<p align="center"><strong>ABSTRAK</strong></p><p>Untuk tetap hidup, orang berusaha memenuhi kebutuhan primer mereka. Salah satu kebutuhan utamanya adalah pangan, dan masyarakat Indonesia menjadikan beras sebagai makanan pokoknya. Energi cukup tinggi untuk memiliki dampak signifikan pada aktivitas fisik dan kesehatan. Hal tersebut berkaitan dengan jumlah peningkatan minat pembelian konsumen. Dimana konsumen menginginkan dan memilih beras yang bersih, putih dan licin untuk dikonsumsi. Dimasa sekarang ini, banyak produsen nakal yang menggunakan berbagai cara untuk memperpanjang umur simpan atau perbaiki tekstur, rasa, dan warna dari produk yang dijual khususnya pada beras putih. Sehingga membuat masyarakat terkecoh tanpa disadari beras yang putih dan licin merupakan ciri fisik beras mengandung klorin.</p><p>Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian ini kemudian dianalisisn secara manual dalam bentuk tabel menurut variabel yang diteliti. Berdasarkan data dari hasil uji laboratorium, maka peneliti memberikan kode (+) bila terbukti beras tersebut mengandung klorin dan sebaliknya apabila tidak terbukti diberikan kode (-) dan akan diketahui juga kadar klorin yang terkandung pada beras.</p><p>Hasil penelitian pemeriksaan kadar klorin pada beras menunjukkan bahwa dari 50 sampel merk beras terdapat 41(82%) beras positif mengandung kadar klorin dan 9 (18%) beras negatif mengandung kadar klorin.</p><p>Saran kepada masyarakat yang hendak membeli beras agar lebih berhati-hati dalam memilih beras yang akan dibeli.</p><p>Kata kunci: Beras, Klorin<em></em></p><p align="center"><strong><em> </em></strong></p><p align="center"><strong><em>ABSTRACT</em></strong><em></em></p><p><em>To stay alive, people try to fulfill their primary needs. One of the main needs is food, and Indonesian people make rice as their staple food. Energy is high enough to have a significant impact on physical activity and health. This is related to the increase in consumer buying interest. Where consumers want and choose clean, white and slippery rice for consumption. Nowadays, many rogue producers use various methods to extend shelf life or improve the texture, taste, and color of the products they sell, especially white rice. So that people are misled without realizing that white and slippery rice is a physical characteristic of rice containing chlorine.</em></p><p><em>The type of research used in this research is descriptive research with a quantitative approach. The results of this study were then analyzed manually in the form of tables according to the variables studied. Based on data from laboratory test results, the researcher gives a code (+) if it is proven that the rice contains chlorine and vice versa if it is not proven, it is given a code (-) and the chlorine content in rice will also be known.</em></p><p><em>The results of the examination of chlorine levels in rice showed that from 50 samples of rice brands there were 41 (82%) positive rice containing chlorine levels and 9 (18%) negative rice containing chlorine levels.</em></p><p><em>Suggestions to people who want to buy rice to be more careful in choosing the rice to be purchased.</em></p><em>Keywords: Rice, Chlorine</em>
Penyakit demam berdarah merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Pengendalain nyamuk dewasa dan larva belum menunjukkan keberhasilan yang signifikan. Pengendalian nyamuk Aedes aegypti perlu dilakukan dengan cara lain salah satunya adalah menghambat perkembangan telur nyamuk. Klorin sebagai salah satu bahan yang dapat menghambat perkembangan telur. karena terdapat klorin yang mampu mengoksidasi (membakar) telur nyamuk Aedes aegypt idengan merusak protein yang terdapat dalam telur nyamuk Aedes aegypti. Tujuan dari penelitian ini adalah diketahui perbedaan konsentrasi klorin terhadap daya tetas telur nyamuk Aedesaegypti. Jenis penelitian ini berupa penelitiandengan metode Eksperimen. Rancangan Penelitian ini adalah post test with control only design. Analisis yang digunakanadalahuji One Way Anova dan uji Benferonny. Hasil analisis Univariat menunjukkan bahwa kelompok kontrol jumlah telur yang tidak menetas adalah 2% dan pada konsentrasi 40 ppm jumlah telur yang tidak menetas 94%. Hasil uji Anova mennjukkan terdapat perbedaan yang bermakna rata-rata jumlah telur yang tidak menetas pada berbagai macam variasi dosis klorin (p=0,000). Sedangkan dari hasil uji Benferonny menunjukan terdapat perbedaan jumah telur yang tidak menetas pada konsentrasi 10 ppm dan 20 ppm (p=0,000). Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat dengan cara mengamplikasikan konsentrasi 20 ppm untuk menyemprot tempat perindukan nyamuk.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.