Sektor pariwisata merupakan salah satu sumber penting bagi devisa negara. Hal tersebut menyebabkan negara-negara di dunia berlomba-lomba untuk mempromosikan pariwisatanya karena ketatnya persaingan pariwisata dalam dunia internasional. Berbagai cara dilakukan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke negaranya masing-masing. Salah satu cara yang dilakukan adalah melalui film yang dipandang cukup efektif dalam mempromosikan daerah-daerah tujuan wisatanya. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, beberapa negara dengan jumlah wistawan yang besar mengakui bahwa salah satu faktor pendorong wisatawan untuk berwisata ke negaranya adalah melalui film. Film dipandang sebagai media yang lebih efektif daripada menggunakan cara-cara tradisional seperti brosur dan iklan-iklan khusus lainnya, karena film dapat menjangkau jutaan orang, bertahan lama, dan memengaruhi orang-orang tanpa menyadari bahwa hal tersebut merupakan suatu promosi.Penelitian ini bertujuan untuk melihat perkembangan film sebagai promosi pariwisata, dampak film terhadap peningkatan kunjungan wisatawan, terutama dampak mengenai film dan promosi pariwisata di Indonesia.Sumber yang digunakan dalam penelitian adalah tulisan tulisan ilmiah dalam bentuk artikel maupun proseding seminar dan film-film yang terkait erat dengan pokok kajian penelitian. Penelitian ini memperlihatkan bahwa adanya dampak film terhadap beberapa destinasi wisata di Indonesia.Yogyakarta, Belitung dan Bali adalah destinasi wisata yang diinduksi oleh film.
This research traces the diaspora of the Javanese and their cultural heritage and examines their adaptation to Malaysian society. The disputes that occurred in the last ten years between Indonesia and Malaysia draw massive attention. The claims of culture between the two countries have often led to tensions between them. Disputes have generally been triggered by the Malaysian government's claims against several Indonesian cultural heritage such as kuda kepang, barongan, reog, and batik. The study employs a historical approach using qualitative data obtained through scholarly studies and sources such as archives, documents, newspapers, books, and interviews with individuals in Indonesia and Malaysia combined with scholarly research. The paper outlines the migration of Javanese people to Malaysia and discusses various elements of their cultureincluding music, dance forms, puppet theatre, foods and medicinal herbs, and the batik method of dyeing textiles-that they introduced into Malaysian culture. This paper re-examines the case of contemporary Malaysian society and how they negotiate their identity, paying particular attention to the Javanese Malay. This paper argues that the Javanese-Malay are the main actors who actively preserve Javanese cultural heritage in Malaysia.
Abstrak. Sejarah Indonesia akan terlihat sangat menarik untuk dipelajari ketika dianalisis secara regional dan global. Salah satu cara yang dapat dipakai adalah pendekatan komparatif. Terdapat beberapa aspek dalam melihat sejarah komparatif. Unsur waktu, ruang, dan topik harus seimbang. Oleh karena itu, para sejarawan harus melihat aspek sejarah, budaya, geografi, dan geo-politik dalam membandingkan perkembangan kebijakan luar negeri Indonesia dan Malaysia pasca kemerdekaan. Selain itu, pengalaman kolonialisme yang berbeda perlu diwaspadai. Hal ini berdampak pada pembentukan karakter dan persepsi yang berbeda terhadap masalah keamanan nasional masing-masing negara. Posisi geografis yang strategis menjadikan Asia Tenggara sebagai arena perebutan pengaruh ideologi antara blok Barat dan blok Timur pada masa perang dingin. Dalam menghadapi situasi perang dingin yang terjadi, Indonesia dan Malaysia, berlatar belakang kepentingan nasional yang berbeda, berada dalam dua kubu yang berseberangan. Tulisan ini berupaya untuk memberikan model bagaimana menuliskan sejarah dengan perspektif global.Kata-kata kunci: sejarah Indonesia, sejarah global, sejarah regional Abstract. Indonesian history could be interesting to elaborate further when it is analyzed regionally and globally. An attempt to be used is a comparative study. There are various aspects in looking at comparative history. Time, place, and topic should be equal. Therefore, historians should look at the historical, cultural, geographical, and geo-political aspects in comparing the development of Indonesian and Malaysian foreign policies. In addition, the different colonial experience should be realized. This will be affected on the various character building and perception on the each national security. Southeast Asia becomes an arena to be competed between Western and Eastern ideologies. In the wave of the cold war, Indonesia and Malaysia have different interest and different position. This article tries to give a model how to write history based on global perspective
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.