Heavy metals are defined as the transition elements that have a high atomic mass, are toxic, and cannot be broken down by living organisms. Metal Lead (Pb) is one of the heavy metals which are widely distributed in the environment. Heavy metal lead is one of the causes of serious health problems because it can cause disturbances to the human body. Therefore, the aim of this literature review is to present an illustration and up-to-date data on the analytical methods used for food and beverages contaminated with lead heavy metal (Pb). The methodology of this research is a literature review study from several databases such as Science Direct, Pubmed, and Google Scholar with a limitation of publication in the last 10 years. The results of a literature review from the analysis of Pb metal contamination in food and beverages, there are several techniques that can be utilized to analyze and various factors that cause the amount of lead (Pb) levels such as the atomic absorption spectrophotometer (AAS) method.
Makanan merupakan salah satu hal penting dalam keberlangsungan hidup manusia. Fungsi utama dari makanan bagi manusia ialah untuk memenuhi kebutuhan gizi tubuh, dimana zat-zat gizi tersebut harus terpenuhi sesuai dengan jenis kelamin, umur, aktivitas fisik sehari-hari, dan berat tubuh. Sebagaimana fungsi utama maupun dasar dari makanan sendiri, agar menjadi sumber zat gizi dan energi yang baik tentulah makanan tersebut harus sudah dipastikan aman, bersih, tidak mengandung bahan penambah makanan yang berbahaya, dan bebas dari sumber penyakit. Sumber penyakit ini dapat timbul dari makanan yang telah terkontaminasi, salah satunya ialah makanan yang terkontaminasi cemaran mikroba. Artikel ini bertujuan untuk menginformasikan analisis metode cemaran mikroba pada berbagai makanan. Metode yang digunakan dalam penulisan review artikel ini yaitu dengan melakukan penelusuran terhadap beberapa referensi berupa jurnal ilmiah atau artikel ilmiah dari penelitian dengan kata kunci analisis cemaran mikroba.
Bahan Tambahan Pangan (BTP) merupakan bahan-bahan yang ditambahkan kedalam pangan dengan tujuan untuk merubah sifat, tekstur, cita rasa, bentuk suatu produk pangan. Bahan Tambah Pangan diantaranya pengawet, pewarna, penyedap rasa, dan pengental baik yang memiliki nilai gizi atau tidak memiliki nilai gizi. BTP jenis pengawet adalah bahan tambahan pangan yang mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman, atau peruraian lain terhadap pangan yang disebabkan oleh mikroorganisme. Pengawet pada makanan terbagi menjadi 2, yaitu pengawet legal (diperbolehkan dalam kadar tertentu) dan illegal (tidak boleh digunakan).Jenis pengawet legal diantaranya yaitu BHT, asam sorbat, natrium benzoat, asam benzoat, kalium sorbat, sulfit, dan natrium nitrit, sedangkan jenis pengawet illegal diantaranya yaitu formalin, kalium bromat, asam salisilat, dietilpirokarbonat, dulsin, kalium klorat. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui penggunaan pengawet yang banyak digunakan dipasaran baik yang legal maupun illegal. Metode yang dilakukan yaitu kajian literatur (literature review). Hasil yang diperoleh yaitu penggunaan pengawet illegal seperti boraks dan formalin masih banyak ditemukan di pasaran, dan untuk pengawet legal yang umum digunakan yaitu natrium benzoat, asam benzoat, kalium sorbat, sulfit, dan natrium nitrit. Namun penggunaan pengawet legal masih ditemukan yang melebihi batas maksimal penggunaan.
Depresi merupakan salah satu penyakit mental yang serius yang biasa ditandai oleh persaan sedih atau cemas. Data melaporkan bahwa sejumlah 800,000 kasus bunuh diri merupakan dampak dari depresi. Sementara di Indonesia, individu dengan penyakit depresi ada pada kisaran 6 % dari total populasi. Temuan lain oleh Badan pusat statistik (2014) bahwa setidaknya ada sekitar 3,4 juta remaja usia 10-19 mengalami gangguan mental di tahun 2013. Tujuan artikel review ini untuk memberikan informasi kepada pembaca terkait senyawa yang berpotensi sebagai antidepresan. Metode yang digunakan dalam review literatur ini adalah dengan melakukan pencarian sumber acuan berupa jurnal ilmiah atau artikel ilmiah, baik skala nasional mapun internasional, yang berhubungan dengan uji in silico senyawa antidepresan. Terdapat beberapa senyawa yang dapat dijadikan sebagai antidepresan. Reseptor yang paling umum digunakan dalam pengujian aktivitas antidepresi yaitu 5-HT1A (5-hydroxytryptophan) dan MAOA (Monoamine Oxidase A). Senyawa yang berpotensi sebagai antidepresan di antaranya, safrole dari biji pala, Senyawa Aktif Curcuma longa, derivatif kurkumin, ekstrak Angelica archagelica, Gingerol serta shogaol dalam Konstituen Zingiber officinale, Senyawa Dehydrozingerone dari ekstrak Zingiber officinale, eikosanal dan fitol asetat dari tanaman Elatostem papillosum, L-17, 1MeTIQ, dan Aegeline pada ekstrak buah Aegle marmelos,
Additives that are often used in food and beverages with the aim of attracting the attention of consumers, namely commonly known as addictive substances in food and beverages, can be in the form of dyes, flavoring and aroma, enhancers, antioxidants, preservatives, emulsifiers, bleaches, thickeners and sweeteners. Tartrazine or FC&C Yellow 5 dye code E 102 is a synthetic dye that produces a lemon yellow color which is easily soluble in water, and is a derivative of coal tar which is a mixture of phenolic compounds, polycyclic and heterocyclic hydrocarbons. The tartrazine compound is resistant to light, acetic acid, HCl and 10% NaOH, while 30% NaOH will undergo a chemical reaction with a reddish color change. Easily faded in the presence of an oxidizing agent, FeSO4 will make the substance solution cloudy, whereas in the presence of copper (Cu) there will be a change from yellow to reddish. paper chromatography and Uv-Vis spectrophotometry methods were positive for containing Tartrazine dye with levels that exceeded the limit set by ADI (Acceptable Daily Intake), which is around 7.5 mg/Kg/day. Tartrazine dye levels in samples A, B, C, D and E respectively 1.06457 ; 28.1832 ; 40.6126 ; 15.7269 and 28.936 mg/L. The use of tartrazine that exceeds the maximum limit permitted by the Government can cause harmful effects to the health of the body. Among them such as causing urticaria (skin allergies), rhinitis (runny nose), asthma, purpura (bruises on the skin) and systemic anaphylaxis (shock). The maximum limit for the use of tartrazine coloring permitted by the Government of Indonesia based on BPOM Regulation Number 11 of 2019 states that the maximum level of use of tartrazine in food additives is a maximum of 100 mg/kg for confectionery or candy which includes hard and soft confectionery, nougat and others.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.