The development of the tannery industry in addition to being beneficial for the economic growth of the community also has a negative impact on the environment due to the disposal of waste produced. Components of waste produced from the leather tanning industry include residual protein and fat, surfactants, anti-bacterial, anti-fungal, coloring and tanning agents. One component that is found in surfactants and often pollutes waters is alkyl benzene sulfonate and linear alkyl benzene sulfonate surfactants. Alkyl benzene sulfonate (ABS) is an anionic surfactant that has a very long and branched carbon chain that is difficult to degrade by microorganisms in nature. Characterization and testing of the activity of porous/activated carbon catalysts will be carried out. The type of porous activated carbon used is coconut shell carbon with microspores character. The stages of this research consisted of the process of impregnation of iron oxide on porous carbon, the surfactant waste degradation process and the characterization of the catalysts produced. Based on the research that has been done, it can be concluded that the catalyst Fe 2 O 3 /coconut shell activated carbon is very effective to be applied for the degradation of surfactant waste. The degradation capacity of surfactant wastes increases with increasing concentration of active site Fe. The capacity of the surfactant waste degradation reaction using coconut shell catalyst at t = 3 hours for variations in the concentration of Fe 2%, 4% and 6% respectively 6.77 mmol/gram catalyst, 3.18 mmol/gram catalyst and 1.61 mmol/gram catalyst. The data show that the surfactant waste degradation reaction capacity increases with the increase in the composition of iron oxide added to the surface of the porous carbon support.
PendahuluanSemakin pesatnya perkembangan industri semen di Indonesia memunculkan beberapa tipe semen antara lain Ordinary Portland Cement (OPC), White Cement, dan Portland Composite Cement (PCC). Komposisi kimia semen meliputi SiO2, Al2O3, Fe2O3, CaO, MgO, SO3, K2O, Ti2O5, P2O5, dan Cl - [1]. Kandungan mineral semen putih meliputi C3S, C2S, C3A, dan C4AF [2]. Semen Portland meliputi 2 macam, yaitu semen dengan kadar gamping 6-20% dan kadar 21-35% sesuai standar UK nomor BS 7583: 1996 [3]. Semen portland adalah bubuk halus, berwarna abu-abu atau putih, yang terdiri dari campuran bahan semen hidrolik terutama terdiri dari kalsium silikat, aluminat, dan aluminoferrit. Semen portland putih memiliki kandungan besi dan mangan yang lebih rendah daripada semen portland abu-abu dan digunakan terutama untuk keperluan dekoratif. Kandungan oksida besi dan oksida magnesia dalam semen portland putih sangat rendah yaitu dibawah 1% [4,5]. Semen portland putih dihasilkan dengan cara menggiling terak semen portland putih yang terutama terdiri atas kalsium, silikat, giling bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium sulfat. Kandungan senyawa yang terdapat dalam semen putih adalah Kalsium Oksida (CaO), Besi Oksida (Fe2O3), Silika Oksida (SiO2), Aluminium Oksida (Al2O3), dan Magnesium Oksida (MgO) [6].Produk semen portland putih memiliki persyaratan tertentu untuk dipasarkan. Untuk mendapatkan semen putih dengan kualitas yang baik diberlakukan proporsi perbandingan antara terak putih, batu kapur, dan gypsum dengan melakukan pengujian produk secara fisika dan kimia. memenuhi Standar Nasional Indonesia untuk syarat fisika berupa warna. Sedangkan sampel yang memenuhi semua standar yang diuji, yaitu standar LOI, kadar SO3 dan uji warna adalah sampel 1 dengan komposisi 89% terak, 7% gypsum, dan 4% batu kapur: KesimpulanSemen portland putih adalah semen hidrolisis yang berwarna putih dan dihasilkan dengan cara menggiling terak semen portland putih yang terutama terdiri atas kalsium dan silikat, digiling bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium sulfat. Semen portland putih merupakan bahan dekoratif yang memerlukan kualitas memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia. Komposisi yang baik untuk gypsum, batu kapur, dan terak putih dalam pembuatan semen putih adalah komposisi pada sampel 1, yaitu gypsum 7%, batu kapur 4%, dan terak putih 89%. Semua hasil uji dari sampel 1 memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI 15-2049(SNI 15- -1994 berupa uji LOI, uji SO3, dan uji warna. Ucapan Terima KasihPeneliti mengucapkan terima kasih kepada Department of Quality Control, PT Semen Indonesia, Gresik yang telah menyediakan bahan dan fasilitas untuk penelitian ini. Daftar Pustaka
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.