Piper yellow mottle virus (PYMoV) is the dominant virus that causes mottle disease in black pepper (Piper nigrum). Two species of mealybugs, Ferrisia virgata and Planococcus minor have been reported as vectors of PYMoV. A different species of mealybug that has never been reported before was found in black pepper. Molecular approaches including total DNA isolation of mealybug collected from the field, mealybugs identification by DNA barcode, detection of PYMoV in single mealybugs, were conducted as an approach to identify the potential of mealybugs as PYMoV vector in the field. Mealybugs were collected from black pepper plants in Cimanggu (Bogor, West Java) and Sukamulya (Sukabumi, West Java). Characters of adult females were observed for morphological identification. Molecular-based identification of the mealybugs and PYMoV involved the following procedures: total DNA isolation, DNA amplification, nucleotide sequencing and sequence analysis. Three species of mealybugs, P. minor, F. virgata and Paracoccus marginatus were confirmed by morphological and molecular identification. This is the first report for the occurrence of P. marginatus in black pepper plants. PYMoV was successfully detected from field samples of F. virgata, P. minor and P. marginatus. This finding indicates the potential of insect vectors for disease spread and distribution.
Infeksi virus pada tanaman nilam dapat menyebabkan penurunan produksi dan kualitas minyak. Sembilan jenis virus diidentifikasi menginfeksi tanaman nilam, yaitu Patchouli mosaic virus (PatMoV), Patchouli mild mosaic virus (PatMMV), Telosma mosaic virus (TeMV), Peanut stripe virus (PStV), Patchouli yellow mosaic virus (PatYMV), Tobacco necrosis virus (TNV), Broad bean wilt virus 2 (BBWV2), Cucumber mosaic virus (CMV), dan Cymbidium mosaic virus (CymMV). Kesembilan virus tersebut memiliki genom RNA, tetapi panjang dan bentuk partikelnya berbeda. Deteksi dan identifikasi berdasarkan bagian partikel virus dapat dilakukan secara serologi dengan teknik ELISA dan secara molekuler dengan RT-PCR. Gejala awal tanaman nilam terserang virus yaitu mosaik atau belang pada daun pucuk dan pada gejala berat tanaman menjadi kerdil. Infeksi virus dapat bersifat tunggal, tetapi ada pula infeksi oleh beberapa virus. Virus menular secara mekanis dan sebagian melalui penyambungan dan vektor. TNV, BBWV2, dan CMV memiliki kisaran inang yang luas, sedangkan virus yang lain inangnya terbatas. Virus nilam umumnya memiliki titik panas inaktivasi dan titik batas pengenceran yang tinggi, sedangkan ketahanan in vitro tidak stabil. Pendekatan terbaik pengendalian virus ialah menggunakan bahan tanaman bebas virus atau tahan virus dan pengendalian vektor. Tanaman bebas virus dapat diperoleh melalui kultur meristem, sedangkan pengendalian vektor dapat menggunakan pestisida nabati atau kimia.
Interaksi antara virus dan tanaman seringkali dikaitkan dengan penyakit atau bersifat interaksi negatif. Akhir - akhir ini mulai dikaji interaksi positif antara virus dan tanaman, yang memberikan manfaat bagi keduanya, dikenal dengan istilah simbiosis mutualisme. Makalah ini menguraikan peran positif virus dalam meningkatkan estetika tanaman, toleransi terhadap kekeringan dan kajian simbiosis endogenus virus dan tanaman. Infeksi virus pada beberapa tanaman justru menghasilkan bunga dengan warna pecah yang menarik, sehingga banyak dicari oleh pecinta tanaman hias. Contoh keberhasilan produksi bunga hias dengan infeksi virus adalah bunga tulip. Namun, saat ini mulai dikaji efek negatif produksi massal tanaman hias hasil infeksi virus, karena dikhawatirkan menjadi sumber inokulum bagi tanaman budidaya. Komersialisasi beberapa tanaman hias hasil infeksi virus sudah dihentikan, seperti produksi bunga tulip dan tanaman mentha hias terinfeksi virus. Sebagai parasit obligat, virus harus mempertahankan kondisi inangnya, untuk kelangsungan aktifitasnya. Pada kondisi stres kekeringan, beberapa kasus infeksi virus pada tanaman dapat berperan dalam pensinyalan asam absisic (ABA) maupun asam salisilat (SA), yang berfungsi untuk menginduksi respon ketahanan tanaman terhadap kekurangan air. Fenomena baru, integrasi virus ke dalam genom tanaman juga menunjukkan peran positif virus terhadap tanaman. Sikuen endogenous plant pararetrovirus (EPRV) pada tanaman tomat dilaporkan dapat menginduksi ketahanan tanaman terhadap infeksi virus sekerabat. Interaksi positif antara virus dan tanaman dapat bersifat langsung, misalnya meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan maupun infeksi virus sekerabat. Sifat interaksi tidak langsung terjadi pada infeksi virus pada tanaman hias, karena tidak langsung meningkatkan vigoritas tanaman, namun menyebabkan manusia tertarik untuk melakukan budidaya terhadap tanaman tersebut.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.