”Teori” merupakan terminologi yang maknanya jarang dipahami dengan benar oleh para mahasiswa, dosen dan bahkan peneliti sekalipun. Gambaran mental yang mereka miliki tentang teori adalah sesuatu yang abstrak, mengawang-awang, rumit, oleh karena itu dianggap sebagai hal yang patut dihindari. Seorang sosiolog terkenal Ian Craib (1984) dengan tepat memberikan gambaran tersebut: ”The very word “theory”sometimes seems to scare people … (Only) few people feel at home with theory or use it in a productive way”.
Tidak dapat dibantah, teori mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam penelitian di bidang ilmu apapun, termasuk penelitian di bidang arsitektur. Teori berperan untuk menjelaskan keterkaitan antara suatu fenomena dengan data empiris yang diamati dan dianalisis secara sistematis oleh peneliti. Kerlinger (1973) mendefinisikan teori sebagai ”seperangkat konsep, definisi dan proposisi yang menyajikan gambaran sistematik tentang suatu fenomena beserta hubungan di antara variabel-variabelnya, dengan tujuan memberi penjelasan atau memprediksi tentang fenomena tersebut”.
Lebih lanjut Neuman (2003) menjelaskan bahwa teori memiliki peran penting dalam mengkaitkan suatu hasil penelitian dengan sejumlah pengetahuan relevan yang telah disumbangkan oleh para peneliti sebelumnya, sehingga melalui penelitiannya seorang peneliti tidak hanya mampu melihat sebatang pohon, tetapi sebuah hutan yang dipenuhi dengan banyak pohon. Teori dengan kata lain berperan meningkatkan kesadaran peneliti terhadap interkonektisitas di antara data dan hasil penelitian.
Sayangnya banyak peneliti yang tidak mampu secara eksplisit menentukan teori mana yang sesuai dengan penelitiannya, dan bagaimana teori tersebut harus digunakan. Sebagai akibatnya mereka cenderung menjadi peneliti yang a-teoretis dan perannya hanya terbatas pada kolektor data empiris.
Untuk meneliti tentang makna dalam arsitektur misalnya, seorang peneliti secara eksplisit harus menetapkan alternatif teori mana yang paling relevan baginya di antara sekian banyak teori yang telah berkembang, apakah teori strukturalisme, fenomenologi, pasca strukturalisme atau teori lainnya.
An incessant challenge for the architects nowadays is how to design architectural projects that support the creation of meaningful experiences, benefitting from the interconnection between building materiality and human sensibility. The purpose of this study is to provide a phenomenological understanding of brick as an architectural material and how people perceive its architectural space and interpret its architectural meaning.Method of phenomenological analysis from Moustakas (1994) is adopted to guide the whole research procedures; using in-depth and multiple interviews with the users of three different buildings who shared experiences in inhibiting and interacting with the environment created with brick as an architectural material.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.