The aimed of study was to evaluate the accuracy of Waist Circumference (WC) and Waist-to-Height Ratio (WHtR) for identification of excess adiposity in adolescents. The study design was diagnostic study. The subjects consisted of 620 adolescents (283 boys and 337 girls) aged 14-18 years. The classification of excess adiposity termed as overfat and obese was based on age-and sex-specific percent body fat cutoff values of body fat reference curves for children from the Growth Foundation. Receiver-operating characteristic (ROC) curve analyses was used to assess the accuracy of WC and WHtR as diagnostic tests of excess adiposity in adolescent. Area under curve (AUC) of WC and WHtR for the diagnostic of overfat were over 0.8 for boys and over 0.9 for girls. Whereas for obese, the AUC of WC and WHtR were over 0.9 for both sexes. The thresholds for defining overfat were 75.25 cm for WC and 0.45 for WHtR (Sensitivity (Se) and Specificity (Sp) >0.8) for boys, and 73.85 cm for WC and 0.49 for WHtR (Se dan Sp >0.8) for girls. The thresholds for defining obese were 86.45 cm for WC and 0.51 for WHtR (Se=1; Sp>0.9) for boys, and 75.60 cm for WC (Se and Sp >0.8) and 0.55 for WHtR (Se>0.8; Sp >0.9) for girls. WC and WHtR are accurate for screening of excess adiposity in adolescents.
Background: Weight (Wt) and height (Ht) can be estimated by using mid-upper arm circumference (MUAC) and ulna length (UL). The formula for estimating Wt and Ht that has been formulated is mostly using subjects not Asian especially Indonesian.Objectives : derived linear regression equations to estimate Wt and Ht from MUAC and UL for Indonesian adultsMethods : The study design was cross sectional study. Population of this study was student of Health Science and Nursing Faculty Ngudi Waluyo University. The sample consisted of 303 students 19-29 years old. Research instruments were digital weight scale, microtoise, and metline. Correlation was tested using Pearson analysis. Linear regression equations was derived from linear regression analysis.Results: Wt estimation was significantly correlated with Wt (r=0.917, p<0.0001). Ht estimation was significantly correlated with Ht (r= 0.812, p<0.0001). Estimation Wt = 2.863 MUAC (cm) – 4.019 sex -14.533 (R2=0.84, SEE=4.90). Estimation Ht = 2.525 UL (cm) – 5.828 sex + 99.384 (R2=0.66, SEE=3.92). Male=0, female = 1.Conclusion: The regression equations can be used as alternative to estimate Wt and Ht from MUAC and UL for Indonesian adults.
Latar Belakang : Seorang atlet dituntut untuk memiliki kesegaran jasmani yang sangat baik guna menunjang aktivitas fisiknya. Status gizi merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat kesegaran jasmani yang hubungannya dengan komposisi tubuh.Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan persen lemak tubuh dengan kesegaran jasmani pada atlet di PPLOP Jawa Tengah.
Metode: Rancangan penelitian ini merupakan deskriptif korelasi dengan menggunakan pendekatan cross-sectional dengan jumlah sampel 46 orang diambil dengan metode total sampling. Persen lemak diukur menggunakan Bioelectric Impedance Analyzer (BIA) dengan ketelitian 0,1. Kesegaran jasmani diukur dengan metode Tes Kesegaran Jasmani Indonesia. Analisis data menggunakan uji korelasi Spearman Rank dengan nilai (α≤0,05).
Hasil: Rerata persen lemak tubuh pada atlet 15,5 ±4,8 % dengan nilai min 8.90 % dan nilai max 30,00%, sedangkan rerata kesegaran jasmani pada atlet 15,5±4,8, denan nilai min dan nilai max 24 Sebanyak 26 atlet (56,5%) memiliki persen lemak tubuh baik, dan sebanyak 29 atlet (63,0%) memiliki kesegaran jasmani yang baik. Analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara persen lemak tubuh dengan kesegaran jasmani (p=0.293).
Simpulan : Tidak ada hubungan antara persen lemak tubuh dengan kesegaran jasmani atlet
Latarbelakang : Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Berat badan lahir, panjang badan lahir, pemberian ASI, usia kehamilan, pola asuh ibu, sanitasi dan kesehatan lingkungan merupakan faktor terjadi stunting.
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan panjang badan lahir, berat badan lahir dan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada baduta usia 7-24 bulan di Desa Wonorejo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang
Metode : Penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi seluruh baduta berusia 7-24 bulan. Sampel ditentukan dengan Proportional Random Sampling sejumlah 74 responden. Analisis data univariat dengan distribusi frekuensi dan bivariat menggunakan uji korelasi kendall’s tau. Pengambilan data dengan wawancara dan pengukuran antropometri.
Hasil : Presentase panjang badan lahir pendek sebesar 47,3%, berat badan lahir kurang sebesar 41,9%, tidak ASI eksklusif sebesar 86,5%, dan stunting sebanyak 62,2%. Terdapat hubungan yang bermakna antara panjang badan lahir, berat badan lahir dan pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian stunting (p < 0,0001 ; p < 0,0001 ; p = 0,003).
Simpulan : Terdapat hubungan antara panjang badan lahir, berat badan lahir dan pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian stunting pada baduta usia 7-24 bulan di Desa Wonorejo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.