Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa luwingan aman dikonsumsi atau no-observed-adverse-effect-level (NOAEL). Tidak ada hewan yang mati setelah pencekokan filtrat buah muda (FBLMU) maupun matang (FBMLA), serta tidak ada tanda-tanda ketoksikan yang mengarah pada efek subletal. Namun demikian, efek buah luwingan terhadap fisiologi reproduksi belum pernah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari efek toksik FBLMU dan FBLMA terhadap sistem reproduksi jantan menggunakan model tikus Wistar, dengan parameter: spermatogenesis, spermatozoa, serta berat relatif/indeks testis dan kelenjar kelamin aksesoris. Prosedur mengacu pada OECD TG 421 dengan beberapa modifikasi berdasarkan hasil penelitian sebelumnya. Sembilan ekor tikus dibagi menjadi tiga kelompok: FBLMU, FBLMA, dan kontrol/plasebo. Masing-masing filtrat atau akuades dicekok sebanyak 2 mL/ekor/hari selama 77 hari. Data dianalisis secara statistik berdasarkan one-way ANOVA (α=0,05). Hasil menunjukkan bahwa FBLMU meningkatkan nilai hampir semua parameter. FBLMA meningkatkan nilai beberapa parameter lainnya, namun menurunkan indeks spermatogenesis dan persentase spermatozoa dengan morfologi normal. Tikus Kontrol mengalami pertambahan berat badan dan massa lemak viseral paling banyak. Dapat disimpulkan bahwa konsumsi FBLMU tidak menimbulkan efek negatif pada sistem reproduksi jantan tikus Wistar, bahkan meningkatkan kinerjanya. Sementara itu, konsumsi FBLMA harus diwaspadai dengan adanya temuan tersebut. Kedua filtrat dapat menekan penambahan berat badan dan mengurangi timbunan lemak, meskipun tidak signifikan, menunjukkan adanya aktivitas antiobesitas. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait potensi buah luwingan terhadap profil reproduksi dan antiobesitas.