Anak balita menjadi kelompok rentan terhadap kejadian ISPA, faktor risko yang terkait kejadian ISPA diantaranya faktor individu dan lingkungan. Adanya industri baja ditengah permukiman menjadi resiko terjadinya ISPA pada balita di Desa Sukadanau. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kejadian ISPA pada balita yang ditinjau dari faktor individu dan kondisi fisik rumah. Metode: Desain studi dalam penelitian ini yaitu Cross Sectional (potong lintang) dengan jumlah sampel 96 anak balita. Dilakukan wawancara pada ibu balita, dan pengukuran tinggi badan, berat badan pada anak balita. Pengukuran parameter kondisi lingkungan rumah yaitu luas ventilasi, luas bangunan. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa ASI Ekslusif merupakan faktor yang berhubungan secara signifikan dengan kejadian ISPA (p=0.020). Simpulan: Orang tua diharapkan dapat melakukan pemberian ASI Eksklusif hingga anak berusia 6 bulan.

Faktor lingkungan merupakan salah satu faktor yang berkaitan dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada anak balita. Terlebih Anak balita yang bertempat tinggal di sekitar industri baja di Desa Sukadanau, Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi berisiko mengalami kejadian ISPA, studi dilakukan pada tahun 2019. Kondisi meteorologi dapat menentukan proses pencemaran udara karena merupakan media perantara dan penyebar pencemar sampai ke penerima. Tujuan studi ini untuk mengetahui gambaran kejadian ISPA pada anak balita di sekitar industrI baja menurut kiondisi lingkungan. Metode: Desain studi ini yaitu potong lintang dengan jumlah sampel 96 anak balita. Dilakukan wawancara pada ibu balita. Pengukuran parameter kondisi lingkungan yaitu, suhu, kelembaban, kecepatan angin, dan jarak rumah dari industri yang dibagi dalam tiga zona, pada zona I radius < 500 meter, zona 2 radius 500-1000 meter, dan zona 3 radius > 1000 meter. Hasil : Anak balita mengalami kejadian ISPA pada suhu ≥ 28,8° C sebanyak 43,1%, pada kelembaban ≥ 80% sebanyak 43,1%, pada kecepatan angin ≤0,5 m/s sebanyak 3,1%, dan jarak rumah pada zona 2 sebanyak 46,9%. Simpulan : Kondisi lingkungan sulit untuk dapat dikendalikan, yang dapat dikendalikan adalah menjaga kondisi tubuh supaya dapat bertahan pada dikondisi yang kurang baik.

No abstract

Housewives are the highest sufferers in 2013-2017 cumulative AIDS data in Indonesia. Prevention and Antiretroviral Treatment (ART) of HIV need to be completed proximately, especially on pregnant women. We conducted qualitative research about HIV test, ART and health services for pregnant women in Kota Kupang and Yayasan Bumi Sehat, Ubud. The research objective is to identify obstacles to HIV test and ART for pregnant women and to identify improvement model. Method: Research was accomplished through indepth interview and Focus Group Discussion. Topic of HIV test and ART in Kupang were asked to 55 respondents. HIV test and health service in Bumi Sehat were asked to 9 persons. Discussions were about the importance of HIV programs on pregnant women (PMTCT) and expectations/proposed models. Themes that come up then combined to be concluded and to make recommendation. Results: Pregnant women and their husband did not have complete knowledge of HIV and ART, while health officers doubted to give HIV test because of unprepared local policies and incomplete facilities. After given explanation, the husbands willing to support and suggest mobile clinic on weekend beside involvements of private clinics. However, pregnant women who were not officially married have difficulty getting support from their husbands. According to ART, stigma on HIV pregnant and postpartum women made them needs to move. Economy difficulty also hinders them. Bumi Sehat builds trust and loving relationship within staffs and with patients and family that their health services respected. After increasing community awareness, HIV test accepted by all for years. It is also integrated with health services. Committed HIV counselor that works also in hospital alleviates the referral of HIV cases. Conclusion: Obstacles to HIV test and ART for pregnant and postpartum women were incomplete knowledge of HIV and ART on community and lack of policy and facilities. To improve, it needs support from leaders, integrated health services, and a loving and trusted relationship within health workers and with their patients and family. The recommendation is good model of integrated health service for HIV test and ART on pregnant and postpartum women need to be established and supported by all.