A communication process can be considered success when the communicant receives and understand the message as what the communicators meant. This effective communication will result in the achievement of a communication goal. However, the effective communication might be difficult to happen when both interlocutors do not have the same native language. It happens because the language barriers may influence the process of understanding the message while the communication happens. To overcome the problem, the communicator applies some communication strategies. This comparative study used observations and interviews to examine the communication strategies used by first- and third-year English students of Universitas Gadjah Mada Indonesia during spoken interactions in English with exchange students from Cheng Du Textile College China. The objective of this study is to observe how the first- and third- year study overcome their communication problem while talking with non-English native speaker students and use the data as inputs to develop the next curriculum. The writer uses Tarone’s communicative strategies to identify the students’ strategies. The result shows that ‘Literal Translation’ is not used by English students while communicating with exchange students, ‘Circumlocution’ and ‘Message Abandonment’ are only used by third year students, ‘Appeal for Assistance’ and ‘Topic Avoidance’ are only used by first year students, third year students’ most used strategies are ‘Mime’ and ‘Word Coinage’, and first year students’ most used strategies are ‘Approximation’ and ‘Mime’.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengeksplorasi tindakan cyber-terrorism global, jenis media baru dalamcyber-terrorism, dan fenomena cyber-terrorism di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus,teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan dokumentasi. Analisis data menggunakan analisis isi untukmencari data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan internet untuk tindakan mereka dimotivasioleh kelemahan media massa (televisi dan media cetak) yang tidak lagi aman dan banyak manipulasi isi tentangaktivitas kelompok teroris. Salah satu kelompok teroris paling canggih dan intensitas tertinggi penggunaanmedia online untuk kegiatan terorisme adalah kelompok Al-Qaeda. Secara keseluruhan, Internet digunakanoleh teroris untuk kegiatan terorisme serta tindakan cyber-terrorism yang meliputi pelatihan, penggalangandana, koordinasi, perencanaan dan pelaksanaan tanpa mempresentasikan secara fisik lokasi eksekusi, menghacksistem target, menyebarkan propaganda radikal, hasutan, rekrutmen anggota baru, mencari informasitentang data anggota militer, intelijen, atau pejabat politik. Berdasarkan hasil beberapa penelitian dan laporanmedia, media online yang secara terbuka dapat kita lihat sebagai media mereka, yaitu youtube, game online,situs web, media sosial (twitter dan facebook), dan majalah online. Indonesia menjadi salah satu negara yangjuga memiliki efek kuat dari cyber-terrorism sejak bom Bali pada tahun 2002 sampai sekarang. Ketersediaandan tingkat kekuatan cyber-terrorism dan peraturan penggunaan media online di sebuah pemerintahan akanmenentukan keamanan masyarakat dari kelompok aksi teroris melalui internet.
The aim of this research is examining the implementation of co-branding by the food delivery service and its influence on the local culinary tourism business model of Yogyakarta. This research uses qualitative research with an exploratory study. Data collection was conducted through semi-structured interviews with 13 owners of Yogyakarta’s local culinary. The results showed that co-branding was carried out jointly with GoFoodPartner, but if it was not incorporated into GoFoodPartner co-branding was carried out directly between GoFood and the culinary business management. As for GrabFood, co-branding is done partially to businesses that are not part of their official cooperation partners. The culinary tourism business model has been changing by online food delivery service providers. The change is they have not only done business to consumer (B2C) but then also develop its business model into Business to Business (B2B) and Business to Business to Consumer (B2B2C). It changes the business model of culinary tourism developed into a food tourism business model. Penelitian ini mengkaji tentang implementasi co-branding oleh layanan food delivery tersebut dan pengaruhnya pada model bisnis wisata kuliner lokal khas Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode eksploratory. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara semi-terstruktur dengan 13 pelaku usaha wisata kuliner lokal khas Yogyakarta didukung observasi serta dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa co-branding dilakukan secara bersama-sama antara GoFood dan pelaku usaha wisata kuliner yang tergabung dalam GoFoodPartner, akan tetapi jika tidak tergabung dengan GoFoodPartner co-branding dilakukan secara terpisah antara GoFood dan pelaku usaha wisata kuliner. Sementara untuk GrabFood juga demikian, co-branding dilakukan secara partial untuk pelaku usaha wisata yang bukan masuk dalam mitra kerjasamanya. Model bisnis wisata kuliner yang dilakukan terdapat perubahan dengan adanya layanan online food delivery. Perubahan tersebut terdapat pada tidak hanya business to consumer (B2C), akan tetapi model bisnisnya berkembang juga menjadi Business to Business (B2B) dan Business to Business to Consumer (B2B2C). Perubahan model bisnis tersebut mendorong perkembangan model bisnis culinary tourism menjadi model bisnis food tourism.
Penguasaan bahasa asing merupakan salah satu kunci dalam memenangkan persaingan di era globalisasi ini. Oleh karenanya, pembelajaran bahasa asing khususnya di tingkat pendidikan menengah/kejuruan perlu diupayakan agar memiliki kondisi yang ideal agar outcome pembelajaran dapat tercapai sehingga lulusannya lebih berdaya saing. Dalam kenyataannya, di banyak daerah di Indonesia belum memiliki kondisi yang ideal untuk pembelajaran bahasa, tidak terkecuali di Kabupaten Sampang, Jawa Timur yang indeks pendidikannya masih rendah. Kompetensi pedagogis, mindset, dan motivasi pengajar menjadi hal yang krusial dalam penentuan keberhasilan pembelajaran bahasa di daerah tersebut. Oleh karenanya, pelatihan untuk peningkatan kemampuan mengajar guru bahasa asing menjadi jalan keluar yang tepat untuk meminimalisir dampak negatif dari kurangnya penguasaan kompetensi guru secara pedagogis. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tahapan R&D dari kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat yang berjudul “Workshop Upgrading Kemampuan Mengajar Guru Bahasa Asing (Bahasa Inggris dan Lainnya) SMA/SMK/MA Se-Kabupaten Sampang” yang diselenggarakan pada tanggal 17-19 September 2019. Secara umum, tahapan R&D yang dilaksanakan selama bulan Mei-Oktober 2019 tersebut diadaptasi dari siklus R&D yang dikembangkan oleh Borg & Gall (2003), yaitu (1) pengumpulan informasi dan penelitian, (2) perencanaan, (3) mengembangkan produk, (4) diseminasi 1 dan implementasi , (5) evaluasi, dan (6) diseminasi 2.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.