Indonesia tea is known for having catechin content (natural antioxidants) is the highest in the world. Catechins are a derivative of poliphenol which have high antioxidant properties. Factor that affecting the levels of catechins are tea varieties and clones, altitude, age of leaves, and plucking type. Considered from the standpoint of health, the higher catechin mean more beneficial to health. But otherwise, in terms of the taste, has a reverse ratio. Catechins, also plays an important role in determining the flavour and flavor. Bitter taste from tea is strongly influenced by these substances. It means that the higher catechin, will lead to higher the bitterness. Catechins are colorless compound, soluble in water, carrying of bitter taste and astringent properties in steeping tea. The compound is the most important thing in tea leaves because it can determine the quality in tea processed. Catechin in tea are complex compounds composed of epicatechin (EC), epicatechin gallate (ECG), epigallocatechin (EGC), epigallocatechin gallate (EGCG), and galokatekin (GC). The dominant component namely epigallocatechin, and epigallocatechin gallate. Catechin tea is the main substance that causes tea qualify as functional beverages, content ranges between 20-30% of the dry weight of the leaves. In the processing, directly or indirectly, catechins change is always associated with all properties of tea included the taste, color and flavour.
Teh Indonesia dikenal karena memiliki kandungan katekin (antioksidan alami) tertinggi di dunia Katekin adalah salah satu turunan dari poliphenol yang memiliki khasiat antioxidant yang tinggi. Faktor yang mempengaruhi kadar katekin adalah varietas dan klon teh, ketinggian tempat, umur daun, serta jenis petikan. Dipandang dari sisi kesehatan, makin tinggi katekin berarti makin bermanfaat buat kesehatan. Akan tetapi sebaliknya, ditinjau dari sisi rasa, memiliki perbandingan yang terbalik. Katekin berperan penting di dalam menentukan aroma dan rasa. Katekin merupakan senyawa tidak berwarna dan larut dalam air serta membawa sifat pahit dan sepat pada seduhan teh. Senyawa ini paling penting dalam daun teh karena dapat menentukan kualitas teh dalam pengolahanya. Katekin dalam teh merupakan senyawa kompleks yang tersusun atas epikatekin (EC), epikatekin galat (ECG), epigalokatekin (EGC), epigalokatekin galat (EGCG), dan galokatekin (GC). Komponen yang mendominasi yaitu epigalokatekin dan epigalokatekin galat. Kandungan katekin berkisar antara 20-30% dari seluruh berat kering daun. Dalam pengolahan, secara langsung atau tidak langsung, perubahan katekin selalu dihubungkan dengan semua sifat teh jadi, yaitu rasa, warna, dan aroma. Katekin yang mendominasi 20% berat kering teh merupakan substansi utama yang menyebabkan teh memenuhi persyaratan sebagai minuman fungsional Kata kunci : katekin, poliphenol, minuman fungsional
<em>Tea (</em>Camellia sinensis<em> [L.] O. Kuntze) is one of priority commodities in West Java. Extensification of tea plantation in lowland and suboptimal areas is believed to contribute significantly in improving the farmers welfare. Temperature differences between the lowland and highland areas affects the metabolism of tea plants. In technical culture, centering (pruning) is required to form the shrub with ideal branching. This study aimed to determine cytokinin effects on the growth of tea plants after centering in the lowland areas. The experiment was conducted at the Experimental Station of Faculty of Agriculture, Padjadjaran University, Jatinangor, from November 2016 until June 2017 using 10 months old tea plant materials. The experiments used a randomized block design with 4 replications. The treatment used was cytokinin derived from coconut water with concentration of 25%, 50%, and 75%, cytokinin in the form of benzyl amino purin (BAP) with concentration of 60 ppm, 90 ppm, and 120 ppm, and control (without cytokinin). The results showed that cytokinin derived from coconut water or in the form of BAP applied in tea plants after centering, was only effective up to 3 months after application. At 1 and 3 months after application, 50% coconut water or BAP 60 ppm increased the length of stem diameter, number of leaves, shoot length, and number of shoots. Therefore, coconut water with 50% concentration or BAP 60 ppm can be used as source of cytokinins for tea plants in the lowlands after centering.</em>
Pengembangan obat bahan alam semakin meningkat karena mempertimbangkan pola masyarakat yang kini lebih memilih hidup back to nature.Jengkol merupakan salah satu tanaman yang memiliki potensi sebagai obat bahan alam. Kandungan jengkol yang bermanfaat yaitu asam amino, vitamin, mineral, juga zat lain seperti saponin, flavonoid, dan tannin sangat dibutuhkan manusia. Potensi jengkol lainnya adalah mampu menurunkan kadar gula dalam darah sehingga dapat mencegah penyakit Diabetes Mellitus (DM). Bagian jengkol yang diteliti memiliki zat antidiabetes adalah kulit batang, cangkang buah dan bijinya. Penelitian ini bertujuan melihat kandungan fitokimia pada cangkang dan kuit batang jengkol asal Ciamis Jawa Baratyang telah berhasil dikoleksi oleh Laboratorium Produksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Padja-djaran sebagai tahap awal untuk dikembang-kannya jengkol sebagai salah satu obat bahan alam. Penelitian dilakukan pada November 2013 – Januari 2014 di Laboratorium Farmasi Unpad dengan menggunakan 12 sampel yang terdiri dari bagian cangkang dan kulit batang jengkol. Hasil pengujian menunjukan terdapat variasi dari kandungan fitokimia yang ada pada cangkang dan kulit batang jengkol. Sepuluh dari dua belas sampel memiliki kandungan fenolat dan terpenoid sehingga berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan alam yang salah satunya berfungsi untuk menurunkan kadar gula darah. Kandungan lainnya yang terkandung pada sampel yang diuji adalah alkaloid, saponin, kuinon, dan flavonoid yang juga merupakan metabolit sekunder pada tanaman. Kata kunci : Jengkol ∙ Kandungan fitokimia ∙ Jawa Barat
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.