. Sumber daya ini sangat besar yang didukung oleh adanya garis pantai sepanjang sekitar 81.000 km. Garis pantai yang panjang ini menyimpan potensi kekayaan sumber alam yang besar.Potensi itu diantaranya potensi non hayati dan hayati. Disamping potensi sumberdaya alam yang tersebar luas di pesisir Indonesia, potensi pencemaran terhadap lingkungan pesisir dan laut pun memiliki peluang yang cukup besar.Peluang ini dapat disebabkan oleh padatnya penduduk Indonesia, aktivitas wisata yang cukup tinggi termasuk transportasi, dan pembangunan yang besar.Sampah laut khususnya plastik merupakan masalah besar, bukan hanya di Indonesia, tetapi di seluruh dunia.Indonesia juga dianggap sebagai produsen sampah plastik ke laut terbesar kedua di dunia.Sampah laut merupakan bagian dari masalah yang lebih luas terkait pengelolaan sampah.Pengelolaan sampah padat telah menjadi tantangan kesehatan masyarakat.Pengamatan sampah dilakukan dengan adaptasi metode shoreline survey methodology berdasarkan National Oceanic and Atmospheric Administration(NOAA, 2013). Hasil pengamatan di lokasi penelitian di temukan jenis sampah makro-debris dan meso-debris yang dikumpulkan pada transek pengamatan sebanyak228 item dengan bobot total 2062,32 gram. Hasil penelitian menunjukkan bahwa plastik debris ditemukan dalam jumlah terbanyak diikuti oleh karet, kaca dan logam. Faktor utama penyebab kelimpahan sampah laut di Pantai Tumpaan Desa Tateli Dua, Kecamatan Mandolang, Kabupaten Minahasa adalah sampah aktivitas penduduk yang menunjukkan bahwa sumber-sumber berbasis lahan menyediakan input utama untuk polusi plastik di pantai tersebut. Kata Kunci: Sampah laut, survey garis pantai, pencemaran, lingkungan pesisir, Kabupaten Minahasa
Penempatan reef ball di perairan Teluk Buyat dan sekitarnya telah dilakukan pada tahun 1999 oleh PT. Newmont Minahasa Raya. Tujuan penempatan reef ball untuk membangun habitat berbagai biota yang berasosiasi dengan karang sehingga dapat meningkatkan populasi ikan ekonomis penting. Kehadiran ikan karang pada reef ball sangat penting secara ekologis dan ekonomis. Penurunan kualitas terumbu berarti hilangnya nilai ekonomi barang dan jasa, serta hilangnya jaminan makanan dan pekerjaan untuk masyarakat pesisir, yang umumnya hidup dalam kemiskinan. Secara keseluruan, komposisi spesies ikan yang ditemukan di reef ball terdiri dari 19 famili, 34 genus, 50 spesies dan 290 individu, yang tertinggi dihuni oleh jenis dari famili Mullidae. Seiring dengan bertambahnya waktu dan usia reef ball, beberapa spesies terlihat sudah menetap seperti Lutjanus kasmira, dan beberapa spesies dari famili Acanthuridae. Keberadaan reef ball membantu terbentuknya ekosistem terumbu karang yang baru dan meningkatkan kesuburan perairan, sehingga lebih meningkatkan keberadaan komposisi ikan karang, yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan nelayan dari hasil tangkapan ikan karang.Kata kunci: Reef ball, karang batu, ikan karang Distribution of Coral Reefs and Fish in Buyat Bay Area Reef Ball Southeast Minahasa Regency The placement of reef ball in Buyat Bay and surrounding areas have been carried out since 1999 by PT. Newmont Minahasa Raya. The goal of this placement was to build a habitat for many biota associated with reef thus may improve economically important fish populations. The presence of reef fish on the reef ball is indispensable ecologically and economically. Furthermore, the degradation of reefs might cause the disappearance of economic value of goods and services, as well as the disappearance of food security and employment for coastal communities, who generally live in poverty. Overall, the composition of fish species found in the reef ball consists of 19 families, 34 genera, 50 species and 290 individuals, the highest inhabited by species of the family Mullidae. As time went by and the increase of reef ball age, some species seem have settled down such as Lutjanus kasmira, and several species of the Acanthuridae family. In addition, the presence of reef ball helps the formation of a new coral reef ecosystem and increase the fertility of waters, therefore enhancing the presence of reef fish composition, which might increases the income of fishermen. Keywords: Reef ball, coral reef, reef fish
Ekosistemterumbu karangmerupakan salah satu potensi sumberdaya laut yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Potensi sumberdaya ikan karang di perairan Indonesia perlu diketahui agar dapat dikembangkan sebagai salah satu aset dalamkegiatan pariwisata bahari. Penelitian yang dilakukan tahun 2009-2011 bertujuan untuk mengetahui kelimpahan dan komposisi jenis ikan karang pada kawasan terumbu buatan di perairan Ratatotok. Metode line transect dan sensus visual pada perairan seluas 250M2 digunakan untuk mengetahui kelimpahan ikan karang dengan keragaman jenis pada masing-masing stasiun pengamatan pada kedalaman 10 meter. Hasil penelitian telah teridentifikasi sebanyak 116 spesies ikan pada terumbu buatan Stasiun 1 (daerah Teluk Buyat); 112 spesies pada terumbu buatan Stasiun 2 (daerah Tanjung) dan pada terumbu alami di Stasiun 3 (daerah Ratatotok) sebanyak 88 spesies. Kelimpahan ikan pada kawasan terumbu buatan lebih tinggi pada kisaran 24-28 spesies daripada karang alami. Kelimpahan spesies ikan dari famili Pomacentridae mendominasi ketiga stasiun pengamatan dengan 19 spesies dan yang paling sedikit dari famili Anomalopidae yang hanya ditemukan 1 spesies.Coral reef ecosystem is one of important natural resources in tropical waters. It has some coral reef fishes, species of corals and others biota that have several most interesting ecotourism extraction scientific and educational objects. The aim of this study is to determine the abundance of coral fish composition surrounded in artificial reefs area in Ratatotok waters. This study was done during 2009 to 2011by using the visual census and line transect methods within area of 250 M2 to observe the species composition and diversitas of coral fishes founded in three sites at the depth of 10 m from sea surface. The results showed that there were 116 species in Site 1(Buyat bay); 112 species in Site 2 (Tanjung) and 88 species of coral reef fishes in Site 3 (Ratatotok). Fishes of Pomacentridae were found 19 species in all locations. Only one species fish of Anomalopidae was found.
Mangrove forests are biological natural resources that have a variety of potentials that benefit human life both directly and indirectly and can be felt, both by people who live near the mangrove forest area and people who live far from the mangrove forest area. Mangrove forests also have high economic and ecological values but are very vulnerable to damage if they are not wise in maintaining, preserving and managing them. Collecting data to find out the benefits of mangrove forests for the people of Lansa Village is done by survey methods in the form of direct interviews with the community using the ecosystem.Data collection on the ecological conditions of mangroves is carried out by making plots. The number of plots in this study are nine plots. Each plot has a size of 10x10 m. Retrieval of data in this study are: the type of mangrove, the relative density of species, the relative frequency of types, the closure of relative types, and the index of important values. Based on the results of interviews with the community regarding mangrove forests are mangrove regulation services, mangrove provisioning services and mangrove cultural services. The most extensive assessment of the use of mangrove forests is the construction of embankments of Rp. 2,583,300,000 and followed by utilization of fish Rp. 1,521,429,000 and then utilization of fuel wood Rp259.200.000. With the total economic value of the mangrove forest in Lansa Village, it is Rp.4,363,929,000 per year. Hutan mangrove merupakan sumberdaya alam hayati yang mempunyai berbagai keragaman potensi yang memberikan manfaat bagi kehidupan manusia baik yang secara langsung maupun tidak langsung dan bisa dirasakan, baik oleh masyarakat yang tinggal di dekat kawasan hutan mangrove maupun masyarakat yang tinggal jauh dari kawasan hutan mangrove. Hutan mangrove juga memiliki nilai ekonomis dan ekologis yang tinggi akan tetapi sangat rentan terhadap kerusakan apabila kurang bijaksananya dalam mempertahankan, melestarikan dan mengelolahnya. Pengambilan data untuk mengetahui manfaat hutan mangrove bagi masyarakat Desa Lansa dilakukan dengan metode survei dalam bentuk wawancara langsung dengan masyarakat pengguna ekosistem.Untuk pengambilan data kondisi ekologi mangrove dilakukan dengan pembuatan plot. Jumlah plot dalam penelitian ini adalah sembilan plot. Setiap plot memiliki ukuran 10x10 m. Pengambilan data dalam penelitian ini adalah: jenis mangrove, kerapatan relatif jenis, frekwensi relatif jenis, penutupan relatif jenis, dan indeks nilai penting. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat mengenai hutan mangrove adalah mangrove regulation service, mangrove provisioning service dan mangrove cultural services. Penilaian pemanfaatan hutan mangrove yang paling banyak yaitu pembangunan tanggul Rp 2.583.300.000 dan diikuti oleh pemanfaatan ikan Rp 1.521.429.000 dan kemudian pemanfaatan kayu bakar Rp 259.200.000. Dengan jumlah total nilai ekonomi hutan mangrove Desa Lansa adalah Rp 4.363.929.000 per tahun.
Coral reefs are one of the most productive and diverse ecosystems on earth and provide ecosystem services. One of the islands of the Seribu Islands that has a coral reef ecosystem is Tidung Island. It is strategic and developing location makes this island used as a residential area, conservation area, and tourist destination. But the utilization has an impact on the damage of coral reefs through environmental and anthropogenic pressures. This study aims to determine coral diversity by identifying the coral genus Scleractinia and the factors that affect coral diversity. Observations were done on three different stations include 2 snorkeling areas and 1 natural area. The method used is LIT (Line Intercept Transect) and coral genus identification with Coral Finder Toolkit Indo Pacific 3.0. The results of identification obtained 16 coral genera namely genus Acropora, Montipora, Isopora, Favites, Leptastrea, Favia, Goniastrea, Montastrea, Platygyra, Echinopora, Porites, Pocillopora, Stylophora, Ctenactis, Pavona, dan Symphyllia, with the value of Diversity Index (H') in the waters of Tidung Island ranges from 0.94 – 2.34 in the category of low to moderate diversity. The parameters of water quality in Tidung Island, temperature, salinity, and acidity (pH) are relatively good for coral growth, but brightness is still relatively poor for coral growth. The impact of human activities such as snorkeling, ship anchors, fishing with destroyers, oil and waste pollution, and rock mining are factors that affect coral growth and diversity.Keywords: Coral Scleractinia; Limiting Factors; Coral Finder; Tidung IslandAbstrakTerumbu karang adalah salah satu ekosistem yang paling produktif dan beragam di bumi serta menyediakan jasa ekosistem. Salah satu pulau dari gugusan Kepulauan Seribu yang memiliki ekosistem terumbu karang yaitu Pulau Tidung. Letaknya yang strategis dan berkembang menjadikan pulau ini dimanfaatkan sebagai kawasan permukiman, daerah konservasi, dan kawasan tujuan wisata. Namun dari pemanfaatan tersebut memberikan dampak terhadap kerusakan pada terumbu karang melalui tekanan-tekanan lingkungan maupun antropogenik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman karang dengan mengidentifikasi genus karang Scleractinia dan faktor yang mempengaruhi keanekaragaman karang. Pengamatan di tiga stasiun berbeda yaitu di antaranya 2 kawasan wisata snorkeling, dan 1 kawasan yang masih alami. Metode yang digunakan yaitu LIT (Line Intercept Transect) dan identifikasi genus karang dengan Coral Finder Toolkit Indo Pasific 3.0. Hasil identifikasi didapatkan 16 genus karang yaitu genus Acropora, Montipora, Isopora, Favites, Leptastrea, Favia, Goniastrea, Montastrea, Platygyra, Echinopora, Porites, Pocillopora, Stylophora, Ctenactis, Pavona, dan Symphyllia, dengan nilai Indeks Keanekaragaman (H’) di perairan Pulau Tidung berkisar 0,94 – 2,34 berada pada kategori keanekaragaman rendah hingga sedang. Parameter kualitas perairan di Pulau Tidung, suhu, salinitas, dan derajat keasaman (pH) tergolong baik bagi pertumbuhan karang, namun kecerahan masih tergolong kurang baik bagi pertumbuhan karang. Dampak aktivitas manusia seperti snorkeling, jangkar kapal, penangkapan ikan dengan alat perusak, pencemaran minyak dan sampah, serta penambangan batu karang menjadi faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan keanekaragaman karang.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.