The Tank model by Sugawara is included in the lumped model category. As with other types of lumped models, the effectiveness of the application of the Tank model is largely determined by the parameter optimization method applied and the quantity of training data involved in the calibration process. This article proposes the Tank-DE model to transform rain data series into discharge in a watershed. The Tank-DE model is built from a combination of a simulation equation system based on the Tank model and a multi-parameter optimization equation system based on the Differential evolution (DE) Algorithm. This article also examines the sensitivity analysis of the model to study the effect of the length of the training data series involved in the calibration process on the predictive discharge quality generated by the Tank-DE model. Thus, the minimum length of the training data series can be recommended, related to the application of the model. The results of the analysis show that the Tank-DE model can present the relationship between rainfall data series and daily period discharge very well. The results of the sensitivity analysis show that there is an indication that the longer the training data series, the more quantitatively positive impact on the performance of the model. The calibration process involving a training data set for 1 year produces a very good value of the coefficient of determination (r2 = 0.94), but the indicator decreases drastically at the validation stage. The calibration process involving a relatively long training data series produces a more consistent value of the coefficient of determination. This indicates that the Tank-DE model can be an alternative solution to solve the problem of scarcity of discharge data series which is a classic problem in water resource development activities.
Air bersih merupakan salah satu kebutuhan yang tidak ada batasnya dan akan terus berkelanjutan bagi masyarakat, sehingga perlu adanya konsentrasi dalam pemenuhannya terlebih diwilayah perkotaan yang mana sumber air bersih biasanya sulit didapatkan. Dalam memenuhi kebutuhan air bersih, maka diperlukan evaluasi dan perencanaan pengembangan kebutuhan air bersih masyarakat agar terpenuhi secara optimal. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui kebutuhan air bersih pada perkotaan dimana lokasi studi pengelolaan sistem jaringan distribusi air bersih yang sumber air bersihnya berasal dari IPA Legundi Kabupaten Gresik. Aplikasi yang digunakan untuk mendukung analisa jaringan distribusi air bersih adalah perangkat lunak EPANET. Pemanfaatan program berfungsi untuk menganalisa aliran air yang didistribusikan dan dapat mengetahui tekanan yang terjadi pada masing-masing pipa dan node. Dari hasil evaluasi menunjukkan adanya peningkatan layanan air bersih untuk daerah layanan Sumber Air Kali Surabaya Kabupaten Gresik dari 39,78% ditahun 2021, menjadi 50,88% ditahun 2031. Dengan menggunakan metode Least Square hasil proyeksi penduduk daerah layanan Sumber Air IPA Legundi pada tahun 2031 berjumlah 131.555 jiwa, dengan pembagian node sebanyak 1278 node ditahun 2020 menjadi 1352 node ditahun 2031 dengan diameter pipa 2 inch hingga 24 inch. Sedangkan kebutuhan air bersih rata-rata 186,51 liter/detik ditahun 2020 menjadi 285,04 liter/detik ditahun 2031
Irigasi Molek adalah saluran irigasi yang mengairi sawah kec Kepanjen sampai dengan Sumberpucung. Sebelum Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Malang dari 2010 – 2030 ditetapkan, luas lahan pertanian pada kedua kecamatan tersebut sebesar 3.971 Ha. Pada saat ini sebagian lahan pertanian direncanakan menjadi lahan permukiman sehingga tersisa daerah irigasi 2.187 Ha. Hal ini berdampak pada keandalan debit Bendung Blobo dalam mengairi area lahan pertanian, serta berpengaruh pada pola tata tanam yang sudah ada. Tujuan studi untuk mengetahui keandalan debit bendung blobo dalam mengairi area lahan pertanian dengan menghitung kebutuhan air yang tersedia menggunakan Metode FJ. Mock dan menghitung kebutuhan air. Dari studi ini didapatkan total kebutuhan air selama satu tahun untuk tanaman padi pada kondisi existing sebesar 6063.10 ltr/det dan pada kondisi akibat RTRW sebesar 3325.47 ltr/det. Dengan ketersediaan air diasumsikan tetap, maka total kebutuhan air pada kondisi extrim yaitu Musim Kering II sebesar 5.842 ltr/det yang mengakibatkan kekurangan air dan akibat RTRW mengalami kelebihan Air. Dari analisa tersebut menghasilkan pola tata tanam yang memaksimalkan kelebihan air akibat Rencana Umum Tata Ruang kab. Malang kec. Kepanjen.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.