Minuman fungsional disukai semua kalangan dan berpotensi dalam upaya peningkatan kesehatan tubuh. Minuman ready to drink (RTD) adalah sebuah jenis minuman yang dijual dalam bentuk kemasan khusus sehingga dapat langsung dikonsumsi serta memudahkan konsumen dalam mengonsumsinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan karakteristik organoleptik, kandungan aktivitas antioksidan produk, serta penerimaan masyarakat terhadap produk minuman fungsional teh ready to drink. Produk ini diformulasikan ke dalam 3 formula, Formula 1 (daun teh hitam 3,75 gram, daun salam 1,25 gram, gula stevia 7 gram, dan air 500 mL), Formula 2 (daun teh hitam 2,5 gram, daun salam 2,5 gram, gula stevia 7 gram, dan air 500 mL), dan Formula 3 (daun teh hitam 1,25 gram, daun salam 3,75 gram, gula stevia 7 gram, dan air 500 mL). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain eksperimental. Hasil analisis uji statistik pada indikator kejernihan dan warna menunjukkan ada perbedaan Formula 1 dengan Formula 3 dan Formula 2 dengan Formula 3 dari hasil uji statistik didapatkan nilai p < 0,05. Uji aktivitas antioksidan paling tinggi yaitu Formula 2 sebesar 633,36 ppm. Daya terima pada produk minuman fungsional teh ready to drink panelis paling banyak menyukai Formula 2. Kesimpulannya adalah minuman fungsional teh dapat diterima oleh masyarakat.
Pendahuluan: Bahan Tambahan Pangan (BTP) digunakan secara luas oleh masyarakat. Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang banyak digunakan dalam saus sambal adalah pengawet seperti benzoat dan sorbat. Penggunaan pengawet pada bahan pangan tidak boleh melebihi ambang batas yang sudah ditentukan karena dapat memberikan efek bagi kesehatan, seperti benzoat yang dapat menimbulkan reaksi alergi dan bersifat karsinogenik karena adanya benzene serta sorbat yang dapat menyebabkan mutasi gen bila dikombinasikan dengan asam askorbat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar benzoat dan sorbat pada saus sambal kemasan yang dijual di Pasar Baru Bekasi dan melihat kesesuaian kadar pengawet dengan ambang batas yang sudah ditentukan. Metode: Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Kadar benzoat dan sorbat diperiksa menggunakan metode High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Data kuantitatif yang diperoleh dari hasil pengukuran dianalisis dengan membandingkan kadar maksimum benzoat dan sorbat yang diperbolehkan pada saus menurut Peraturan Kepala BPOM No. 36 Tahun 2013, yaitu 1000 mg/kg. Kadar benzoat dan sorbat yang melebihi ambang batas menandakan bahwa saus sambal tersebut tidak boleh untuk dikonsumsi. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh 100% sampel mengandung benzoat melebihi kadar maksimum yang telah ditetapkan dan 50% sampel mengandung sorbat dengan kadar di bawah ambang batas yang telah ditentukan. Kesimpulan: Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah melakukan analisis kadar benzoat dan sorbat pada sampel bahan pangan yang lain mengingat bahwa benzoat dan sorbat sering digunakan sebagai kombinasi pengawet dan diperbolehkan untuk digunakan dalam bahan pangan.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.