Penelitian ini memiliki tujuan sebagai salah satu bahan uji dari faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan QR Code pada generasi Z di Jabodetabek. Adapun lima variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah perceived ease of use, perceived usefulness, perceived security, satisfaction, dan continuance intention. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan teknik non-probability sampling, dengan cara menyebarkan kuesioner tertutup secara daring menggunakan skala likert 5 poin. Populasi yang digunakan adalah generasi Z dari rentang usia 17-27 tahun, pernah menggunakan QRIS, dan berdomisili di Jabodetabek. Pada penelitian ini didapatkan sebanyak 215 responden terpilih. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah SEM (Structural Equation Model) dengan dua aplikasi, yaitu: IBM SPSS 25 dan AMOS 21. Hasil pada penelitian ini menunjukan bahwa perceived usefulness dan perceived ease of use berpengaruh secara langsung terhadap satisfaction. Perceived usefulness, perceived ease of use, perceived security, dan satisfaction berpengaruh secara langsung terhadap continuance intention. Serta, perceived usefulness dan perceived ease of use berpengaruh secara tidak langsung terhadap continuance intention dan dimediasi melalui satisfaction. Kata kunci: Perceived ease of use, perceived usefulness, perceived security, satisfaction, continuance intention.
AbstrakStudi ini bertujuan untuk menganalisis moda entri jasa ritel Indonesia ke negara-negara ASEAN sesuai dengan komitmen setiap negara di AFAS Paket 8. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif dan indeks Hoekman. Hasil studi menunjukkan bahwa Alfamart masuk ke pasar jasa ritel Filipina tanpa memanfaatkan kerjasama AFAS. Hal ini disebabkan Filipina masih menutup jasa ritelnya pada kerjasama tersebut. Moda entri yang digunakan Alfamart untuk masuk ke Filipina adalah waralaba. Suksesnya Alfamart menjadi tolak ukur untuk mengembangkan alternatif moda entri ke negara-negara ASEAN lainnya sesuai dengan hasil pemetaan peluang akses pasar di AFAS Paket 8. Moda Entri yang diusulkan tersebut yaitu: a) Waralaba untuk negara yang belum terbuka (indeks Hoekman 0) yaitu Brunei Darussalam dan Laos, b) Usaha patungan pada negaranegara yang membuka akses pasar dengan pembatasan (indeks Hoekman 0,5) yaitu Malaysia dan Myanmar, dan c) Kepemilikan saham penuh pada negara-negara yang membuka akses pasar tanpa pembatasan (indeks Hoekman 1) yaitu Vietnam, Kamboja, Singapura dan Thailand. Faktor kunci suksesnya ekspor jasa ritel dalam kasus ini adalah mitra bisnis lokal yang membeli master franchise. Untuk itu, pemerintah dapat berperan dalam promosi dan misi dagang ke luar negeri untuk menarik mitra bisnis.Kata Kunci: Perdagangan Jasa, AFAS, Jasa Ritel, Peluang Ekspor, Moda Entri Abstract The aim of this study is to analyze the mode of entry of Indonesia's retail supplier into ASEAN countries in accordance with the commitment of each country in AFAS Package 8. The methods deployed in this study are the Hoekman Index and descriptive analysis. The study results show that Alfamart has entered into the Philippine market retail services without utilizing AFAS cooperation. This is due to Philippines's policy that still close its retail services market on such cooperation.
Generation Z, as true digital natives or generations born and raised with the internet, is familiar with digital products. One digital product is an e-wallet used as an online payment method. This study aims to discover the factors that influence behavioural intention to use e-wallets in generation Z that use an e-wallet and live in Greater Jakarta. The theoretical basis of this study is the Technology Acceptance Model (TAM), where the variables involved are behavioural intention to use, perceived ease of use, and perceived usefulness, and two other factors, i.e., perceived security and social influence. A total of 245 respondents were collected by online survey and analysed with Structural Equation Modelling (SEM). This study finds that social influence affects perceived ease of use positively and significantly. Perceived ease of use influences perceived usefulness positively and significantly. Perceived ease of use and perceived usefulness positively influence behavioural intention to use. However, social influence does not influence perceived usefulness, and perceived security does not influence behavioural intention to use. This study's originality resides in its examination of reported ease of use and perceived usefulness as mediating variables of social influence on Generation Z's propensity to use e-wallets.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara Moda 2 dan Moda 3 dalam perdagangan internasional di sektor jasa pariwisata. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Panel Vector Error Correction Model (VECM) Granger. Data yang digunakan adalah data kedatangan wisatawan mancanegara dan Foreign Direct Investment (FDI) jasa hotel dan restoran tahun 1997-2014 di Bali, Jakarta, Kepulauan Riau dan Sumatera Utara. Daerah-daerah ini berkontribusi sebesar 81,26% dari total kedatangan wisatawan mancanegara di Indonesia dan 68% terhadap total FDI di jasa hotel dan restoran Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan kausalitas jangka pendek antara kedua variabel tetapi terdapat hubungan jangka panjang satu arah yaitu variabel Moda 3 dipengaruhi oleh variabel Moda 2. Hasil pengujian pada gabungan antara jangka panjang dan jangka pendek menujukkan bahwa variabel Moda 3 secara kuat dipengaruhi oleh variabel Moda 2. Dengan demikian diketahui bahwa semakin banyak jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia maka akan mendorong meningkatnya FDI di jasa hotel dan restoran, tetapi meningkatnya FDI di jasa tersebut tidak signifikan berpengaruh terhadap masuknya jumlah wisatawan mancanegara. This paper examines the relationship between Mode 2 and Mode 3 of international trade in tourism sector. The method used is the Panel Vector Error Correction Model (VECM) Granger. The data used in this study were the number of foreign tourist arrivals and the Foreign Direct Investment (FDI) in some hotels and restaurants during 1997-2014 in Bali, Jakarta, Riau Islands and Nort Sumatera.These regions contributed for 81.26% out of the total tourist arrivals in Indonesia and 68% of the total FDI in the services of hotels and restaurants Indonesia. The results using VECM Granger demonstrated that there was no short-term causality relationship between these two variables but they had a long-term causality relationship that the Moda 3 was affected by the variable mode 2. Test results on a combination of long-term and short-term showed that the variable mode 3 was strongly influenced by variable mode 2. Thus, it is known that the more foreign tourists coming to Indonesia, the more FDI we gained from the service of hotels and restaurants, but this increase does not significantly affect the number of foreign tourists.
Kemitraan ekonomi Indonesia dan Jepang (IJEPA) telah diratifikasi pada tahun 2008. Dalam lima tahun implementasinya, pemanfaatan sektor jasa Jepang oleh Indonesia hanya terbatas pada jasa perawat dan caregiver. Penelitian ini bertujuan memberikan informasi mengenai komitmen Jepang dan identifikasi sektor jasa yang dibuka oleh Jepang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif untuk membandingkan komitmen antara Indonesia dengan Jepang dan metode Indeks Hoekman untuk memetakan tingkat komitmen sektor jasa kedua negara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Jepang membuka 137 sub sektor dan rata-rata sebanyak 100 sub sektor diantaranya dibuka tanpa persyaratan. Peluang ekspor tertinggi Indonesia ke Jepang pada moda 3 dan moda 4 yaitu 27 sub sektor jasa bisnis, lima sub sektor jasa komunikasi, dua sub sektor jasa pendidikan, empat sub sektor jasa lingkungan, tiga sub sektor jasa pariwisata, empat sub sektor jasa rekreasi, budaya dan olah raga, enam sub sektor jasa transportasi dan lima sub sektor jasa lainnya. Untuk dapat memanfaatkan peluang tersebut maka pemerintah Indonesia perlu mempromosikan sektor jasanya ke Jepang dan melakukan negosiasi lanjutan terkait penghapusan hambatan-hambatan lain di sektor jasa. Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) has been ratified in 2008. During the 5 years-implementation, Indonesia has been utilizing nurse and caregiver sectors. This research aims to review Japan’s commitment on trade in services and to identify which sectors/sub-sectors that could benefit Indonesia. Descriptive analysis is used to compare the commitments in services sector between Indonesia and Japan and Hoekman Index to map the degree of commitments. The results showed that Japan has committed to open 137 subsectors and to give full commitment to 100 subsectors. Among the services subsectors that can be utilized by Indonesia through Mode 3 (commercial presence) and Mode 4 (movement of natural person) are 27 in businesses, five in communication, two in education, four in recreation, six in transportation and five in other services. This study recommends Indonesia to promote her services sector to Japan and to negotiate in reducing other barriers in services sector.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.