Latar belakang: Obesitas adalah akumulasi lemak berlebihan yang tidak normal yang dapat merusak kesehatan, hal ini dapat diukur dengan index massa tubuh dengan membagi berat badan (kg) dan tinggi badan (m2) untuk melihat seseorang berat badan lebih atau kurang. Masalah obesitas dimulai pada tahun 1975 hingga tahun 2016 ini, diperkirakan 1,9 miliar orang dewasa dari penduduk seluruh dunia usia +18 tahun mengalami kelebihan berat badan. Di Indonesia masalah obesitas masih tinggi salah satunya DKI Jakarta (30%). Obesitas dapat menyebabkan berbagai penyakit. Hal ini dapat terjadi karena lemak yang berlebih dalam tubuh dapat dimetabolisme menjadi gula dalam darah sehingga menyebabkan peningkatan gula darah, jika hal ini dibiarkan akan terjadi hiperglikemia. Keadaan hiperglikemia ini bisa menyebabkan penyakit diabetes melitus. Tujuan: untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh dengan kadar gula darah puasa pada mahasiswa Program Studi Kedokteran UMJ tahun 2018. Metode: Penelitian ini deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data sampel dengan teknik total sampling seluruh mahasiswa Program Studi Kedokteran UMJ 2018 di kampus A Cirendeu berjumlah 109 orang. Analisis uji statistik dengan uji korelasi Rank Spearman (CI = 95% dan α = 5%). Hasil: Hasil uji Rank Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kadar Indeks Massa Tubuh dengan Kadar Gula Darah Puasa dengan nilai p-value adalah 0,07 dan nilai korelasi adalah 0,22. Ada kemungkinan jika variabel kadar IMT tinggi maka kadar Gula Darah Puasa juga bisa tinggi. Simpulan: Tidak terdapat hubungan signifikan antara Indeks Massa Tubuh dengan Kadar Gula Darah Puasa pada Mahasiswa Program Studi Kedokteran UMJ 2018.
ABSTRAK Pendahuluan: Stroke iskemik merupakan salah satu komplikasi neurologis dari infeksi Corona Virus Disease 19 (COVID-19) yang mengancam nyawa. Penelitian mengenai luaran pasien stroke iskemik akut dengan infeksi COVID-19 di Indonesia belum banyak dilaporkan. Tujuan: Peneliti ingin mengetahui bagaimana luaran pasien stroke iskemik akut dengan infeksi COVID-19 dan faktor apa saja yang mempengaruhi luaran tersebut di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pasar Minggu, sebagai salah satu rumah sakit rujukan khusus COVID-19 di Jakarta. Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang yang bersifat deskriptif analitik menggunakan data rekam medis pasien stroke iskemik akut dengan infeksi COVID-19 berusia ≥18 tahun yang dirawat di RSUD Pasar Minggu periode Maret 2020-Juni 2021. Analisis statistik menggunakan uji Chi Square dan uji T tidak berpasangan. Hasil: Didapatkan 36 subjek yang memenuhi kriteria penelitian. Mayoritas berusia ≥50 tahun (69,4%), perempuan (58,3%), nilai National Institute of Health Stroke Scale (NIHSS) ≤5 (52,8%). Luaran pasien stroke iskemik akut dengan infeksi COVID-19 yaitu mortalitas 16,7% dan bagi subjek yang hidup nilai median mRS saat pulang adalah 2(1-5). Terdapat hubungan yang bermakna antara derajat penyakit COVID-19 dengan mortalitas pasien stroke iskemik akut yang terinfeksi COVID-19 (p=0,019; rasio Odds 1,5 dengan interval kepercayaan/ IK 95% 1,08-2,08). Diskusi: Mortalitas pasien stroke iskemik akut dengan infeksi COVID-19 cukup tinggi dan faktor yang mempengaruhinya secara bermakna adalah derajat penyakit COVID-19. Pasien stroke iskemik akut dengan infeksi COVID-19 yang hidup sebagian besar memiliki disabilitas ringan. Kata Kunci: COVID-19, luaran , stroke iskemik.
Latar Belakang: Prevalensi demensia saat ini semakin meningkat, mengenai usia diatas 65 tahun dan risikonya meningkat 2 kali setiap penambahan usia 5 tahun. Salah satu bentuk demensia adalah mixed dementia. Diagnosis mixed dementia sangat sulit dan memberikan tantangan tersendiri bagi para klinisi. Pada artikel ini, penulis ingin membahas mengenai tinjauan diagnosis dan tatalaksana mixed dementia. Hasil: Diagnosis mixed dementia dapat menggunakan beberapa kriteria yaitu International Classification of Diseases and Health Related Problems 10th Revision (ICD-10), the Alzheimer’s Disease Diagnostic and Treatment Centers (ADDTC), dan the National Institute of Neurological Disorders and Stroke and Association Internationale pour la Recherche et l’Enseignement en Neurosciences (NINDS-AIREN). Tatalaksana mixed dementia berupa terapi farmakologi untuk gejala gangguan kognitif dengan pemberian golongan inhibitor kolinesterase dan antagonis NMDA. Terapi farmakologi untuk gangguan psikis dan perilaku dengan antipsikotik atau antidepresan. Managemen faktor risiko hipertensi, konsumsi nutrisi yang sehat, dan olah raga teratur sebagai upaya preventif dan mencegah progresivitas mixed dementia. Kesimpulan: Diagnosis mixed dementia meliputi gejala demensia Alzheimer dan demensia pada penyakit serebrovaskuler. Tatalaksana mixed dementia meliputi terapi gangguan kognitif, psikis, dan perilaku, serta tatalaksana faktor risiko penyakit serebrovaskuler. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut serta adanya konsensus diagnosis dan tatalaksana mixed dementia baik nasional maupun internasional agar tercapai tatalaksana secara komprehensif.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.