Latar Belakang: Acquired Prothrombin Complex Deficiency (APCD) adalah pendarahan akibat kekurangan vitamin K. Manifestasi klinis berupa defisit neurologis fokal maupun global yang berhubungan dengan perdarahan intraserebral spontan.
Kasus: Bayi laki-laki 1 bulan mengalami penurunan kesadaran, bangkitan, serta muntah sejak 1 hari sebelumnya. Riwayat injeksi vitamin K dan trauma kepala disangkal. Bayi somnolen, pucat, ubun-ubun menonjol, pupil anisokoria, dan ekstremitas spastik. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan trombositosis, pemanjangan partial thromboplastin time (PT) dan activated partial thromboplastin time (APTT). CT sken menunjukkan perdarahan intraserebral multipel, subarakhnoid, dan subdural, iskemia luas, dan fluid-fluid level. Pasien diterapi dengan asam traneksamat, vitamin K, antikonvulsan, dan dirujuk ke RS dengan fasilitas layanan bedah saraf.
Diskusi: Diagnosis APCD ditegakkan berdasarkan pemanjangan protrombin dan perdarahan spontan yang ditunjang oleh CT sken kepala.
Simpulan: Kasus APCD memiliki tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi sehingga profilaksis vitamin K pada neonatus sangat penting.
Latar Belakang:Atrial fibrilasi (AF) meningkatkan 4-5 kali terjadinya stroke iskemia. Insidensi stroke terkait AF berkisar 15-20%, dengan prevalensi antara 5-10 kasus per 1.000 populasi usia 65 tahun ke atas.
Kasus: Kasus 1: Seorang wanita berusia 85 tahun menderita diabetes mellitus dengan riwayat atrial fibrilasi (AF) persisten yang tidak diobati mendadak mengalami hemiparesis dekstra dan disartria sejak 1 jam sebelum masuk rumah sakit. Pemeriksaan penunjang menunjukkan normoventricular-respons atrium fibrilasi dan infark serebri multipel di ganglia basalis bilateral terutama sisi kiri. Pasien diterapi angiotensin-receptor blocker, antiplatelet, insulin, dan neuroprotektor dan dirawat selama 10 hari.
Kasus 2: Seorang wanita berusia 87 tahun menderita hipertensi dengan riwayat atrial fibrilasi AF persisten yang tidak diobati mendadak mengalami disfagia, afasia global, dan hemiparesis dekstra sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit. Pemeriksaan penunjang menunjukkan normoventricular-respons atrium fibrilasi dan multipel infark di daerah ganglia basalis bilateral dan substansia alba periventrikuler lateralis bilateral. Pasien diterapi antihipertensi, antiplatelet, dan neuroprotektor dan dirawat selama 10 hari.
Diskusi: Kondisi AF sebagai faktor risiko utama stroke kardioembolik pada kedua pasien. Penyebaran listrik ektopik menyebabkan irreguleritas kontraksi jantung yang menghasilkan stasis darah dan terbentuknya trombus yang sewaktu-waktu dapat terlepas menjadi emboli pada arteri serebral.
Simpulan: Manajemen yang tepat terhadap faktor risiko dapat mengurangi kejadian stroke iskemia dan memperbaiki prognosis pasien.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.