<p>Buah okra (<em>Abelmoschus esculentus</em> (L.) Moench) termasuk dalam suku Malvaceae, kini menjadi primadona dalam pengobatan tradisional khususnya untuk menangani diabetes mellitus tipe 2. Masyarakat menggunakan air rendaman buah okra untuk diminum sebagai obat tradisional. Buah okra berasal dari Afrika, dan kini tersebar luas di seluruh dunia. Penderita diabetes mellitus harus mengkonsumsi obat antidiabetes sepanjang hidupnya, dan sering menimbulkan beberapa efek samping, diantaranya kembung, mual, dan diare. Pencarian obat yang berasal dari alam masih terus dilakukan dengan tujuan dapat memperbaiki kualitas hidup penderita, mengurangi efek samping dan menjaga kadar gula darah dalam kondisi normal. Buah okra diekstraksi dengan dua metode, yaitu secara maserasi menggunakan pelarut etanol 96% dan dilakukan perendaman dalam air suling selama 4 jam. Pengujian aktivitas inhibitor alfa-glukosidase dilakukan secara <em>in vitro</em> menggunakan metode kolorimetri pada panjang gelombang 400,5 nm, akarbose digunakan sebagai pembanding. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak air dan ekstrak etanol buah okra mampu menghambat aktivitas enzim α-glukosidase dengan nilai IC<sub>50</sub> berturut-turut sebesar 32,607 mg/ml, dan 57,502 mg/ml. Nilai IC<sub>50 </sub>zat aktif Akarbose adalah 10,95 mg/ml. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak air dan ekstrak etanol buah okra berpotensi dikembangkan sebagai obat herbal penurun kadar gula darah.</p>
ABSTRAKJamu pegal linu merupakan salah satu obat tradisional yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.246/Menkes/Per/V/1990 BAB V Pasal 23 bahwa segala jenis obat tradisional dilarang mengandung bahan kimia hasil isolasi atau sintetik yang berkhasiat obat. Penelitian ini merupakan penelitian survey yang bersifat deskriptif. Objek penelitian adalah lima merk jamu pegal linu yang diperoleh dari beberapa toko jamu yang beredar di daerah Cimahi. Pengujian kualitas jamu pegal linu meliputi parameter spesifik, non spesifik dan pemeriksaan lain, sedangkan untuk mengidentifikasi bahan kimia obat dilakukan dengan metode reaksi warna. Dari lima merk jamu yang dianalisis, empat sampel memenuhi persyaratan kualitas, sedangkan satu sampel tidak memenuhi karena tidak mencantumkan nomor kode produksi dan bahkan mengandung bahan kimia obat berupa metampiron. Tetapi dari empat sampel tersebut, dua diantaranya tidak mencantumkan nomor kode produksi. Jaminan keamanan, kemanfaatan, dan mutu jamu adalah hak asasi konsumen, sehingga diharapkan Dinas Kesehatan setempat dan BPOM dapat melaksanakan pemantauan dan pengawasan terhadap obat-obat tradisional yang beredar di daerah Cimahi. Kata kunci : jamu pegal linu, uji kualitas, analisis bahan kimia obat ABSTRACTRheumatic herb is one of many traditional medicines consumed by Indonesian. Based on the regulation of health minister No.246/Menkes/Per/V/1990 chapter V article 23 that all kinds of traditional medicines are prohibited to contain chemicals or synthetic. This research is a descriptive research survey. The objects of research were five brands of rheumatic herb obtained from several stores of herbal medicines in Cimahi. Quality control of herbal medicine include specific parameters, non-specific and other examination, while for identifyied chemical drugs made by color reaction method. The five brands of herbal medicines was analyzed, four samples was passed the quality control, and one was rejected because it was not showed the code of production number and contained chemical drug suggested metampiron. Security assurance, benefits, and quality of herbal medicines was the consumer rights, so expect the local Health Department and Supervision of Natural Drug and Food Control Agency can carry out monitoring and surveillance of traditional medicines that circulation in the area of Cimahi.
Tumbuhan bungur (Lagerstroemia loudonii T.B.) termasuk dalam famili Lytrharceae. Famili Lythraceae telah diketahui memiliki aktivitas farmakologi sebagai antidiabetes, antiinflamasi, antimikroba, serta antiobesitas. Daun dan buah bungur (Lagerstroemia loudonii T.B.) memiliki aktivitas dalam menghambat alfa-glukosidase. Berdasarkan teori khemotaksonomi didalam tumbuhan, kemungkinan bagian lain dari tumbuhan bungur memiliki aktivitas dan kandungan kimia yang sama, sehingga dilakukan pengujian aktivitas penghambatan terhadap alfa-glukosidase pada bagian kulit batang bungur. Ekstraksi simplisia dilakukan dengan cara maserasi selama 24 jam menggunakan pelarut etanol 96%. Proses fraksinasi menggunakan cara Ekstraksi Cair-Cair (ECC) dengan pelarut n-heksana, etil asetat dan air. Pengujian aktivitas penghambatan alfa-glukosidase secara in vitro menggunakan metode kolorimetri dengan alat spektrofotometer UV-VIS pada panjang gelombang 400,4 nm dengan substrat p-nitrofenil-α-D-glukopiranosid (PNPG). Akarbose digunakan sebagai pembanding. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak, fraksi air, fraksi etil asetat dan fraksi n-heksana memiliki nilai IC50 berturut-turut sebesar 240,53±0,47 μg/ml, 186,111±1,02 μg/ml, 79,479±0,52 μg/ml dan 113,101±0,46 μg/ml. Nilai IC50 akarbose adalah sebesar 10,457±1,48 μg/ml. Ekstrak dan fraksi-fraksi (air,etil asetat dan n-heksana) kulit batang bungur mampu menghambat aktivitas enzim α-glukosidase. Aktivitas yang paling baik ditunjukan oleh fraksi etil asetat dengan nilai IC50 sebesar 79,479±0,52 μg/ml. Bungur (Lagerstroemia loudonii T.B.) is included in the Family Lytrharceae. The Lythraceae has been known to have pharmacological activity as antidiabetic, anti-inflammatory, antimicrobial, and antiobesity. Leaves and fruits of bungur (Lagerstroemia loudonii T.B.) have activities to inhibit alpha-glucosidase. Based on the chemotaxonomy theory in plants, it is possible that other parts of the bungur plant have the same chemical activity and content, Hence the study to evalute the inhibitory activity against alpha-glucosidase was carried out on its bark stem.The extraction of dried powder material was carried out by maceration for 24 hours using 96% ethanol. The extract was fractionated by Liquid-Liquid Extraction (ECC) method with n-hexane, ethyl acetate and water. The In vitro study of alpha-glucosidase inhibition activity using a colorimetric method with a UV-VIS spectrophotometer at a wavelength of 400.4 nm with a p-nitrophenyl-α-D-glucopiranoside (PNPG) substrate was performed. Akarbose was used as a standard drug.The results showed that extract, water fraction, ethyl acetate fraction and n-hexane fraction showed IC50 values of 240.53 ± 0.47 μg / ml, 186.111 ± 1.02 μg / ml, 79.497 ± 0.52 μg/ ml and 113.101 ± 0.46 μg / ml, respectively. The IC50value of bungur was 10.457 ± 1.48 μg / ml. Extracts and fractions (water, ethyl acetate and n-hexane) of bark stem were able to inhibit the activity of α-glucosidase. Theethyl acetate fraction showed the strongestactivity with IC50 value of 79,479 ± 0.52 μg / ml
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.