Dalam memberikan Pendidikan kepada anak orang tua selalu melakukan komunikasi dengan anak, baik secara verbal maupun non-verbal. Komunikasi verbal merupakan komunikasi yang diucapkan secara lisan dan tulisan, sedangkan komunikasi non-verbal merupakan komunikasi yang dilakukan baik secara ekspresi, gestur sampai penempatan ruang dan waktu yang tepat. Pendidikan seks merupakan pendidikan dasar yang harus diberikan orang tua kepada anak yang bertujuan untuk membentuk konsep diri. Adanya media eksternal yang dapat mempengaruhi kepribadiannya menjadikan peran orang tua sangat dianjurkan dalam mendampingi tumbuh kembang anak pada usia ini. Kurangnya pengetahuan seks oleh orang tua membuat ibu ragu bahkan enggan untuk memberikan pendidikan seks kepada anak. Anak usia remaja yaitu berkisar di antara usia 10-19 tahun, pada usia ini anak memerlukan metode komunikasi yang dapat diterima pemikirannya agar dapat dimengerti secara jelas. Penelitian ini meneliti bagaimana pola komunikasi orang tua dengan menggunakan lambang verbal dan non-verbal dalam memberikan pendidikan seks kepada anak remaja dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, dimana peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara observasi dan wawancara dengan narasumber. Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa ibu lebih banyak menggunakan komunikasi verbal seperti bercerita, memberikan nasihat dan teguran secara langsung kepada anak, melarang pacaran atau menjalin hubungan dengan lawan jenis. Adapun komunikasi non-verbal sangat berperan penting dalam komunikasi pendidikan seks dimana anak menjadi lebih mengetahui isi pesan saat komunikasi sedang berlangsung dan komunikasi menjadi lebih efektif dengan menggunakan ruang dan waktu yang tepat. Seperti di kamar dan ruang tengah, serta memperhatikan mood anak.
IIn the dynamics of general elections, the discussion of women legislative candidates has always been an interesting topic because the proportion of 30% of women candidates’ minimum requirement is always difficult to fulfill by any political party. The difficulty of women legislative candidates penetrating parliamentary seats is a problem that must be resolved. Therefore, it is necessary to conduct qualitative research to formulate how the communication patterns carried out by women politicians in the Karawang Regency, who have succeeded in penetrating parliamentary seats through case study techniques during the research. The communication pattern that marks the women’s success in election contestation can be a guide or reference when other women party politicians enter politics and advance to become legislature members. This research is limited to women members of the legislature who come from the Golkar Party. The results showed that the success of women members of the Regional Legislative Assembly (DPRD) from the Golkar party in occupying seats in the DPRD was partly due to the communication patterns they succeeded in establishing. They build vertical, horizontal, formal, and informal communication patterns that apply more social and cultural approaches. The uniqueness is when social media is used as a tool for political campaigns today, the communication strategy developed by those women legislative candidates of the Golkar party does not take advantage of social media. This is because the targeted constituents are people in remote areas, so the communication pattern through a direct face-to-face approach is much more impactful than social media.Keywords: Women DPRD members of Karawang Regency, political communication patterns, 2019 general election ABSTRAKDalam dinamika pemilihan umum (pemilu) pembahasan mengenai calon anggota legislatif perempuan selalu menjadi topik yang menarik karena adanya proporsi 30% caleg perempuan yang selalu sulit dipenuhi oleh setiap partai politik. Sulitnya calon anggota legislatif perempuan menembus kursi parlemen merupakan masalah yang harus dicarikan solusinya. Dengan demikian, perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan metode kualitatif untuk merumuskan bagaimana pola komunikasi yang telah dilakukan oleh para politisi perempuan di Kabupaten Karawang yang telah berhasil menembus kursi parlemen dengan studi kasus sebagai teknik penelitian. Pola komunikasi yang menandai keberhasilan kaum perempuan dalam kontestasi pemilu ini dapat menjadi pedoman ataupun acuan ketika pihak lain yang juga perempuan akan terjun ke dunia politik dan akan maju menjadi anggota legislatif. Penelitian ini dibatasi hanya pada anggota legislatif perempuan yang berasal dari Partai Golkar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberhasilan para anggota DPRD perempuan dari Partai Golkar dalam menduduki kursi di DPRD salah satunya disebabkan oleh pola komunikasi yang berhasil mereka bangun. Adapun pola komunikasi yang mereka bangun tersebut adalah pola komunikasi vertikal, horizontal, formal, informal yang lebih cenderung menerapkan pendekatan sosial dan budaya. Saat media sosial dijadikan alat kampanye politik dewasa ini, strategi komunikasi yang dibangun para calon anggota legislatif perempuan di Kabupaten Karawang yang berasal dari Partai Golkar ini tidak memanfaatkan media sosial. Hal ini disebabkan konstituen yang menjadi sasarannya adalah masyarakat pelosok yang belum memiliki pemahaman awam terhadap teknologi sehingga pola komunikasi melalui tatap mula langsung jauh lebih berdampak dibandingkan dengan penggunaan media sosial.Kata Kunci: Anggota DPRD perempuan Kabupaten Karawang, pola komunikasi politik, Pemilu 2019
Culture Shock dalam Komunikasi Lintas Budaya Mahasiswa Etnis Minangkabau Universitas Singaperbangsa Karawang (Analisis Deskriptif Mengenai Culture Shock dalam Komunikasi Lintas Budaya pada komunitas Ikatan Mahasiswa Etnis Minangkabau Universitas Singaperbangsa Karawang), Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Singaperbangsa Karawang. Penelitian ini berawal dari ketertarikan peneliti untung mengangkat culture shock dalam komunikasi lintas budaya yang dialami mahasiswa etnis Minangkabau pada komunitas Ikatan Mahasiswa Minangkabau Universitas Singaperbangsa Karawang yang menuntut ilmu di Universitas Singaperbangsa Karawang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tahapan culture shock yang dihadapi mahasiswa etnis Minangkabau pada komunitas Ikatan Mahasiswa Minangkabau Universitas Singaperbangsa Karawang sertaapa saja hambatan yang dialami dalam komunikasi lintas budaya. Hasil dari penelitian menunjukan tahapan culture shock yang dihadapi mahasiswa etnis Minangkabau pada komunitas Ikatan Mahasiswa Minangkabau Universitas Singaperbangsa Karawang serta apa saja hambatan yang dialami dalam komunikasi lintas budaya.Kata Kunci: Culture Shock, Hambatan Komunikasi Lintas Budaya, Etnis Minangkabau
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.