Wabah COVID-19 telah mengubah berbagai tatanan dalam kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat di mana pun mereka berada, termasuk di kampung Namburan yang terbagi manjadi Namburan Lor dan Namburan Kidul. Dibandingkan dengan Namburan Lor, Namburan Kidul dengan Paguyuban “Sewelasan”-nya belum memiliki sarana dan penguasaan literasi digital sebaik Namburan Lor. Warga Namburan Kidul yang sebagian besar berprofesi sebagai pengusaha kecil dan menengah mengalami kendala untuk tetap berkegiatan “business as usual” seperti sebelum pandemi terjadi. Di sisi lain, kemajuan teknologi informasi digital yang merambah hingga perekonomian digital telah menjadi tantangan bagi sebagian warga untuk memikirkan cara lain dalam melaksanakan kegiatan serta menopang perekonomian keluarganya khususnya dan kampung Namburan Kidul pada umumnya. Melihat adanya potensi perekonomian digital dalam merespons situasi pandemi COVID-19, maupun sebagai upaya yang dibutuhkan untuk menciptakan ketangguhan perekonomian jangka panjang, program pengabdian masyarakat ini memiliki tujuan untuk mengoptimalkan kemampuan literasi digital warga kampung Namburan Kidul. Melalui metode pelatihan dan pendampingan, program pengabdian masyarakat ini berhasil meningkatkan kemampuan literasi digital yang dibuktikan dengan tersedianya profil Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) disertai informasi barang serta jasa yang ditawarkan dalam berbagai platform media sosial dan laman ekonomi digital. Hal ini memungkinkan UMKM dapat melakukan pemasaran serta menjaga keberlanjutan perekonomian pengusaha UMKM di Kampung Namburan Kidul.
The use of pesticides initially was governed by the Code of Conduct on the Distribution and Use of Pesticide. The State of Kerala in India had been using pesticides to eliminate malaria, and in 1962, the Plantation Cooperation of Kerala began spraying pesticides by plane regularly three times every year. After that, the problems caused by pesticides were increasingly widespread due to uncontrollable usage and distribution in Kerala. Until around the 2000s, there were many problems caused by it, and the impact of uncontrolled pesticide use both directly and indirectly affected humans and the environment. Therefore, the Government of Kerala began drafting local regulations regarding pesticides based on the new Governance of The International Code of Conduct on Pesticide Management. The local regulators set up the necessary measure to accommodate the new regulation on pesticide management that became effective in Kerala, India.
Perkembangan globalisasi menjadi tantangan bagi generasi muda Indonesia untuk bersaing dan menjaga karakter bangsa yang luhur, religius, dan berbudaya. Dengan mayoritas penduduk beragama Islam, pendidikan keagamaan dan akhlak berkontribusi bagi pengembangan karakter masyarakat Indonesia dan perlu diberikan sejak dini. Pengurus PKK RT 03 Karang Tengah sejak 2019 menginisiasi TPA Baitul Maghdis sebagai wadah untuk mempersiapkan generasi muda dengan bekal agama dan akhlak yang baik bagi anak. Namun, dalam perkembangannya, tingkat kehadiran dan konsentrasi pada pembelajaran TPA para santri berkurang. Hal ini diduga karena keterbatasan jumlah guru, kegiatan yang belum terencana sistematis karena belum ada kurikulum, dan kegiatan yang kurang variasi. Penyelesaian permasalahan tersebut dilakukan 3 (tiga) hal, yaitu Trining for Trainer (TOT) bagi pengurus RT untuk menyediakan alternatif pengajar, Forum Group Discussion (FGD) untuk penyusunan kurikulum TPA , dan menyediakan variasi media musik untuk variasi kegiatan pembelajaran dan sarana menarik perhatian peserta untuk datang TPA. Luaran dari kegiatan ini adalah tersedianya kurikulum TPA, peningkatan jumlah dan kapasitas pengurus dan pengajar, dan tersedianya alat musik rebana dan keterampilan penggunaannya. Meskipun terkendala akibat Covid -19, hasil dari kegiatan ini menunjukkan adanya peningkatan jumlah pengajar dan kehadiran santri.
Environmental issues have recently become objects of study among international scholars. At the most theoretical level, a number of scholars criticize the ability of the state-system to respond to environmental dangers but at the same time the state-centric thinking still dominating most environmental activities marked by the international environmental regime formation. The two main school of thought involved in this line of enquiry are realist perspective (or paradigm) and the ecological thinking. This article analyses these two conceptions. It aims to show that although the ecological thought present themselves as radical departure from state-centric thinking, they actually reaffirm the dominant realist perspective about the centrality of the institution of the state especially when thinking about forms of formulation able to address global environmental problems. Keywords:state system, environment issues, realist perspective, ecology perspective AbstrakIsu lingkungan baru-baru ini menjadi objek penelitian di kalangan ilmuwan internasional. Sejumlah ilmuwan mengkritisi kemampuan negara-sistem dalam merespon bahaya lingkungan, namun diwaktu yang bersamaan pemikiran negara-sentris masih mendominasi sebagian besar aktivitas lingkungan yang ditandai pembentukan rezim lingkungan internasional. Dua pemikiran utama dalam hal ini adalah perspektif realis (paradigma) dan pemikiran ekologis. Tulisan ini membahas dua konsepsi tersebut. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan meski pemikiran ekologis menampilkan diri sebagai radikal dari pemikiran negara-sentris, mereka sebenarnya menegaskan dominan perspektif realis tentang sentralitas institusi negara, khususnya ketika berfikir mengenai bentuk formulasi yang mampu mengatasi masalah lingkungan global. Kata Kunci:sistem Negara, isu-isu lingkungan, perspektif realis, perspektif ekologi. PENDAHULUANKepekaan studi hubungan internasional, dalam hal ini yang menyangkut pemikiran realis, terhadap isu-isu ekologis yang diwujudkan dengan penyertaan asumsiasumsi ekologis di satu sisi banyak memperlihatkan kelemahan teori-teori realis yang relative simplistic. Di sisi lain, kesulitan dalam merangkai aksi kolektif yang diakibatkan oleh kompleksitas pelaku dan interaksi politik yang terjadi, justru menjadikan realisme semakin didambakan dalam menggalang aksi bersama untuk menghadapi persoalan ekologis.Pada tahap awal perkembangannya, para ilmuwan politik dan hubungan internasional (HI) seringkali dihadapkan pada dilemma dalam menentukan apakah harus memusatkan peratiannya pada analisa tentang "kenyataan yang ada (what is)" ataukah pada yang "seharusnya ada (what ought to be)" (Rourke, 1986:28). Kelompok what is yang memusatkan perhatian pada kondisi politik pada saat ini dan masa lalu tersebut kemudian dikategorikan sebagai 1) kelompok realis dan 2) kelompok behavioralis (Mas'oed, 1994:145-46). PEMBAHASANDisiplin ilmu hubungan internasional yang dalam hal ini berkisar pada masalah-masalah keseimbangan struktur kekuasaan politik dan ekonomi pada level internasional juga melibatka...
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.