To accommodate current technological developments and laboratory conditions, ISO (International Organization for Standardization) and IEC (International Electrotechnical Commission) published the latest version of the ISO/IEC 17025 standard in 2017.Complying with ISO/IEC 17025:2017 enables laboratory to provide measurement results that are valid and traceable to international unit system. SNSU-BSN as National Metrology Institute (NMI) in Indonesia has transformed its management system from the old version ISO/IEC17025:2005 to the current ISO/IEC 17025:2017 in 2019. This study explains the process of SNSU-BSN transition in order to establish a management system complying with ISO/IEC 17025:2017. A comparison between the implementation of the old and the current ISO/IEC 17025 was explained along with its impacts and benefits.
Ketidakcocokan (mismatch) antara lampu ukur ketika sebuah fotometer atau lux meter dikalibrasi dengan lampu sumber ketika fotometer digunakan dalam pengukuran dapat menyebab eror atau kesalahan. Saat ini belum ada metode umum yang dapat digunakan untuk mengoreksi kesalahan ini. Metode yang direkomendasikan oleh Komisi Internasional untuk Pencahayaan (Commission Internationale de l'Eclairage -CIE) cenderung rumit dan hanya dapat diimplementasikan pada lembaga metrologi nasional saja. Dalam penelitian ini dikemukakan metode untuk mengoreksi kesalahan ketidakcocokan menggunakan korelasi antara nilai indeks ketidakcocokan lazim (𝑓 ) dengan nilai faktor koreksi ketidakcocokan spektral (𝐹 * ). Nilai 𝑓 dan 𝐹 * dihitung dari profil-profil responsivitas spektral fotometer sampel yang banyak digunakan di Indonesia. Berdasarkan profil tersebut dibuat model simulasi Monte Carlo untuk mendapatkan sebaran nilai 𝐹 * pada berbagai nilai indeks𝑓 . Menggunakan 2 × 10pengacakan dan 20 kali perulangan, didapatkan nilai ketidakpastian dari komponen faktor koreksi ketidakcocokan spectral sebesar 0,002%, 0,044% dan 0,203% untuk sumber cahaya berupa lampu pijar (tungsten halogen), lampu fluorescent dan lampu LED. Kontribusi komponen 𝐹 * terhadap ketidakpastian pengukuran tingkat pencahayaan adalah sebesar 0,011% untuk lampu pijar (tungsten halogen), 0,2% untuk lampu fluorescent dan 2,5% untuk lampu LED.
Penelitian mengenai efektifitas metode double source dalam pengukuran linearitas detektor optik fotometer standar B310 menggunakan metode double source untuk menggantikan metode invers square law yang menggunakan lampu standar (lampu Wi41/G) sebagai sumber cahaya. Pada metode ini digunakan dua buah lampu Halogen yang memiliki suhu warna dan intensitas yang sama. Pengukuran dilakukan dengan sebelumnya menentukan rentang acuan nilai illuminansi yaitu saat kedua lampu menyala bersamaan. Setelah itu kedua lampu dinyalakan bergantian untuk kemudian dibandingkan dengan rentang acuan. Berdasarkan hasil eksperimen, dengan menggunakan metode double source, diperoleh titik ukur yang lebih banyak dan mencapai hingga nilai illuminansi 4 lux. Faktor linearitas (α) menunjukan nonlinearitas dari detektor optik fotometer standar B310, metode double source efektif pada rentang 20 lux dengan nilai α = 1,0013. Ketidakpastian pengukuran untuk linearitas detektor optik dengan menggunakan double source di setiap rentang lebih kecil dari 0,1%.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.