Perspektif empiris-positivistik masih menjadi primadona dalam studi agama. Meskipun berbagai perspektif telah diterapkan di dalamnya seperti antropologi, fenomenologi, sosiologi, psikologi, dan pendekatan normatif-tekstual, orientasi pendekatan ini memahami gejala kepercayaan dalam agama dan hubungan antar agama, dari aspek normatif - doktrinal, historis-empiris , serta kritik filosofis, ada masalah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang kritis dalam studi keagamaan karena pendekatan-pendekatan yang ada cenderung didominasi oleh pendekatan teologis normatif, subyektif (fideistik-subjektivisme) dan apologis (klaim kebenaran), serta studi ilmiah dan obyektif tentang sejarah agama (ilmiah-objektivisme). Rachel M. McCleary dan Robert J. Barro memperkenalkan pendekatan ekonomi politik terhadap agama, yang menekankan studi tentang antusiasme agama, ekonomi, dan politik dalam hal peran kelompok keagamaan dan negara dalam aktualisasi ekonomi penganut agama. Tingkat studi ini dapat dikategorikan sebagai pendekatan ekonomi politik Keynesian, yang mengandaikan urgensi intervensi denominasi atau lembaga keagamaan denominasi untuk melahirkan bentuk peraturan agama yang mendasari kegiatan ekonomi anggota organisasi mereka dan peraturan pemerintah untuk mengatur organisasi keagamaan dan kebijakan ekonomi. Level studi yang mereka tawarkan belum mencapai pada tahapan studi kritis, masih terjebak dalam studi ekonomi dan politik yang empiristik dan kental dengan analisis kuantitatif. Dalam konteks studi agama di Indonesia dengan pendekatan ekonomi politik, maka tawaran itu perlu disentuh lebih lanjut untuk menciptakan perspektif ekonomi politik agama yang kritis yang berorientasi untuk mematahkan dominasi organisasi keagamaan dan negara dalam mengatur urusan para pengikut agama. Ini strategis dan penting dalam konteks memajukan studi tentang kehidupan beragama di Indonesia.Kata kunci: empirik-positivistik, ekononi politik, agama, kritis
Research on strategic artists makes YouTubers a medium for monetizing their content creations. The research method applies critical content analysis to read narratives in prank video content on channels owned by Rans Entertainment (Rafi-Nagita), and Kanal Baim-Paula (Baim Wong-Paula Verhoven). In reading and interpreting prank narratives and social contexts, a political economy perspective with the theory of commodification and money fetishism becomes the analytical knife. The results of this research, Baim-Paula makes prank content with various topics of money. The objects are family members, workers and certain community members. They were tricked (surprised, scared, seduced, helped, entertained by an orchestra), and finally the victims were given gifts. While the victims of pranks from Rafi- Nagita, family and workers. The narrative shocks and "hurts" the victim, but is ultimately happy with the good news. Baim-Paula and Raffi-Nagita put aside ethical problems in content production. The orientation is that successful prank content is controversial in the eyes of the victim and is consumed by many viewers, and adds more and more subscribers. This means that money is the purpose of prank production. Because of that they make prank as a profession.more subscribers. Keywords: You Tuber, Prank, Money.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.