Visualizing Electric Discharges and Backspray of Dust Layers in ElectrofiltersUnder certain circumstances already separated particles may redisperse during operation of electrofilters. This leads to a degradation of separation. The particle motion of a fly ash during electric discharge and backspraying was investigated optically. The experiments were carried out with a needle-disk dust resistance measuring system.
Software ABAQUS ein Simulationsmodell erstellt und unterschiedliche Analysen durchgeführt. Dabei konnte eine gute Übereinstimmung zwischen be-rechneten und experimentell ermittelten Werten gefunden werden. Das Modell eignet sich somit, um die Vorgänge während des Pressvorgangs wiederzugeben und ermöglicht die Ermittlung der internen Spannungsverteilung.
In an electrostatic precipitator the discharge electrodes are connected to the negative terminal of a direct current source. The charged dust particles move to the collection electrodes where they are held by a combination of Van der Waals, capillary, and electrical attraction forces. In the case of the high dust resistivity (>10 11 X cm), a detrimental phenomenon known as "back discharge" causes the re-entrainment of the dust particles. Besides the other important aspects, e.g., gas humidity, chemical composition of dust layer etc., particle size, structure, and layer thickness also have a major influence on the onset of back discharge.Dust resistivity of glass dusts (spherical particles) was measured using a resistivity measurement unit. A new method was applied, in which the electric conditions were current-controlled, allowing the adjustment of the back-discharge. Test samples were divided into three fractions with mean particle diameters of 75 lm, 150 lm, and 200 lm. Experiments were performed under increasing temperatures up to 250°C and subsequently decreasing it down to 70°C. Our results show that the bigger particles have a quite remarkable higher dust resistivity in the lower temperature region (<170°C) but for higher temperatures nearly the same resistivity is observed. In the next phase, one particle fraction (d = 75 lm) was grinded in a ball mill to reshape the particles from spherical to sharp-edged. The spherical particles show higher resistivity in the lower temperature regions of <170°C (see Fig.). In further experiments, the thickness of a fly ash sample (d p , 50 = 10 lm) was varied to 3, 4, 5, and 7 mm. The results will be reported.
P4.02Kontrolle der Nanomorphologie in organischen Solarzellen
Bahan bakar fosil merupakan bahan bakar alam yang tidak dapat diperbaruhi dan persediaannya akan segera habis jika digunakan secara terus menerus dalam skala besar untuk memenuhi kebutuhan energi. Sehingga pemanfaatan bahan bakar alternatif sebagai sumber energi baru mutlak diperlukan, terlebih bahan bakar tersebut persediaanya melimpah dan dapat diperbarui, seperti biomassa limbah industri atau limbah pertanian. Bahan bakar biomassa adalah salah satu sumber energi yang telah banyak dikembangkan dan diteliti sebagai bahan bakar pengganti batubara dengan berbagai perlakuan dan proses yaitu untuk mendapatkan jenis bahan bakar biomassa yang menyamai kualitas batubara. Penelitian ini menyuguhkan penelitian biomassa dari limbah daun tebu dengan metode densifikasi dengan penambahan perekat minyak kayu kapas. Metode densifikasi pada penelitian ini diikuti dengan metode eksperimental dengan memvariasikan ukuran serbuk daun tebu (DT) dan campuran serbuk daun dengan perekat (DTP). Variasi DT adalah 1 mm, 1.5 mm, dan 2 mm dengan DTP 200 gram : 1 gram, 200 gram : 2 gram, dan 200 gram : 3 gram. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui nilai kalor, kadar abu, dan kadar air dengan dampak penelitian yang hendak dicapai adalah limbah daun tebu bisa dijadikan sebagai bahan bakar baru terbarukan dan bisa mengurangi masalah bagi petani. Berdasarkan data hasil penelitian menunjukan bahwa nilai kalor tertinggi pada DT 2 mm, yaitu 3975,01 cal/gr pada DTP 1 dan terendah pada DT 1.5 mm yaitu 2441,67 cal/gr pada DTP 2; kadar abu tertinggi pada DT 1 mm, 13,66% pada DTP 1 dan terendah pada DT 2 mm, yaitu 6,6% pada DTP 3 dan kadar air tertinggi pada DT 1 mm, yaitu 9,8% pada DTP 2 dan terendah pada DT 2 mm, yaitu 7,6% pada DTP 3. Kesimpulan penelitian ini adalah ukuran serbuk dau tebu dan variasi campuran serbuk daun tebu dengan perekat minyak biji kapas mempengaruhi karakteristik limbah daun tebu sebagai sumber energi baru terbarukan.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.