The potency of the Indonesian Tropical Forest, particularly in Kalimantan, has been shrinkage year by year. Selective Cutting and Line Planting System (SCLP) is expected to increase the productivity of the tropical forest. This study aims to analyze the growth and diameter increment of Dipterocarpaceae stand planted in West-East (W-E) and North-South (N-S) planting direction on SCLP at concession area of PT. Intracawood Manufacturing, Bulungan District, North Kalimantan, Indonesia. Growth and diameter increment data of Dipterocarpaceae was obtained by field measurement in 4 (four) permanent plots sized 100 m x 100 m with W-E and N-S directions. The study revealed that the largest growth and average diameter increment on a five-year-old stand is Shorea parvifolia with planting direction of W-E about 8,5 cm and 1,92 cm/yr. In contrast, the smallest is Dryobalanops lanceolata with N-S planting direction about 4,6 cm and 0,99 cm/yr. Planting line direction does not influence diameter increment. It is due to the stand position in the spacing line as an ex-cutting area or the right and left-hand sides of the planting line with low density and low average stand height (17,62 m). Therefore, the light intensity on the N-S planting line direction has no barrier of spacing line stand. Keywords: Increment, Light Intensity, Planting Line Direction
Manfaat yang dapat diperoleh dari pengelolaan kebun yang berbasis agroforestry adalah produksi hasil tanaman berjangka panjang bagi petani secara ekonomi dan menjaga tanah tetap subur serta produktif.Tujuan Penelitian adalah bertujuan untuk mendeskripsikan pola agroforestry dari aspek ekologi dan ekonomi pada kebun belimbing di Desa Manunggal Jaya, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara.Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni sampai Juli 2019 dan bertujuan untuk mengetahui pola agroforestry dalam pemanfaatan lahan yang diterapkan oleh pemilik lahan, baik itu dari aspek finansial maupun aspek ekologi.Metode pada penelitian ini menggunakan metode ekplorasi melalui observasi langsung dilapangan dengan menggunakan wawancara sebagai alat pengumpulan data. Data dan informasi dikumpulkan melalui pembuatan kuisioner wawancara, studi dokumentasi, pengamatan dilapangan, kemudian diklasifikasi segala jenis biaya yang diperlukan dalam usahatani ini sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya usaha ini dijalankan.Hasil penelitian ini menunjukan bahwasannya pola agroforestry yang diterapkan adalah dengan sistem agroforestry kebun campuran dengan pola tanam acak dan pola tanam teratur, untuk tanaman belimbing merupakan tanaman yang paling sering dijumpai bersama juga tanaman jambu air dan jambu kristal. Sedangkan hasil dari analisis finansial menunjukan Net Present Value > 0 yaitu Rp. 586.153.801 pada suku bunga 20%, Net Benefit Cos Ratio > 1 yaitu 5,35 pada suku bunga 10%, dan Internal Rate Of Return 19,4% pada tahun ke 7.
Secara Administrasi Pemerintahan saat ini, areal PT. IHM terletak di 2 kabupaten yaitu di Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Penajam Paser Utara. Dalam menjalankan proses usahanya PT. IHM melibatkan berbagai pihak yang memiliki kompetensi dibidangnya, termasuk bermitra dengan masyarakat sekitarnya, baik berupa penyediaan tenaga kerja maupun pengelolaan lahan HTI bersama masyarakat. Penerapan silvikultur intensif dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman yang lebih cepat baik diameter dan tinggi tanaman eucalyptus serta kesehatan tanaman. Dampak selanjutnya adalah tercapainya target hasil panen dengan jumlah tonase yang lebih tinggi perhektarnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari struktur tegakan, riap diameter dan pendugaan daur tegakan tinggal jenis komersil di hutan bekas tebangan yang dikelola dengan sistem Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) di areal konsesi PT Balikpapan Wana Lestari di Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur. Pengukuran parameter tegakan tinggal (jumlah pohon, diameter dan riapya) dilakukan pada areal bekas tebangan 1 tahun sampai dengan 3 tahun pada jalur antara (terletak diantara dua jalur tanam) di blok TPTJ dari 3 PUP (Petak Ukur Permanen) yang masing-masing berukuran 100 m x 100 m (1 ha). Berdasarkan hasil penelitian diketahui struktur tegakan tinggal di jalur antara berdasarkan kelas diameter adalah berbentuk J-terbalik, artinya semakin besar kelas diameter maka jumlah pohon semakin sedikit dan sebaliknya. Rataan riap diameter tegakan tinggal pada jalur antara untuk jenis komersil sebesar 1,04 cm/th, non komersil sebesar 0,65 cm/th, dan pendugaan daur tebang sebesar 19 tahun untuk jenis komersil dengan limit diameter tebang 40 cm up. Potensi tegakan di jalur antara masih bisa diharapkan produksi tebangannya pada akhir daur, disamping tegakan pada jalur tanam yang merupakan jenis unggulan dan mempunyai riap yang besar. Kata kunci: Limit diameter tebang, pohon inti, riap diameter, struktur tegakan
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.