Abstract:Soil quality plays pivotal role in increasing productivity and brackish water ponds successfulness, including ponds of Java Island, Indonesia. However, the availability of data on concentration categories for soil quality variables for ponds soils in Java Island, which is volcanic-dominated soils and the largest area for ponds in Indonesia, is still scarce. This study was aimed to categories soil quality variable concentrations as an initial point in interpreting pond soils quality of Java Island. Soil samples were collected from two different soil depths of 923 sampling points representing 13 regencies/cities of West Java, Central Java, and East Java Provinces. Twenty soil quality variables were measured based on in-situ and ex-situ measurements. The t-Student and U-Mann Whitney tests were applied to analyses the differences in soils quality at each soil depth which were firstly analyzed using z-score to eliminate outlier data. The data were firstly rearranged from the smallest to the largest data prior to measuring data deciles; the deciles, as considered as the basic measurement, were used for categorizing each soil quality variable. The results of this study indicated that the pH and nutrients are higher at pond top soils, 0-0.2 m compared to that observed on the depth of 0.2-0.5 m. Concentration of soil quality variables such as S KCl , S P , S POS , TPA, TAA, TSA, and pyrite relatively similar between the two depths. Data of each soil quality variable were categorized into very low, low, moderate, high, and very high to facilitate a comparison to other data of ponds soil qualities. The results of this study are not recommended for assessing the relationship between ponds soil quality and ponds productivity; yet are usefull in measuring which variable of ponds soil quality is categorized as very low, low, moderate, high or very high; and also useful in making decision on pond soils quality management in Java Island.
Penelitian bertujuan untuk menduga beban limbah tambak udang vaname superintensif dengan padat penebaran berbeda. Wadah percobaan berupa tambak beton seluas 1.000 m2 dengan kedalaman air antara 175-180 cm yang dilengkapi dengan kincir dan blower sebagai sumber oksigen. Padat penebaran benur vaname PL-10 adalah 500 ekor/m2 (Petak A) dan 600 ekor/m2 (Petak B). Pendugaan beban limbah didasarkan atas data hasil analisis proksimat pakan dan karkas udang, retensi nutrien, jumlah pakan, rasio konversi pakan, dan produki biomassa udang. Beban nutrien yang bersumber dari pakan akan terbuang ke lingkungan perairan, untuk petak A masing-masing mencapai 50,12 gTN/kg udang; 15,73 gTP/kg udang dan 126,85 gC/kg udang; sedangkan petak B masing-masing 43,09 gTN/kg udang; 14,21 gTP/kg udang dan 112,85 gC/kg udang. Berdasarkan beban limbah tambak dan volume badan air menerima limbah budidaya, maka tambak superintensif yang dapat dioperasionalkan masing-masing adalah enam petak pada tingkat produktivitas 6 ton udang/1.000 m2 atau lima petak pada tingkat produktivitas 8 ton udang/1.000 m2, agar tidak mengalami degradasi kualitas lingkungan perairan. Penerapan Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) dalam sistem tambak superintensif dapat menurunkan konsentrasi beban limbah tambak yang terbuang ke lingkungan perairan sehingga dapat meningkatkan daya dukung perairan bagi pengembangan tambak superintensif yang berkelanjutan.
Two-phase feeding trials were conducted to evaluate the effect of the carotenoid mixture on gonadal development and biochemical properties of several tissues of tiger shrimp. The treatments were diet enriched with (PC) and without carotenoid mixture (PO). Shrimp with an initial body weight of 31.7±1.3 g were allocated among four of 1,000 m2 concrete ponds with a density of 1 shrimp/m2 and fed tested diets for five months. Selected shrimps from the pond with a minimum weight of 80 g for females and 60 g for males were stocked into four 10-m3 concrete tanks at 15 pairs per tank. Natural mating rate and ovary development were not stimulated by the carotenoid supplement. However, it significantly improved (P<0.05) both ovary maturation and spermatophore formation of tiger shrimp from 76.7±1.4 to 86.7±0.0% and from 69.9 ±4.5 to 82.3±4.0%, respectively. Total carotenoid content in meat, oocyte and hepatopancreas of female tiger shrimp significantly (P<0.05) increased by supplementing carotenoid compared to the control diet. The total amino acid content in the spermatophore of shrimp fed the PC diet was significantly higher (73.82%) than in the PO diet (66.09%). The present study revealed the important effect of carotenoid feed during the pre-maturation stage on the reproductive performances of pond-reared tiger shrimp.
ABSTRAKPlankton di tambak super-intensif dalam berbagai bentuk seperti mikroalga, rotifer, dan kopepoda seringkali merupakan agen pembawa virus bintik putih atau white spot syndrome virus (WSSV) yang sangat potensial. Penelitian bertujuan untuk mengetahui insidensi dan prevalensi infeksi WSSV pada plankton di tambak budidaya udang vaname, Litopenaeus vannamei, super-intensif di Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari sampai dengan Desember 2015. Sampel plankton dikoleksi dari sumber pemasukan air tambak superintensif (inlet), outlet, instalasi pengolahan air limbah tambak yang sedang melakukan kegiatan budidaya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa insidensi infeksi WSSV terjadi di bulan Januari, Oktober, dan November. Pada bulan Januari, plankton yang terdeteksi mengalami infeksi WSSV adalah dari petakan tambak P1, outlet-1, outlet dan inlet tambak-3, serta inlet hatchery. Selanjutnya pada bulan Oktober, plankton yang terinfeksi WSSV adalah dari petakan tambak P2, P7, P8, dan IPAL. Pada bulan November, WSSV hanya terdeteksi pada plankton di inlet petakan tambak P3 dan inlet hatchery. Prevalensi WSSV tertinggi diperoleh pada plankton di bulan November (66,67%); bulan Januari (62,5%); dan Oktober (40,00%). Plankton dalam petakan tambak cenderung lebih sensitif terhadap infeksi WSSV sehingga berpotensi sebagai vektor dalam tambak pembesaran udang. PENDAHULUANProduksi udang hasil budidaya di Indonesia saat ini telah mengalami peningkatan yang cukup signifikan dan telah menduduki posisi teratas sebagai importir udang ke Amerika dan Jepang (Trobos, 2016). Hal ini didukung oleh adanya udang introduksi (vaname) yang telah masuk ke Indonesia dan metode budidayanya telah dikuasai oleh pembudidaya. Perkembangan usaha budidaya udang vaname ini juga telah mengarah ke sistem industri, misalnya, sebagian besar pembudidaya telah melakukan budidaya intensif hingga superintensif. Adanya sistem budidaya dengan kepadatan yang cukup tinggi ini (bisa lebih dari 1.000 ekor/m 2 ) dapat menyebabkan jarak antara inang dan patogen
Probiotik adalah mikroba yang dapat diberikan ke lingkungan budidaya untuk memperbaiki kualitas lingkungan dan meningkatkan kecernaan pakan. Penggunaan probiotik tidak hanya satu jenis saja, tetapi juga dapat menggunakan campuran dari berbagai spesies. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi probiotik multispesies komersial melalui pakan untuk meningkatkan kinerja pertumbuhan udang vaname. Penelitian ini dilakukan melalui Rancangan Acak Lengkap dengan empat perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang diberikan yaitu kontrol (pakan tanpa campuran probiotik), A (pakan dicampur 0,2% probiotik multispesies komersial Bacillus sp.), B (pakan dicampur 0,2% probiotik multispesies komersial Lactobacillus sp.), C (pakan dicampur 0,2% probiotik multispesies komersial mix bacteria). Perlakuan tersebut diberikan pada udang uji selama 40 hari. Parameter yang diamati selama penelitian terdiri atas bobot akhir, pertumbuhan bobot harian, panjang akhir, pertumbuhan panjang harian, tingkat kelangsungan hidup, rasio konversi pakan, dan kualitas air. Bobot udang vaname tertinggi diperoleh pada perlakuan A (9,1100 ± 0,0100 g) yang diikuti perlakuan C (8,8767 ± 0,0153 g) dan perlakuan B (8,6100 ± 0,0100 g). Rasio konversi pakan terendah ditunjukkan oleh perlakuan A (1,43 ± 0,13) yang berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan kontrol, B, dan C. Tingkat kelangsungan hidup tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan A (85,00 ± 7,50%) yang berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan kontrol, B, dan C. Aplikasi probiotik multispesies komersial dapat meningkatkan kinerja pertumbuhan udang vaname. Hasil terbaik diperoleh pada udang vaname yang diberi probiotik multispesies komersial jenis Bacillus sp.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.