Abstrak: Insiden kanker serviks di Bali sangat tinggi (0,8%), dimana lebih dari 70% kasus terdeteksi saat sudah stadium lanjut (di atas 2B), sehingga sulit diobati. Upaya pencegahan masih rendah dan Kabupaten Badung hanya membiayai vaksinasi dengan cakupan 17,8% (1567 dari 8784) siswa sekolah menengah umum. Vaksinasi membutuhkan dana yang besar, keberlangsungan subsidi pemerintah daerah belum dipastikan, sehingga dibutuhkan partisipasi masyarakat untuk keberlanjutan dan cakupan yang lebih luas. Penelitian crossectional ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefits, perceived barriers, pendidikan dan pekerjaan, dengan kesediaan orang tua membayar biaya vaksinasi. Sampel penelitian adalah 196 dari 595 populasi dipilih secara random, terdiri dari ibu siswi Kelas 1 SMU 1 Petang, SMU 2 Mengwi dan SMU 1 Kuta Utara. Data dikumpulkan dengan self administered questionnaires. Perceived benefits dan severity diukur dengan menilai jawaban dari pertanyaan terbuka dan pre-coded. Analisis data menggunakan chi square dan regresi logistik. Kesediaan orang tua membayar masih rendah 43% dengan 70% responden sanggup membayar dibawah Rp. 237.500,-. untuk tiga dosis. Hasil analisa bivariat menunjukkan perceived susceptibility [RP 1,31; 95%CI 1,04-1,67], perceived severity [RP 1,57; 95%CI 1,20-2,05], perceived benefits [RP 1,84; 95%CI 1,39-2,45], pendidikan [RP 1,64; 95%CI 1,05-2,57], perceived barriers [RP 0,89; 95%CI 0,70-1,15] dan pekerjaan [RP=1,18; 95%CI 0,87-1,60]. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefits dan pendidikan berhubungan dengan kesediaan orang tua membayar vaksin. Faktor dominan yang berhubungan adalah perceived benefits. Disarankan promosi kesehatan lebih menekankan pada manfaat vaksinasi serta tingkat keganasan penyakit untuk meningkatkan kesediaan masyarakat membayar.