Introduction: Neural tube defects (NTDs) are serious birth abnormalities of the central nervous system caused by a defect in the embryonic neurulation process. The most common congenital defects are congenital heart defects (CHDs) and neural tube defects (NTDs). Aim: The study’s aim was to figure out the patterns of neural tube defects (NTD) and how to treat them. Methodology: The ages of the mother, the method of delivery, the kind, and quality of neural tube defects (NTDs,) and also the treatment, were all acquired from case reports (medical and surgical). Warmth was provided to the newborn with an open NTD, and the abnormality was coated with a sterile moist saline bandage. To avoid putting strain on the deformity, the patient was placed in a supine posture. Children with breathing difficulties were given supplemental oxygen. In patients with urine dysfunction, clean intermittent catheterization (CIC) was employed. All infants with an open NTD had to have the problem checked right away. Conventional neurosurgical procedures were used to close the wound. Once the NTD was closed, a ventriculoperitoneal shunt was implanted in infants with associated hydrocephalus. Results: A total of 59 patients were involved in this study. Males made up 50.6% of the population, while females made up 49.4%, resulting in a gender ratio of 1.5 in males. The majority of the participants’ parents (57.6%) were socioeconomically poor. The most prevalent kind was myelomeningocele (62.7%), followed by 5.08 percent cases of meningocele and 11.8 percent cases of lipomeningocele. The lumbosacral area was the most frequent site of these abnormalities (55.9 percent). Lumbar (32.2 percent), sacral (6.77percent), and thoracolumbar (5.08 percent) locations were among the others. Conclusion: The most frequent kind of NTD in our area was Lumbosacral Myelomeningocele. The main concern factor was lower economic level.
Hadis sebagai sumber ajaran Islam mempunyai pengaruh yang sangat besar pada prilaku umat Islam dalam berbagai bidang kehidupan. Di antaranya pemahaman dan perilaku masyarakat dalam kehidupan keluarga. Di antara hadis yang banyak dijadikan alasan untuk membenarkan sebuah prilaku untuk memperbanyak keturunan adalah hadis Nabi Muhammad saw. Namun, di sisi lain pemerintah Indonesia memiliki kebijakan mengikuti program KB (Keluarga Berencana) dengan selogan “Dua anak cukup”. Rumusan dari latar belakang tersebut ada dua. Pertama, bagaimana kualitas hadis tersebut. Kedua, berapa jumlah anak yang ideal menurut hadis tersebut, hadis terkait dan pertimbangan lain. Penelitian ini bercorak penelitian kepustakaan (library reseacrh). Adapun sifat penelitian ini adalah kualitatif. Sedangkan metode yang digunakan dalam menganalisis pesan hadis tersebut adalah metode kritik dan pemahaman hadis yang mencakup dua hal, tekstual dan kontekstual. Dengan menerapkan metode tersebut, penulis berkesimpulan bahwa hadis tersebut berkualitas sahih dari sisi sanad dan matan. Dari sisi sanad, hadis ini memiliki lima jalur dari level sahabat sampai kolektornya. Dalam ilmu Must}alah al Hadi}th, Hadis tersebut termasuk dalam kategori Hadis Ahad yang secara spesifik disebut Hadis Masyhur. Adapun jumlah anak yang ideal adalah tiga dengan argumen a) Dalam tata bahasa Arab, kata banyak atau jama’ merujuk pada angka tiga. b). Untuk mempertahankan Peradaban dan kebudayaan yang sangat terkait dengan keberlangsungan generasinya. c) Menurut teori sibling rivalry, Stabilitas perkembangan psikologis anak lebih baik jika jumlah anak lebih dari dua.
AbstrakBanyak perubahan atau revolusi budaya yang menghebohkan dan dinilai oleh banyak pihak, telah melanggar norma kesusilaan atau norma-norma agama sebenarnya merupakan potret lain dari kondisi masyarakat kita atau diri kita yang sedang retak, sedang terjerumus dalam desakralisasi agama dan pengabaian komitmen edukasi, khususnya terhadap anak. Anak tidak ubahnya sebagai obyek yang secara terus menerus menjadi korban para produsen budaya yang berwatak rakus dalam mengejar keuntungan ekonomi dan populeritas. Kata Kunci: revolusi budaya, desakralisasi agama, anak Islam PENDAHULUAN Sudah demikian sering kita saksikan perubahan spektakuler di tengah masyarakat yang berkaitan dengan budaya atau gaya hidup manusia. Dalam ranah global, mausia menunjukkan keseriusannya dalam menghasilkan karyakarya yang berpengaruh besar terhadap perkembangan hidup manusia. "Kebudayaan baru adalah kebudayaan yang membunuh umat manusia. Dan pembunuhan itu dilakukan dibalik selimut perdagangan. Cahaya Tuhan mereka renggut dari kalbu manusia" (Muhammad Iqbal). (Ibrahim, 1997) Apa yang disampaikan Iqbal tersebut menunjukkan, bahwa sudah demikian banyak perubahan yang mengandung virus dahsyat terhadap kehidupan manusia. Sikap manusia bermacam-macam terhadap perubahan itu.
Hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Berdasarkan studi pendahuluan pada siswa MTs Negeri Bonang ditemukan bahwa hasil belajar siswa rendah pada mata pelajaran fiqih. Penelitian ini bertujuan dapat meningkatkan hasil belajar melalui team quis pada siswa kelas IX C semester 1 MTs Negeri Bonang. Metode penelitian dilakukan dengan metode Penelitian Tindakan Kelas. Berdasarkan hasil pemberian layanan pada siklus I yang oleh peneliti diawali dengan perencaaan dilanjutkan dengan tindakan, observasi dan refleksi. Pembelajaran melalui metode teqm quis, ternyata hasil yang dicapai dalam pada siklus I, beberapa siswa masih terlihat kurang antusias dan kurang memahami materi yang di berikan dalam layanan. Adapun dengan siklus II, siswa mengikuti kegiatan belajar sangat antusias. Upaya yang perlu dilakukan untuk membantu siswa meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan mengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran. Untuk itu disarankan pada guru bidangstudi sebagai praktisi dilapangan untuk menggunakan model pembelajaran dengan team quis dapat dijadikan salah satu alternative dalam memaksimalkan mutu pembelajaranKata kunci: hasil belajar, mata pelajaran, metode team quiz
Introduction: Early tracheostomy (ET) proved to be effective in the intensive care unit (ICU) in patients who face difficulty in weaning off of mechanical ventilators easily. Tracheostomy is a common procedure applied in mechanically ventilated patients. It aims at reduction of complications and improvement of comfort of the patient. However, the benefits of the tracheostomy must be evaluated against the risks of the tracheostomy before its placement. Variables which are needed to be considered before performing a tracheostomy are the timing of the procedure, absence or presence of TBI, and severity of the injuries. Aim: To assess the cost-effectiveness and clinical outcomes of early tracheostomy in the patients of isolated head injury. Methodology: A total of 212 patients were included in the study. All the patients had isolated severe traumatic brain injury (TBI) and required mechanical ventilation. Tracheostomy was done within seven days of retaining TBI. Prolonged endotracheal intubation (EI) was defined as intubation more than seven days after TBI. A total of 103 (48.58%) patients underwent early tracheostomy (ET). A total of 109 (51.42%) patients underwent prolonged (EI). The patients were assessed according to the occurrence of ventilator associated pneumonia (VAP), Glasgow Outcome Score (GOS), and ICU stay. Results: The occurrence of VAP was 133 (62.74%) in the EI group which was higher compared to that of the ET group in which 79 (37.26%) had presented with VAP. The duration of need for a ventilator in the ET group was 10 days compared to 13 days of the prolonged EI group. Similarly, the need for ICU stay was 11 days in the ET group which was lesser than 13 days of the EI group. The complication rate in the ET group was 14% and in the EI group, it was 18%. The rate of mortality in the ET group was 7.77% and it was 16.51% in the EI group. The GCS of the ET group was better than the EI group. Moreover, the cost of the EI group was more than the ET group. Conclusion: ET reduces the total duration of ICU stay and ventilation in patients with severe TBI. The frequency of VAP is also lesser in the patients given ET. Hence, ET should be given in patients with severe head injuries that require prolonged support of mechanical ventilation
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.