Salmonella typhimurium, that cause typhoid fever in mice was used as a model to study typhoid fever in humans. This study is aimed to determine the immunogenicity of recombinant protein of Fim-C-S. typhimurium and specificity of antibody antirecombinant protein of Fim-C-S. typhimurium in ddY mice. The immunogenicity studies by ELISA indicated that recombinant protein of Fim-C-S. typhimurium evokes strong immune response in ddY mice, particularly in experiment group. The specificity evaluated by Western Immunobloting technique indicated that the antibody anti-recombinant protein of Fim-C-S. typhimurium can detect the 31 kDa of recombinant protein of Fim-C-S. typhimurium as an antigen. This data reported that recombinant protein of Fim-C-S. typhimurium is immunogenic and the antibody anti-recombinant protein of Fim-C-S. typhimurium is specific. The results of this study can be used as a model to develop recombinant vaccine candidate against typhoid.
The purpose of this study was to analyse students’ cognitive structure in the concept of oxidation reduction by employing an 8E learning cycle model. 32 students in year-10 were participated in the study. Data was collected by a drawing and writing technique demonstrated through student worksheets, interviews, observations, and a reflective journal. The 8E learning cycle, which consist of engage, explore, e-search, elaborate, exchange, extend, evaluate and explain stages, was applied to the process. Data analysis consisted of data reduction, data presentation, and a conclusion. Students’ cognitive structures were divided into three categories, namely; an understanding, misconception and no understanding. Categories of understanding were found in the concept of redox, oxidizing agents and acid-base nomenclature, and transitions. Students’ misconceptions of categories were found in the redox applications and polyatomic. Students faced challenges in understanding the oxidation number and binary nomenclature. The results show that misconceptions were decreased through the implementation of the 8E learning cycle. The 8E Learning cycle also has implications for students’ critical thinking, collaboration, and empathy communication skills.
AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari pembuatan minuman fermentasi berbahan dasar biji durian dan analisis kimianya. Minuman fermentasi ini dibuat dengan memvariasikan lamanya waktu fermentasi (20 jam, 30 jam, dan 40 jam) dan konsentrasi campuran serbuk biji durian dengan air (perbandingan biji durian:air adalah 1:16, 1:18 dan 1:20). Komposisi lengkap dari tiap-tiap yoghurt adalah sebagai berikut: Yoghurt A (5% w/w susu skim, 5% w/w gula pasir, 10% starter bakteri asam laktat, dan 80% biji durian + air (perbandingan biji durian:air = 1:16)), Yoghurt B (5% w/w susu skim, 5% w/w gula pasir, 10% starter bakteri asam laktat, dan 80% biji durian + air (perbandingan biji durian:air = 1:18)), Yoghurt C (5% w/w susu skim, 5% w/w gula pasir, 10% starter bakteri asam laktat, dan 80% biji durian + air (perbandingan biji durian:air = 1:20)), dan Blangko (5% w/w susu skim, 5% w/w gula pasir, 10% starter bakteri asam laktat, dan 80% air). Tiap-tiap campuran tersebut dibagi tiga dan dimasukkan ke tiga botol steril yang diberi label 20 jam (Yoghurt A20, Yoghurt B20 dan Yoghurt C20), 30 jam (Yoghurt A30, Yoghurt B30 dan Yoghurt C30) dan 40 jam (Yoghurt A40, Yoghurt B40 dan Yoghurt C40). Selanjutnya botol diinkubasi pada suhu ruang (28-30 o C) berdasarkan waktu yang tertera di masingmasing botol tersebut. Setelah selesai diinkubasi, tiap-tiap botol didinginkan didalam refrigerator sampai dilakukan analisis kimianya.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penampilan fisik dari minuman fermentasi biji durian adalah berupa larutan kental atau semipadat yang berwarna krem dan berbau tajam khas produk fermentasi bakteri asam laktat. Selain itu, waktu fermentasi berpengaruh terhadap kandungan kimia dari minuman fermentasi biji durian. Minuman fermentasi biji durian yang memiliki keasaman paling tinggi (0,855 setiap 100mg asam laktat/g sampel) dan kadar gula pereduksi yang paling tinggi (2,641 mg/mL) adalah minuman fermentasi dengan perbandingan biji durian:air = 1:16 pada waktu fermentasi 30 jam. Sementara itu, minuman fermentasi biji durian yang memiliki kandungan protein yang paling tinggi (8,717 mg/mL) adalah minuman fermentasi dengan perbandingan biji durian:air = 1:20 pada waktu fermentasi 30 jam. Kesimpulan penelitian ini adalah biji durian dapat digunakan sebagai media fermentasi bagi bakteri asam laktat. Penelitian selanjutnya adalah uji organoleptik (uji penerimaan konsumen), karakteristik kimiawi, fisika, dan biologis seperti kadar lemak, kadar abu, cemaran mikroba, dan jenis-jenis asam atau senyawa volatil yang terkandung dalam yoghurt biji durian agar dapat memenuhi standar yoghurt yang sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Laboratory Jargon dan miskonsepsi dalam materi asam-basa pada siswa SMA kelas XI. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA di lima SMA pada kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur sebanyak 320 siswa.. Metode Penelitian yang digunakan adalah metode survei kuantitatif. Data penelitian diperoleh melalui observasi saat pembelajaran, jawaban siswa pada Kuesioner Laboratory Jargon, dan wawancara siswa. Miskonsepsi yang dibahas pada penelitian ini terkait dengan beberapa konsep pada materi asam-basa, yaitu konsep atom dan molekul; definisi asam basa; disosiasi air; asam-basa lemah; konsentrasi air; pembentukan ion asam-basa; reaksi netralisasi; kekuatan asam (pH); indikator asam basa; serta sifat amfoter air. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa dari sepuluh konsep tersebut masih banyak siswa yang memilih jawaban Laboratory Jargon yang merupakan pernyataan miskonsepsi. Persentase miskonsepsi siswa rata-rata dari sepuluh konsep tersebut adalah 64,44%. Persentase miskonsepsi siswa yang paling besar adalah pada konsep sifat amfoter air yaitu 85,31% kemudian konsep kekuatan asam (pH) yaitu 75,62%. Berdasarkan hasil wawancara sebagian besar siswa memilih jawaban miskonsepsi disebabkan karena siswa terbiasa mempelajari suatu konsep kimia dengan Laboratory Jargon baik dari guru atau sumber belajar. Kata kunci Laboratory Jargon, miskonsepsi, asam-basa, survei
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.