AbstrakGas alam merupakan campuran hidrokarbon kompleks yang karakteristik utama kualitasnya sering dinyatakan dalam bentuk nilai kalor, yaitu energi yang dilepaskan tiap satuan massa atau satuan volume bahan bakar ketika habis dibakar. Pengukuran energi gas alam saat ini umumnya dilakukan secara tidak langsung dengan mengkombinasikan flow meter dan kromatografi gas atau gas analizer. Metode tidak langsung memiliki beberapa keterbatasan sehingga mendorong para peneliti mengembangkan metode alternatif menghitung energi gas alam. Pada penelitian ini, dikembangkan metode korelasi yang berbasis pada bulk modulus campuran gas alam, kecepatan suara, dan komposisi gas diluent sebagai alternatif metode perhitungan energi campuran gas alam. Pengembangan model dilakukan menggunakan 95 data komposisi gas alam yang dilaporkan oleh Morrow, et al. [11]. Data komposisi tersebut digunakan untuk menghitung kecepatan suara (vs), massa jenis (ρ), dan rasio kapasitas panas (γ) campuran gas alam pada keadaan standar (15 0 C, 0,325 kPa). Kemudian nilai vs, ρ, γ dan komposisi gas diluent (CO2 dan N2) dipakai untuk menghitung bulk modulus campuran gas alam dan bulk modulus hidrokarbon. Sementara itu, nilai kalor campuran gas alam pada keadaan standar dihitung dalam basis massa menggunakan data nilai kalor tiap-tiap komponen campuran gas alam yang terdapat dalam Standar GPA 2145. Setelah semua data fisis diperoleh, dilakukan pencocokan kurva untuk memperoleh model menghitung energi campuran gas alam. Hasil pengujian kinerja model menunjukkan bahwa persentase kesalahan adalah sebesar 0,0697% dengan rentang dari 0 sampai 0,119%, RMSE sebesar 0,0833, dan R sebesar satu. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa model yang dikembangkan memiliki akurasi tinggi sehingga dapat direkomendasikan sebagai metode alternatif untuk menghitung energi gas alam.Kata kunci: gas alam, gas diluent, kecepatan suara, bulk modulus, metode korelasi, nilai kalor
Igneous rocks, including andesites, are composed of these major elements: Si, Ti, Al, Fe, Mn, Ca, Mg, Na, K, and P. Variation in the composition of these elements, which occur mostly as oxides, determines the overall physical properties of the rocks. Not surprisingly, classification of igneous rocks is also based on the quantity of these major oxides. In this study, elemental compositions of andesitic rocks from the Island of Java will be compared to the anisotropy of magnetic susceptibility (AMS) as a part of our effort to explore the possibility of using rock magnetic parameters in classifying igneous rocks. The objective is to check whether AMS parameters could serve as alternative to chemical analysis. To do so, we have measured the AMS and geochemical composition of andesitic rock samples from 10 different sites across Central Java and Yogyakarta. The results show that there are significant correlations between the abundance of certain elements with AMS parameters, for example, the abundance of Fe and Al with magnetic lineation and the abundance of Al with degree of anisotropy. These results show that magnetic parameters have a good change to be use as predictors for major elements composition in igneous rocks.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.