Kayu galam merupakan tumbuhan kayu asli rawa yang tumbuh pada hutan gambut dangkal, menjadi tumpuan hidup masyarakat di Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Di wilayah Banjarmasin dan sekitarnya kayu galam digunakan sebagai perancah dalam pembangunan konstruksi bangunan beton sederhana. Namun setelah konstruksi selesai dikerjakan kayu galam bekas perancah tersebut tidak dipakai lagi. Pada penelitian ini, limbah kayu galam berupa potongan-potongan kayu dimanfaatkan untuk pengganti agregat kasar yang digunakan pada campuran beton. Di mana komposisi kayu galam sebagai pengganti agregat adalah 100%, 75%, 30% dan 15% dari jumlah agregat kasar pada komposisi beton mutu normal sesuai dengan peratuan yang terdapat di SNI 03-2834-2000. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kuat tekan beton yang menggunakan limbah kayu galam sebagai pengganti agregat kasar dimana penelitian penggunakan kayu galam sebagai pengganti agregat kasar belum pernah dilakukan sebelumnya. Benda uji pada penelitian ini adalah menggunakan silinder ukuran 15 cm x 30 cm dengan umur pemeraman adalah 14 hari dan 28 hari. Dari hasil pengujian kuat tekan hancur didapatkan hasil untuk komposisi 100% kayu galam pada umur 14 hari sebesar 4,53 Mpa dan pada umur 28 hari sebesar 5,66 Mpa. Sedangkan komposisi, 75% kayu galam + 25% kerikil pada umur 14 hari adalah 11,28 Mpa dan umur 28 hari adalah 16,97 Mpa. Pada komposisi 30% kayu galam + 70% kerikil pada umur 14 hari sebesar 13,01 Mpa dan pada umur 28 hari adalah 16,29 Mpa. Sedangkan untuk komposisi 15% kayu galam + 85% kerikil didapatkan nilai uji tekan pada umur 14 hari sebesar 15,63 Mpa dan pada umur 28 hari sebesar 18,27 Mpa.
Proses penurunan pondasi diakibatkan oleh terkompresinya lapisan tanah di bawah pondasi akibat beban struktur. Secara umum terdapat dua jenis penurunan yaitu penurunan segera dan penurunan konsolidasi. Jumlah kedua jenis penurunan ini merupakan penurunan total yang terjadi. Tanah lunak/ lempung memiliki kedua jenis penurunan ini. Perilaku dan karakteristik balok tinggi sangat berbeda dengan perilaku dan karakteristik balok yang mempunyai perbandingan normal. Pada balok tinggi akan dominan terjadi keruntuhan geser, dimana keruntuhan bersifat getas tanpa adanya peringatan berupa lendutan yang berarti. Pada balok tinggi digunakan beton mutu sangat tinggi agar ketahanan serta kekakuan struktur lebih seimbang. Metode penelitian yang digunakan adalah studi literatur dengan mendalami materi yang relevan meliputi berbagai buku teks, jurnal ilmiah, peraturan dan Standar Nasional maupun Internasional, membuat permodelan balok tinggi beton bertulang dengan menggunakan software ANSYS, membuat permodelan balok tinggi dengan variasi penurunan pondasi. Hasil dari penelitian ini untuk mendapatkan persamaan fungsi beban terhadap lendutan yang terjadi pada balok tinggi yang mengalami penurunan pondasi/ tumpuan dengan software ANSYS. Model tersebut adalah model EA.IM.BT.0, model EA.IM.BT.100, model EA.IM.BT.200, model EA.IM.BT.500 dan model EA.IM.BT.750 .
AbstrakPemakaian geotekstil dalam konstruksi ada pertimbangan yang perlu di perhatikan, yaitu salah satunya jenis tanah yang akan di gunakan sebagai bahan urugan pada permukaan geotekstil , karena peggunaan jenis geotekstil dan jenis tanah akan memberikan pengaruh trehadap gaya gesek permukaan tanah-geotekstil. Kontak permukaan tanah-geotekstil akan menghasilkan nilai rasio gesekan permukaan antara tanah dengan geotekstil yang disebut dengan gaya gesek interface (d). Nilai gesek interface sangat di pengaruhi oleh nilai sudut Gesek (f) dan kohesi (c) tanah. sedangkan geotekstil akan memberikan daya dukung gesekan permukaan tergantung dari jenis geotektil. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen skala labratorium. Dari hasil pengujian sifat fisis tanah, diketahui jenis tanah yang digunakan adalah tanah Gambut berjenis Hemic (gambut matang sedang) dan tanah lempung yang mengandung pasir (lempung berpasir). Berdasarkan dari hasil pengujian di laboratorium nilai sudut Gesek tanah lebih tinggi jika kondisi tidak terendam air dibandingkan dengan kondisi terendam air AbstractThe use of geotextiles in construction has considerations that need to be considered, namely one of the types of soil that will be used as backfill material on the geotextile surface, because the use of geotextile types and soil types will have an influence on the frictional forces of the geotextile-soil surface. The contact of the soil-geotextile surface will produce a value of the surface friction ratio between the soil and the geotextile which is called the interface friction force (d). The interface friction value is strongly influenced by the friction angle (f) and soil cohesion (c) values. while geotextile will provide surface friction bearing capacity depending on the type of geotextile. The method used in this study is a laboratory scale experimental method. From the results of testing the physical properties of the soil, it is known that the type of soil used is Hemic peat soil (medium mature peat) and clay soil containing sand (sandy loam). Based on the results of testing in the laboratory, the value of the friction angle of the soil is higher if the condition is not submerged in water compared to the condition under water.
Land has different specifications and characters from each type. The land has the main function is as a support of a building construction be it buildings, roads, etc. Seeing from the function is inseparable from the mechanical properties of the soil such as cohesion (c) and soil shear angle (¢) where the higher the carrying capacity of the soil the better. The contact force (interface) between the soil surface and the surface of the soil reinforcement material is very dependent on the type of soil. Soil-geotextile contact will influence the carrying capacity of the soil, especially shear strength and soil cohesion. At present research on contact style interface (5) of laterite-geotextile soil. The method used in this research is to use laboratory-scale experimental methods. This research was conducted with the condition of the soil sample not submerged in water (unsaturated). The test results may be known laterite in Tanah Laut has value ratio 5/|) of 0.89 for the type of woven geotextile (HRX250), while the value of the ratio 5/(|) of 0.86 for the type of nonwoven geotextile (TS600).
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.