Budaya perang suku dalam kehidupan suku Hubula dan kondisi alam di lingkungan permukiman Silimo, memiliki kaitan dengan konsep permukiman Silimo di Lembah Baliem, Papua. Masalah utama dalam penelitian ini adalah Bagaiamana pengaruh budaya perang suku dan kondisi alam dilingkungan permukiman suku Hubula terhadap makna konsep lokasi, bentuk bangunan, organisasi ruang sebagai simbol kenyamanan dalam permukiman Silimo? Metode fenomenologi dipergunakan untuk menggali dua dimensi: apa yang dialami subjek (subjek matter yang diteliti) dan bagaimana subjek memaknai pengalaman tersebut berkaitan dengan kenyamanan dalam Silimo. Teori yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Konsep Kenyamanan Amos Rapoport (1969), terkait dengan aspek: 1). Pemilihan lokasi, 2) Bahan bangunan, 3) Bentuk dan Struktur bangunan, 4). Organisasi ruang dengan konsep keluarga luas, dan 5). Privasi ruang. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini adalah: Konsep Permukiman Silimo merupakan wujud simbol kenyamanan Suku Hubula di Lemah Baliem Papua. Kata-kunci : simbol, kenyamanan, permukiman dan suku hubula.
Building performance is a necessity in the context of a sustainable built environment. The design of buildings that involve the study of building performance has been contained in Law Number 30 of 2007 concerning Energy and Government Regulation Number 70 of 2009 concerning Energy Conservation. The purpose of this energy-efficient building analysis is to determine the level of energy savings of the Papua Province Procurement Services Bureau building that uses a shading device as a control for excess solar radiation intensity by using the Overall Thermal Transmitte Value (OTTV) calculation using the energy saving rate parameter based on SNI 6389:2011, where the building is said to be energy efficient if the OTTV shows a figure of less than 45 W/m2. The results show the number 34.02 W/m2, which means the building can be said to be an energy-efficient building.
Permukiman suku Bajo yang dikenal dengan permukiman di atas laut tersebar di beberapa wilayah perairan di Indonesia, salah satunya di wilayah pantai BajoE, Kabupaten Bone Sulawesi Selatan. Awalnya mereka tinggal di atas perahu, kemudian mengalami perubahan, mulai membuat rumah di atas alr, lalu berangsur-angsur bergeser membangun rumah di daratan. Perubahan permukiman dari laut ke daratan merupakan proses yang cukup lama dan dipengaruhi oleh lingkungan sekitar baik faktor fisik (alam) maupun non fisik (kebudayaan). Menurut Kleden, (1987), perubahan kebudayaan sebagai sebuah proses merupakan gerakan tiga langkah sesuai arah pandang perubahan yang dapat disebut sebagai proses transformasi kebudayaan. Transformasi kebudayaan, adalah perubahan pada sistem nilai (value system), kerangka pengetahuan dan makna (system meaning), tingkah laku, interaksi dan pelembagaan bentuk-bentuk interaksi. Konsep transformasi kebudayaan tersebut dapat dipergunakan untuk mengkaji transformasi permukiman suku Bajo di BajoE dari arah pandang perubahan fisik permukiman, sosial dan ekonomi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kepustakaan, wawancara dan tinjauan lapangan untuk mendeskripsikan perubahan yang terjadi baik fisik maupun non fisik dari permukiman suku Bajo. Metode kepustakaan dipergunakan karena data yang berkaitan dengan masa lalu tidak dapat diamati secara empiris seperti pemahaman terhadap peristiwa masa lalu yang berkaitan dengan sejarah, persepsi dan sistem nilai budaya. Berdasakan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa konsep trasnformasi kebudayaan Ignas Kleden dapat menjelaskan proses transformasi permukiman suku Bajo yang terdiri atas tiga langkah yaitu: integrasi, desintegrasi, reintegrasi (value system) dan orientasi, disorientasi, reorientasi (system of meaning). Di samping itu, perubahan kebudayaan akan merubah: Tingkah laku dari penerimaan pola, adakalanya melalui penolakan pola menjadi penerimaan pola-pola baru. Orang yang berinteraksi dari sosilisasi, melalui disosialisasi menjadi resosialisasi. Serta pemantapan bentuk-bentuk interaksi dari organisasi, melalui disorganisasi menjadi reorganisasi. Dampak dari perubahan lokasi tersebut terhadap aspek fisik adalah terjadinya perubahan pada: lokasi rumah (di atas laut ke daratan), bentuk, luas, dan tampilan rumah. Dampak pada aspek non fisik yaitu peningkatan aspek sosial ekonomi masyarakat suku Bajo di BajoE Kabupaten Bone.---------------------------------------------------------------------------The settlements of the Bajo tribe, which are known as settlements on the sea, are scattered in several water areas in Indonesia, one of which is in the BajoE coastal area, Bone Regency, South Sulawesi. At first they lived on a boat, then underwent changes, began to build houses on the river, then gradually shifted to building houses on land. Changes in settlements from sea to land is a long process and is influenced by the surrounding environment, both physical (natural) and non-physical (cultural) factors. According to Kleden, (1987), cultural change as a process is a three-step movement according to the direction of change which can be called a process of cultural transformation. Cultural transformation, is a change in the value system, the framework of knowledge and meaning (system meaning), behavior, interaction and institutionalization of forms of interaction. The concept of cultural transformation can be used to examine the transformation of Bajo tribal settlements in BajoE from the perspective of physical, social and economic changes in settlements. This research was conducted using literature, interviews and field reviews to describe changes that occurred both physically and non-physically from the Bajo tribal settlements. The library method is used because data related to the past cannot be observed empirically such as understanding past events related to history, perceptions and cultural value systems. Based on the results of the study, it was concluded that the concept of cultural transformation of Ignas Kleden can explain the transformation process of the Bajo tribal settlements which consists of three steps, namely: integration, disintegration, reintegration (value system) and orientation, disorientation, reorientation (system of meaning). In addition, cultural change will change: Behavior from acceptance of patterns, sometimes through rejection of patterns to acceptance of new patterns. People who interact from socialization, through being socialized into resocialization. As well as strengthening the forms of interaction from the organization, through disorganization into reorganization. The impact of the change in location on the physical aspect is a change in: the location of the house (above the sea to the mainland), the shape, area, and appearance of the house. The impact on non-physical aspects is an increase in the socio-economic aspects of the Bajo tribal community in BajoE, Bone Regency.
In the Baliem Valley, Papua, the tradition of tribal wars in the culture of the Hubula tribe in the past is related to the concept of site selection, spatial planning, and building form in the Silimo settlement. The problem in this study is how the selection of location, spatial planning, building form, and territoriality become the concept of security in a traditional settlement. The purpose of the study was to determine the security concept in traditional Silimo settlement that consists of site selection, spatial planning, building form, and territoriality based on security theory in settlements. In answering the problem of this research, the researchers use qualitative research methods. The researchers also use a phenomenological approach to explain or reveal the meaning of concepts or phenomena of experience based on the awareness that occurs in several individuals related to security in the Silimo settlement. The theories used in this research are the security theory in crime prevention and the theory of defensible space. The result of this research is that security theory can explain that the selection of location, spatial planning, and building form in the Silimo settlement of the Hubula Tribe in the Baliem Jayawijaya Valley was built based on the traditional conception of security. The concept of security in the Silimo settlement can be realized by: 1) The concept of territory as a defense space and territory as a territory of power; 2) The concept of space as a personal space and a public space: 3) The concept of Kinship, confederation, norms, customary rituals, which become the Patterns and Concepts of Space and Building Forms and Constructions are forms of Social Relations, Natural Relations and Ancestral Relations, to actualize a security system in Silimo settlement.
Tradisi perang suku dalam masyarakat Hubula pada masa lalu memiliki kaitan dengan konsep pemilihan lokasi dan penataan ruang serta bentuk bangunan pada permukiman silimo. Masalah utama dalam penelitian ini adalah bagaimana tata ruang dan teritorialitas membentuk simbol keamanan dalam permukiman. Bagaimana proses dan faktor pendukung terbentuknya permukiman silimo ditinjau dari aspek relasi alam, relasi sosial, dan relasi leluhur. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode fenomenologi dengan pendekatan kualitatif. Metode fenomenologi digunakan untuk menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Metode ini akan mempermudah untuk mendeskripsikan informasi pada tingkat abstraksi yang tinggi sehingga dapat memaknai permukiman silimo sebagai simbol keamanan dalam kebudayaan suku Hubula. Hasil yang dicapai dari penelitian ini adalah konsep keamanan permukiman, baik modern maupun tradisonal, sangat terkait dengan teritorialitas dan menghindari 3 (tiga) aspek dalam permukiman yaitu: 1). Stranger Danger (tidak saja kepada manusia, ketakutan juga kepada hantu), 2). Risk (batasan-batasan ruang yang nyata maupun simbolik), 3). Affect effect (ruang-ruang yang terbentuk merupakan countersites sebagai sistem keamanan).
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.