We are very aware of the importance of the ozone layer, without which life on the Earth would not have evolved in the way it has. Solar storms carry energetic protons into the Earth’s upper atmosphere, where they boost production of nitrogen oxides which are known as ozone killers and which ultimately increase ultraviolet (UV) radiations. In the present study, we estimate the effects of solar energetic protons during super storms (Dst index < –300 nT over the total ozone column for the last 32 yr. We select a total of seven super storm events that occurred during solar cycles 22–24 (for the last 32 yr) having Dst index < –300 nT. To that end, we apply superposed epoch analysis (SEA) to verify the impact of storm events on the quantitative variation of total ozone column and on UV radiations during super storm events. After completing the empirical analysis, we conclude that the ozone column gets depleted significantly (22±6.8%) as proton density increases during super storm events and this decrement in the ozone level is further responsible for a substantial increase (26±11.2%) in peak UV radiation intensities.
<p>Abstrak: Artikel ini membahas seputar perdebatan paradigma sejarawan informal di Indonesia dengan corak historiografi yang dihasilkannya. Pendekatan yang dilakukan menggunakan metode historis dengan mereview karya sejarah dalam bentuk tinjauan deskriptif–eksploratif terhadap sejarawan informal yang diwakili oleh Joesoef Sou’yb, HAMKA, dan Ali Hasjmy yang telah menghasilkan karya sejarah umat Islam Nusantara. Penulis menemukan bahwa secara teoritis terdapat tiga kategori sejarawan. Pertama, sejarawan akademik atau profesional yang berasal dari lembaga pendidikan sejarah, dibekali dengan metodologi dan teori-teori ilmiah. Kedua, sejarawan dari disiplin ilmu selain sejarah namun meminati bidang ilmu ini. Ketiga sejarawan dari masyarakat, yaitu sejarawan amatir, seseorang yang tidak bergelar sarjana tetapi lebih produktif menuliskan peristiwa sejarah dibandingkan sejarawan profesional yang karyanya kemudian dikenal dengan historiografi Islam awal di Indonesia.</p><p><br />Abstract: Historiography of Indonesian Islam: An Informal Historian Perspective. This article discusses the debate of informal historian paradigm in Indonesia on historiographical genre produced. This study employs historical method by reviewing historical works with descriptive and explorative approach on informal historians represented by Joesoef Sou’yb, HAMKA, Ali Hasjmy, all of whom have produced historical works of Islamic society in the Indonesian archipelago. The author finds that theoretically, there are three categories of historian, namely, first, academic or professional historians who equipped themselves with history education, scientific theory and methology; second, historians who come from disciples other than history background, but have interest in this field; third, community historians, namely those who do not acquire any academic qualification but nonetheless they are more productive in writing historical events compared to the professional ones, such works of which then to be well known as early Islamic historiography in Indonesia.</p><p><br />Kata Kunci: sejarawan informal, historiografi, Islam Indonesia</p>
Dakwah dan komunikasi adalah dua hal yang sama tetapi berbeda dalam esensi. Dakwah menitikberatkan pesan yang lebih islami dan memiliki tujuan untuk mengenalkan ajaran Islam di dalamnya, sedangkan komunikasi lebih bersifat umum, tetapi dalam komunikasi juga diharapkan ada pesan-pesan positif yang disampaikan. Periode Mekkah adalah periode perjuangan yang berat bagi Nabi Muhammad Saw dalam mengenalkan Islam bagi kaum kafir Quraisy. Dibutuhkan kematangan dan kesiapan dalam komunikasi dan dakwah. Ada lima strategi komunikasi yang terjadi pada periode Mekkah. Pertama, turunnya ayat-ayat al-Qur’an secara bertahap, kedua menyeru kerabat dekat, ketiga pengaruh profesi, keempat ide revolusioner sebagai pembaharu dan kelima pembentukan kaderisasi. Kelima strategi komunikasi dakwah ini berhasil diterapkan oleh Nabi Muhammad Saw dengan dibimbing oleh wahyu serta sikap leadership yang mumpuni dari sang Nabi, hingga ajaran Islam yang dibawanya dimulai dari Mekkah, tersebar ke seantero dunia hingga saat ini.
This paper discusses about humanism civilization in the perspective of Islamic history. The approach taken in this journal is the historical narrative method by looking at universal values that favor human interests, expressed in a mindset, by not distinguishing on the basis of ethnicity, religion, skin color, and belief systems and religion. In addition, the author also explains that many aspects of humanity are recorded in Islamic history such as futuh mecca (conquerization of mecca). The author describes there are 4 leaders of Islamic leaders who describe humanitarian events contained in the history of Islam. This certainly awake and give direction to aspects relating to the general needs of humans including justice, equality (egalitarian) love and compassion, generosity, obedience to principles / law, environmental peace to the principles of chivalry and heroism. These universal principles are upheld and expressed by the Prophet Muhammad in his life and that is what he taught to his friends so that they will be passed on to the Muslims afterwards. The presence of this humanist civilization is like an oasis that gives thirst satisfaction to people who have the character of wisdom and have high ideals that all civilizations should elevate the degree of humanity. The impact of humanism civilization in the perspective of Islamic history is very useful because it refers to the principles of the Qur'an that give a universal message that can build humanism civilization that is embodied in the trajectory of Islamic history and continue the values of humanism's great and noble civilization.
Dakwah adalah kegiatan mengajak dan menyeru manusia untuk mengenal Allah yang termanifestasi dalam al-quran dan hadist. Sedangkan humanisme adalah aliran filsafat yang menyatakan bahwa tujuan pokok yang dimilikinya adalah untuk keselamatan dan kesempurnaan manusia. Dakwah humanis bisa dikatakan dakwah yang menampilkan sikap-sikap kemanusiaan dan menjadikan manusia sebagai obyek yang harus dihargai, diberi keadilan, kesejahteraan dan diberik sikap-sikap penghormatan sebagai ciptaan Allah Swt. Dalam lintasan sejarah Islam, Nabi Muhammad Saw adalah role model utama sebagai penunjuk arah dakwah humanis. Sikap Nabi Muhammad yang penuh dengan kasih sayang, cinta dan menunjukkan keteladanan paling baik hingga saat ini, menjadikan Islam yang dibawanya sebagai agama yang humanis. Para penerusnya pun baik dari kalangan khulafaurrasyidin yang pada tulisan ini diwakili oleh Umar bin Khattab, pada Dinasti Umayyah bisa dilihat sikap luhur Umar bin Abdul Aziz serta masa Dinasti Abbasiyah, Harun Al-Rasyid menjadi sentral untuk dakwah humanis. Islam dalam sejarahnya hingga kini berhasil dengan gemilang tampil di dunia sebagai agama yang menjunjung tinggi kemanusiaan, keadilan, dan egaliter, hal itu terus berjalan disampaikan para pendakwah dengan sangat humanis tentu tidak terlepas pada panduan utama Al-qur’an dan hadist.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.