Munculnya keresahan masyarakat yang terkena dampak dari pembangunan Waduk Jatigede sebagai salah satu destinasi yang menjadi prioritas pengembangan skala nasional yang diarahkan sebagai kawasan strategis pariwisata ekonomi khusus di Kabupaten Sumedang. Kegiatan ini dilakukan untuk mengkaji pengembangan model SDM pariwisata yang ada di desa karangpakuan dan paku alam sebagai desa yang memiliki potensi untuk menjadi Desa Wisata. Lokasi kegiatan dilakukan di Dua desa ini yang menjadi relokasi dari adanya pembangunan Waduk Jatigede. Metode yang digunakan Deskriptif kualitatif dengan cara melakukan wawancara Pemdes, Bumdes, Masyarakat sekitar, Kompepar, kelompok tani dan karang taruna; klasifikasi data; analisis SWOT. Hasil kegiatan diperoleh bahwa kedua desa di kawasan jatigede ini memiliki kekuatan wisata budaya, wisata Alam dan wisata ziarah, namun kesiapan masyarakat belum optimal karena kekurangan keterampilan dan kemampuan SDM. Perlu dilakukan promosi melalui undangan media lokal nasional dan internasional, ataupun Promosi menggunakan platform digital, hal ini bisa dijadikan sebagai peluang UMKM dan pengrajin makan pada saat mengadakan kegiatan kebudayaan, namun kendala yang dihadapi oleh kedua Desa Wisata ini adalah ketidaksiapan SDM. Hasil kegiatan ini adalah kajian model SDM pariwisata di karang pakuan dan pakualam yang menyangkut 3 (tiga) aspek, yaitu Attitude (Sikap), Skill (Keterampilan); dan Knowledge (Pengetahuan). Kata kunci: Desa Wisata, Model SDM Pariwisata
Pertumbuhan jumlah penduduk yang diiringi dengan pertumbuhan ekonomi telah menyebabkan pertambahan intensitas kegiatan suatu kota, yang harus diimbangi dengan penyediaan sarana dan prasarana kota yang mampu menampung perkembangan itu, dalam hal ini Kabupaten Bandung saat ini telah mengalami perkembangan pusat-pusat aktivitas kegiatan yang berdampak pada banyaknya perpakiran terutama on street parking. Kegiatan ini mengakibatkan berubahnya fungsi jalan dan lalu lintas menjadi terhambat sehingga diperlukan kajian untuk mengetahui karakteristik serta kebutuhan ruang parkir di Kabupaten Bandung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik perparkiran dan kebutuhan ruang perparkiran. Secara umum metode yang dilakukan dengan pengumpulan data sekunder dan data primer. Data sekunder yang diperlukan pada penelitian ini berupa kebijakan-kebijakan yang terkait dan data yang mendukung informasi lokasi survey yang didapatkan dari Dinas Perhubungan Kabupaten Bandung sedangkan data primer didapatkan dengan cara survey lapangan. Hasil kajian menunjukkan karakteristik perparkiran di Kabupaten Bandung didominasi oleh perparkiran di badan jalan atau on street dengan tipe parkir tegak lurus jalan atau sejajar dengan jalan (vertical). Kapasitas ruang parkir badan jalan di Kabupaten Bandung adalah sebesar 570 SRP untuk mobil dan 606 SRP untuk motor. Sementara kebutuhan ruang parkir badan jalan di Kabupaten Bandung adalah sebesar 3.373 SRP/hari untuk mobil dan 14.197/hari SRP untuk motor maka di kedepannya dibutuhkan penambahan kantong-kantong parkir terutama dengan tipe off street untuk mengurangi adanya perparkiran ilegal yang menyebabkan kemacetan. Kata Kunci: Perparkiran, penataan parkir, kebutuhan ruang parkir
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.