The traditional sorting of fruit maturity can be done by seeing the color of the fruit’s skin. Manual sorting will take a long time and the results are subjective. This paper presents the results of maturing cantaloupe fruit based on the color of the fruit skin using a digital image of the fruit skin. The research objective is to classify the maturity of cantaloupe fruit using the Naive Bayes Classifier method and compare the results with similar studies using the Learning Vector Quantization (LVQ) Artificial Neural Network method. This study used the image of a raw and mature cantaloupe rind of 15 images each. A total of 16 images are grouped into training data for the training process and 14 other images are grouped into test data for the testing process. The results showed that the accuracy of training and testing using the Naive Bayes Classifier method was 68.75% and 57.14%, respectively. The accuracy of the training and testing of the Naive Bayes Classifier method turns out to be lower compared to the LVQ Artificial Neural Network method.

Ulin (Eusideroxylon zwageri) is a tree composed of wet tropical forests which is spread over almost the entire southern part of Sumatra, The Bangka-Belitung Islands and the entire Kalimantan region, this type of ironwood (Eusideroxylon zwageri) which is also known as belian and borneo iron wood, including one of the native tree species on the island of Borneo. The purpose of this study was to calculate the potential distribution of ironwood in the Kintap Special Purpose Forest Area (KHDTK). Mapping the distribution of ironwood found in the Kintap Special Purpose Forest Area (KHDTK) plot. The method used is the transect line method. The results of the potential distribution of ironwood at the tree level are 17 and have an IVI value of 168,45, for the pole level as much as 16 and has an INP value of 55,63, for the stake level there is 1 has an INP value of 6.14, there are 8 seedlings, which have an IVI value of 53,87. Ironwood plants are mostly located at an altitude of 50-65 m above sea level because of rare flooding and erosion, so that ironwood plants can grow well from an ecological aspect and ironwood grows well in tropical forestsUlin (Eusideroxylon zwageri) merupakan pohon yang tersusun dari hutan tropis basah yang tersebar dihampir seluruh wilayah Sumatera bagian selatan, Kepulauan Bangka-Belitung dan seluruh wilayah Kalimantan, jenis Ulin ini (Eusideroxylon zwageri) yang juga dikenal dengan nama belian dan kayu besi borneo, termasuk salah satu jenis pohon asli pulau Kalimantan. Tujuan dari penelitian ini yaitu menghitung potensi sebaran tumbuhan Ulin di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Kintap. Memetakan sebaran tumbuhan Ulin yang terdapat di Plot Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Kintap. Metode yang dilakukan yaitu metode jalur transek . Hasil potensi sebaran tumbuhan Ulin yang paling banyak tingkat pohon sebanyak 17 dan memiliki nilai INP sebesar 31,06, untuk tingkat tiang sebanyak 16 dan memiliki nilai INP sebesar 55,63, untuk tingkat pancang ada 1 memiliki nilai INP sebesar 6,14, untuk tingkat semai ada 8 memiliki nilai INP sebesar 53,87. Tumbuhan Ulin sebagian besar berada pada ketinggian 50-65 m dari permukaan laut karena jarang terjadi banjir dan erosi sehingga membuat tumbuhan Ulin tersebut dapat tumbuh dengan baik dari aspek ekologi dan Ulin tumbuh dengan baik pada hutan tropis

Estimates of carbon reserves vary by site type, forest or plant type, stage of upright development, and forest management practices applied to each land. One of the sources of carbon is in forests that are preserved.  The purpose of this research is to analyze the estimated carbon reserves above ground level in Liang Anggang Protected Forest Area of Banjarbaru City South Kalimantan. The estimated carbon reserves on the stand are calculated using allometric equations and the biomass of the lower plants. Primary data retrieval in the field using purposive sampling method of 3 sample plots on each land cover. The land cover type of Liang Anggang Protected Forest Area consists of natural zones, cultivation zones and mixed zones. The highest biomass value, both in upright biomass and lower plant biomass is in the natural zone. The total estimated value of carbon reserves in 3 types of land cover is a natural zone of 563.52 tons, a cultivation zone of 12.41 tons and a mixed zone of 155.56 tons. This is because there is a connection of the dimensions of the tree (diameter and height) with its biomass, because the larger the diameter of the wooded tree the higher also the value of its biomass. Natural zones must be preserved so that carbon deposits remain high and do not evaporate, resulting in a Greenhouse EffectEstimasi cadangan karbon berbeda-beda pada jenis tapak, tipe hutan atau tanaman, tahap perkembangan tegakan, dan praktik-praktik pengelolaan hutan yang diterapkan setiap lahan. Salah satu sumber karbon ialah pada hutan yang terjaga kelestariannya.  Tujuan dari penelitian ini ialah untuk menganalisis estimasi cadangan karbon atas permukaan tanah di Kawasan Hutan Lindung Liang Anggang kota Banjarbaru Kalimantan Selatan. Estimasi cadangan karbon pada tegakan dihitung menggunakan persamaan allometrik beserta biomassa tumbuhan bawahnya. Pengambilan data primer di lapangan menggunakan metode purposive sampling sebanyak 3 plot sample pada setiap tutupan lahan. Jenis tutupan lahan Kawasan Hutan Lindung Liang Anggang terdiri dari zona alami, zona budidaya dan zona campuran. Nilai biomassa tertinggi, baik pada biomassa tegakan maupun biomassa tumbuhan bawah ialah pada zona alami. Nilai total estimasi cadangan karbon pada 3 jenis tutupan lahan ialah zona alami sebesar 563,52 ton, zona budidaya sebesar 12,41 ton dan zona campuran sebesar 155,56 ton. Hal tersebut disebabkan bahwa ada keterkaitan dimensi pohon (diameter dan tinggi) dengan biomassanya, karena semakin besar diameter pohon berkayu semakin tinggi juga nilai biomassanya. Zona alami harus dijaga kelestariannya agar simpanan karbon tetap tinggi dan tidak menguap sehingga menimbulkan Efek Rumah Kaca

Abstrak: Peningkatan gas rumah kaca (GRK) sebagai salah satu penyebab perubahan iklim. Salah satu gas yang berperan pada GRK adalah karbon dioksida (CO2). Kandungan CO2 di atmosfer diduga meningkat sekitar 0.03-0.06% dan menyebabkan kenaikan suhu sebesar 4.25°F (Fardiaz 1992). Hutan berperan dalam upaya peningkatan penyerapan CO2. Sebaran dan potensi hutan dapat diketahui dengan pendekatan nilai NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) yang telah diolah dari data citra satelit LANDSAT-8 liputan tahun 2018. Penelitian ini dilakukan di areal Kota Banjarbaru. Penelitian ini bersifat kuantitatif. Metode yang digunakan adalah metode survey. Analisa data yang digunakan adalah analisa NDVI. Hasil penelitian pada area contoh menunjukkan potensi daya serap CO2 oleh tanaman tingkat tiang dan pohon di Banjarbaru (seluas 29.716 ha) pada kerapatan tegakan sangat rendah (5.200,9 ha), rendah (6.346,7 ha) rendah hingga sedang (1.019,2 ha) berturut-turut dari 230.502 tonC, 408.696 tonC,  dan 175.077 tonC. Secara keseluruhan, daya serap CO2 oleh tanaman pada tingkat tiang dan pohon pada berbagai kerapatan adalah sebesar 814.276 ton Carbon.Kata Kunci: NDVI, Serapan Karbon, GRK, CO2.

Mangrove forest area of 98,494.6 ha (72.86%) is distributed in Kotabaru Regency. Based on the forest status, the mangrove forest consists of a nature reserve zone covering an area of 66,487.5 ha (67.50%), production forests 3,510.4 ha (3.57%), and area for other uses 28,496.7 ha (28.93%) (BKSDA, 2008 the Ministry of Forestry, 2009; Sirang et al., 2010). The purpose of this study was to find out the spatial distribution of mangrove ecosystem in Teluk Kelumpang Nature Reserve. The study was conducted using a remote sensing technology (Landsat 7 ETM + 2012 (Path/Row: 117/063) to obtain data of the extent, and the distribution of mangrove forest species in Teluk Kelumpang nature reserve. The measurement of mangrove vegetation was to find out the potency and characteristics of mangrove forest stands. The results showed that the potential vegetation in the area of Teluk Kelumpang nature reserve was R. apiculata, R. mucronata and B. gymnorhiza. Teluk Kelumpang nature reserve is divided into two zones. The first zone is proximal zone (50 m - 100 m from coastline), a zone dominated by R. apiculata and R. mucronata plants. The second is middle zone, a mixed zone comprising B. gymnorhiza, X. granatum, C. decandra, and N. fruticans, with the area of > 100 m - 500 m from the river line and coastline.